Rabu, 13 Desember 2017

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH
POLA DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM



Disusun Oleh : Kelompok 5
Alfadilatu ahmad      : 2014.1839



Dosen Pembimbing :
Syafrul Nalus, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2017 M/1439 H

PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa meneladani model-model pendidikan Islam di masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya.
Pada permulaan masa Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di seluruh negara islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidika, meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan. Kerajaan islam di Timur yang berpusat di Bagdad dan Cordova telah menunjukan dalam segala cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau kita buka lembaran sejarah dunia pada masa keemasan, yang bermula dengan berdirinya kerajaan Abbasiyah di Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan kerajaan Abbasiyah pada tahun 1258 Masehi.
Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam kedua yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah adalah keturunan paman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul Muththalib.
Dengan berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-masradah dan universitas-uiversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Tumbuh dan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang sangat cepat , merupakan ciri pendidikan Islam masa ini.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disajikan tentang awal berdirinya dinasti Abbasiyah, perkembangan pendidikan Islam, serta sistem pendidikannya.

PEMBAHASAN
A.    Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah
Berdirinya daulah Abbasiyah diawali dengan dua strategi, yaitu:satu dengan System mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini berlangsung sejak akhir abad pertama hijriah yang bermarkas di Syam dan tempatnya di Alhamimah. System ini berakhir dengan bergabungnya Abu muslim al- Khurasani pada jum’iyah yang sepakat atas terbentuk Daulah Abbasiyah. Sedangkan Strategi kedua dilanjutkan dengan terang-terangan dan himbauan-himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan daulah abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan daulah umawiyah.
Berbagai teknis diterapkan oleh pengikut Muhammad Al-‘Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji. Di balik itu terpogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya daulah.
Faktor-faktor pendorong berdirinya daulah Abbasiyah dan penyebab suksesnya, yaitu sebagai berikut :
1.      Banyak terjadi perselsihan antara intern bani Umawiyah pada dekade akhir pemerintahannya hal ini diantara penyebabnya memperebutkan kursi kekhalifahan dan harta
2.      Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani umawiyah, seperti khalifah Yazid bin al-Walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan
3.      Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota
4.      Bergabungnya sebagian afrad keluarga umawi kepada madzhab-madzhab agama yang tidak benar menurut syariah, seperti Al Qadariyah
5.      Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani umawiyah
6.      Kesombongan pembesar-pembesar bani Umawiyah pada akhir pemerintahannya
7.      Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non-arab).[1]

B.     Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Popularitas daulah Abbasyiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.[2]

C.    Periodesasi Masa Abbasiyah

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Daulah Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas paman Rasulullah, yaitu : Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah al-Abbas. Kekuasaan daulah abbasiyah dibagi dalam lima periode, yaitu:
1)      Periode I (132 H/750 M-232 H/847 M ), masa pengaruh Persia pertama
2)      Periode II (232 H/847 M-334 H/945 M), masa pengaruh Turki pertama
3)      Periode III (334 H/945 M-447 h/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaihi, pengaruh Persia kedua
4)      Periode IV (447 H/1055 M-590 h/1194 M), masa Bani Saljuk, pengaruh Turki kedua
5)      Periode V (590 H/1104 M-656 h/1250 M), masa kebebasan dari pengaruh Dinasti lain.

Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya pada periode I. Para khalifah pada masa periode I dikenal sebagai tokoh yang kuat, pusat kekuasaan politik, dan agama sekaligus. Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang dimiliki khalifah harun al-rasyid dan puteranya Al-Ma’mun digunakan untuk kepentingan sosial seperti, lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan. Al-Ma’mun khalifah yang cinta kepada ilmu, dan banyak mendirikan sekolah.[3]

D.    Lembaga-Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat non fomal.Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengannya tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Diantara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang becorak non formal tersebut adalah :


1.      Kuttab Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis.Jadi kataba adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam Kuttab telah ada di negeri arab, walaupun belum banyak dikenal. Diantara penduduk makkah yang mula-mula belajar menulis huruf arab di kuttab ialah Sufyan ibnu Umayyah ibnu Abdu  Syams dan  Abu Qais Ibnu Abdi manaf ibnu Zuhroh ibnu Kilab.
2.      Pendidikan Rendah  di Istana
Corak pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di istana para orang tua siswa (para pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya. Rencana pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan pelajaran pada kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai dengan kehendak orang tua mereka.[4]
Guru yang mengajar di Istana disebut Muaddib.Kata muaddib berasal dari kata adab yang berarti budi pekerti atau meriwayatkan.guru pendidikan di istana disebut muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada anak-anak pejabat.
3.      Rumah-Rumah Para Ulama’ (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Walaupun sebenarnya, rumah bukanlah merupakan tempat yang baik untuk tempat memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak juga  rumah-rumah para ulama’ dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan karena ulama’ dan ahli yang bersangkutan yang tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan daripadanya.
Diantara rumah ulama’ terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina, Al-Gazali, Ali ibnu Muhammad Al-Fasihi, Ya’kub Ibni Killis, Wazir khalifah Al-Aziz billah Al-fatimy, dan lain-lainnya.
4.      Rumah Sakit
Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan Islam, dalam rangka menyebarkan kesejahteraan dikalangan umat Islam, maka banyak didirikan rumah sakit oleh kholifah dan pembesar-pembesar Negara.Rumah-rumah sakit tersebut bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan.
5.      Perpustakaan
Para ulama’  dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk diajarkan atau disampaikan kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama’  dan sarjana tersebut memberikan kesempatan kepada para penuntut ilmu untuk belajar diperpustakaan pribadi mereka.
Baitul hikmah di Baghdad yang didirikan khalifah Al-Rasyid adalah merupakan salah satu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu.
Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
6.      Masjid
Semenjak berdirinya dizaman nabi Muhammad SAW masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin.Ia, menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat menyelenggarakan pendidikan.
Pada masa Bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya di perlengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.[5]
E.     Kemajuan Pendidikan IslamPada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa Abbasiyah banyak kemajuan- kemajuan dalam bidang pendidikan diantaranya yaitu:
1.      Kemajuan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Abbas
Dibidang ilmu pengetahuan masa abbasiyah mencatat dimulainya sistemasi beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadits, dan Fiqh. Khususnya sejak tahun 143 H. para ulama mulai menyusun buku dalam bentuknya yang sistematis baik dibidang ilmu tafsir, hadits, maupun ilmu fiqh.
Diantara ulama tersebut yang terkenal adalah Ibnu Juraij (w.150 H) yang menulis kumpulan hadisnya dimekah, Malik Ibn Anas (w.171 H) yang menulis al muwatta` nya di madinah, Al Awza`I di wilayah syam, Ibn Abi Urubah dan Hammad Ibn salamah di Basrah, Ma`mar di Yaman, Sufyan Al Tsauri di kufah, Muhamad Ibn Ishaq (w.175 H) yang menulis buku sejarah (Al Maghazi) Al Layts Ibn Sa`ad (w.175 H) serta Abu Hanifah.
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari Naqli (Al Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam diantaranya :
a.       Ilmu Tafsir
Al Quran adalah sumber utama dalam agama Islam. oleh karena itu semua perilaku umat Islam harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa Arab memahami arti yang terkandung di dalamnya. Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan, ada dua cara penafsiran, yaitu : yang pertama, tafsir bi al ma`tsur, yaitu penafsiran Al Quran berdasarkan sanad meliputi al Qur’an dengan al Qur’an, al Qur’an dengan aL Hadits. Yang kedua, tafsir bi ar ra`yi, yaitu penafsiran Al Qur’an dengan mempergunakan akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya.
b.      Ilmu Hadits
Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Karena kedudukannya itu, maka setiap muslim selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikannya. Pada masa Abbasiyah, kegiatan pengkodifikasian/ pembukuan Hadits dilakukan dengan giat sebagai kelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya.Sejarah penulisan hadis-hadis Nabi memunculkan tokoh-tokoh seperti Ibn Juraij, Malik ibn Anas, juga Rabi` ibn Sabib (w.160 H) dan ibn Al Mubarak (w.181 H).
c.        Ilmu Fiqh
Ilmu Fiqh pada zaman ini juga mencatat sejarah penting, dimana para tokoh yang disebut sebagai empat imam mazhab fiqh hidup pada era tersebut, yaitu Abu Hanifah (w.150 H), Malik ibn Anas (w.179 H), Al Shafi’I (w.204 H), dan Ahmad ibn Hanbal (w.241 H).
d.       Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu ilmu syariat. Inti ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan atau menjauhkan diri dari kesenangan dan perhiasan dunia. Dalam sejarahnya sebelum muncul aliran Tasawuf, terlebih dulu muncul aliran Zuhud. Aliran ini muncul pada akhir abad I dan permulaan abad II H, sebagai reaksi terhadap hidup mewah khalifah dan keluarga serta pembesar-pembesar Negara sebagai akibat kejayaan yang diperoleh setelah Islam meluas ke Syria, mesir, Mesopotamia, dan Persia. Aliran zuhud mulai nyata kelihatan di kufah. Sedangkan dibasrah sebagai kota yang tenggelam atas kemewahan, aliran zuhud mengambil corak yang lebih ekstrim. Zahid yang terkenal disini adalah Hasan al Bisri dan Rabi’ah al Adawiyah.
e.       Ilmu Bahasa
Pada masa bani Abbasiyah, ilmu bahasa tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa Arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh, yang dimaksud ilmu bahasa adalah: nahwu, sharaf, ma’ani, bayan, bad’arudh, qamus, dan insya’.Di antara ulama yang termasyhur adalah : 1) Sibawaih (w.153 H), 2) Muaz al Harro (w.187 H), mula-mula membuat tashrif, 3) Al Kasai (w.190 H), pengarang kitab tata bahasa, 4) Abu Usman al Maziny (w.249 H), karangannya banyak tentang nahwu.
2.      Metode Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Pada masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: lisan, hafalan, dan tulisan.
1)      Metode Lisan
Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi. Metode dikte (imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode as-sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya.Metode qiro’ah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.
2)      Metode Menghafal
Metode menghafal Merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini.Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.
3)      Metode Tulisan
Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini.Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping berguna bagi proses penguasaan  ilmu pengetahuan juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratasi.
3.      Materi Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Materi pendidikan dasar pada masa daulat Abbasiyah terlihat ada unsur demokrasinya, disamping materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) bagi setiap murid juga ada materi yang bersifat pillihan (ikhtiari).Hal ini tampaknya sangat berbeda dengan materi pendidikan dasar pada masa sekarang.Di saat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan.Materi pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi.
Menurut Mahmud  Yunus dalam bukunya “Sejarah Pendidikan Islam”, yang dikutip oleh Suwito menjelaskan tentang materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) sebagai berikut :
1)Al-Qur’an, 2)Shalat, 3)Do’a, 4)Membaca dan menulis
Sedangkan materi pelajaran ikhtiari (pilihan) ialah ;
1)Berhitung. 2)ilmu nahwu dan bahasa arab  c) Syair-syair d) Riwayat/ Tarikh Arab.[6]

F.     Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Yang Berpengaruh Pada Masa Bani Abbasyiyah
Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas peyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru.Untuk mengungkap rahasia alam, para ilmuan mulai mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani Kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya.Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad, lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitian, Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru. Tokoh-tokohnya antara lain sebagai berikut :
1.      Bidang filsafat antara lain tercatat:  Al-Farabi, banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina (Avicenna) juga mengarang tentang buku filsafat yang terkenal diantaranya ialah al Syifa dan Ibnu Rusyd banyak berpengaruh di Barat lebih dikenal dengan nama (Averroes),
2.      Bidang Kedokteran  : Ibnu Sina (Avicenna), bukunya yang fenomenal yaitu al-Qanun fi al-Tiib. Ia juga berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Al-Thabari, Ar-Razi (Rhazes).
3.      Bidang ilmu fiqih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas, Al-Syafi’ie, dan Ahmad bin Hanbal.
4.      Bidang ilmu kalam ada Washil bin Atha, Ibnu Huzail, Al-Asy’ari, dan Maturidi.
5.      Bidang ilmu Tafsir adaIbn Jarir ath -Thabari dan Zamakhsyari.
6.      Bidang lmu hadits, yang paling populer adalah Bukhari dan Muslim.
7.      Bidang ilmu tasawuf terdapat Rabi’ah Al- Adawiyah, Ibnu ‘Arabi, Al-Hallaj, Hasan al-Bashri, dan Abu Yazid Al-Bustami.
8.      Bidang Astronomi : Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kalimenyusun astrolobe.
9.      Bidang Optik :Ibnu Haytsam dan Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen), terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihatnya.
10.  Bidang Kimia : Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak
11.  Bidang Matematika : Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi.
12.  Bidang Sejarah : Al-Mas’udi, diantara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir Ibn Sa’ad
13.  Bidang geografi ada Al-Khawarizmi, Al-Ya’qubi, dan Al-Mus’udi.[7]


KESIMPULAN

Khalifah Bani Abbasiyah merupakan pengganti khalifah Bani Umayyah. Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Khalifah Bani Abbas merupakan pendiri khalifah Bani Abbasiyah. Khalifah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid dan putranya yang bernama Al-ma’mun.
Masa Bani Abbasiyah merupakan puncak perkembangan ilmu pengetahuan dan ajaran Islam. Hal ini disebabkan Harun Al Rasyid memanfaatkan kekayaannya untuk membangun rumah sakit, untuk keperluan sosial, untuk mendirikan lembaga pendidikan kedokteran, farmasi, ilmu astronomi, matematika, kritik sastra. Ilmu pengetahuan tidak hanya berkembang di Baghdad tetapi juga di Basrah, Jundabir, Kufah dan Harran.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah banyak melahirkan ilmuwan dan temuan baru. Al-Fazari berhasil mengembangkan ilmu asrologi dan sebagai astronom Islam pertama yang berhasil menyusun astrolobe. Dalam bidang Kedokteran Ibnu Sina berhasil menulis buku al-Qanun fi al-Tiib yang menjadi buku fenomenal. Ibnu sina juga menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Dalam bidang Kimia Jabir ibn Hayyan,mengemukakan pendapatnya bahwa logam seperti besi, tembaga dan timah dan tembaga dapat diubah menjadi perak atau emas.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Nizar, Samsul. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: kencana
Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, Bandung: Amico, 1994
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta. Kencana, 2008
Zuhairi Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta, Bumi Aksara, 1995
http://ab-dina.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-islam-masa-abbasiyah.html


[1] Samsul Nizar, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: kencana, 2011), h. 65-66
[2] Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: CV Amirco, 1994), h. 25-26
[3] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta. Kencana, 2008), 11
[4] Ibid.,h.13
[5] Zuhairi Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), h.89
[6] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta. Kencana, 2008), 15
[7] http://ab-dina.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-islam-masa-abbasiyah.html


1 komentar:

  1. Let me tell you something...

    This might sound really creepy, and maybe even kind of "out there"....

    WHAT if you could just push "PLAY" to LISTEN to a short, "musical tone"...

    And INSTANTLY bring MORE MONEY to your LIFE?

    What I'm talking about is BIG MONEY, even MILLIONS of DOLLARS!

    Think it's too EASY? Think it's IMPOSSIBLE?!?

    Well then, I'll be the one to tell you the news..

    Many times the largest miracles in life are also the SIMPLEST!

    Honestly, I will PROVE it to you by letting you PLAY a REAL "magical money tone" I developed...

    (And COMPLETELY RISK FREE).

    YOU just hit "PLAY" and watch as your abundance angels fly into your life.. starting almost INSTANTLY..

    TAP here to PLAY this magical "Miracle Wealth Building Tone" - it's my gift to you!

    BalasHapus