Rabu, 13 Desember 2017

AKHLAK TASAWUF

AKHLAK MANUSIA TERHADAP  ALLAH  DAN WUJUD LAINNYA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
AKHLAK TASAWUF
                                                                                                             


Disusun Oleh  : Kelompok 4
Alfadilatu Ahmad     2014.1839
                                               


Dosen Pengampu :
Drs. H. Azwir Ma’ruf,  MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT

2017 M/1438 H

PENDAHULUAN
Tugas utama dari Nabi Muhammad Saw. Adalah menyempurnakan akhlak mulia di bumi ini. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji di kalangan orang-orang (masyarakat)yang bertaqwa.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak, maka rusaklah lahir batinnya.
Pada makalah ini membahas tentang Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada Manusia dan Akhlak kepada Alam (Lingkungan).

PEMBAHASAN
A.    Akhlak Kepada Allah SWT
a.       Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq). Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah. Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.[1]Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah ta’ala dan sesamanya.
b.      Alasan Mengapa Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Yaitu:
1.      Allah-lah yang mencipatakan manusia.Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut, :
̍ÝàYuù=sù ß`»|¡RM}$# §NÏB t,Î=äz ÇÎÈ t,Î=äz `ÏB &ä!$¨B 9,Ïù#yŠ ÇÏÈ ßlãøƒs .`ÏB Èû÷üt/ É=ù=Á9$# É=ͬ!#uŽ©I9$#ur ÇÐÈ

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia tercipta dari air yang terpancar. yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:5-7).
2.      Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.yang :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
 “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)
3.      Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13. :
* ª!$# Ï%©!$# t¤y â/ä3s9 tóst7ø9$# y̍ôftGÏ9 à7ù=àÿø9$# ÏmÏù ¾Ín̍øBr'Î/ (#qäótGö;tGÏ9ur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ö/ä3¯=yès9ur tbrãä3ô±s? ÇÊËÈ t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÊÌÈ
“Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 )
4.      Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat, 70. :
* ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ
  “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).
c.       Akhlak Terpuji Kepada Allah. yang meliputi antara lain :
1.      Mentauhidkan AllahYaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan dalam Qur’an Surat Al-Ikhlas : 1-4
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ .
2.      Bertaqwa kepada AllahMaksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
3.      Beribadah kepada Allah. Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162
ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ
 ”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.[2]
4.      TaubatSebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Ali-Imron : 135.
5.      Membaca Al-Qur’anSeseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya : “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya”.
6.      IkhlasSecara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
7.      Khauf dan Raja’Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’ karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja’ dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.[3]
8.      Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah. Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurny seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul maka tidaklah dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
9.      Muraqobah. Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan Allah[4]
10.  Tawakal Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah Hud: 123, yang arinya :”Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan- urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.” Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.

B.     Akhlak kepada sesama manusia
a.       Pengertian Akhlak kepada sesama manusia
Pengertian Akhlak kepada sesama manusia berarti kita harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut, sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram.
b.      Alasan Mengapa Sesama Manusia Harus Saling Berakhlak
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, dalam bermasyarakat kita perlu saling menghargai, bagaimana cara bersikap kepada orang yang lebih tua maupun muda. Ini merupakan alasan mengapa akhlak sangat penting bagi sesama manusia, karena dengan kita berakhlak, maka kita akan dapat saling menghargai satu sama lain.
c.       Akhlak Terpuji Kepada Sesama Manusia
1.      Husnudzan
Secara bahasa husnudzan berasal dari lafadz “husnun” yang artinya baik dan lafadz “adzonu” prasangka, sehingga husnudzan berarti prasangka, perkiraan, atau dugaan baik. Menurut istilah husnuzan adalah cara pandang sesesorang yang membuatnya melihat sesuatu secara positif.Seorang yang memiliki sikap husnuzan memandang semua orang itu baik dan akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Pentingnya husnudzan terhadap sesama manusia, maka dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan, dan di segani lawan. Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Sebab tidak ada pergaulan yang harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya. Dengan begitu hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama, dan selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.[5]
2.      Tawadhu’
Secara terminologis Tawadhu’ adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.[6]
Sesungguhnya orang yang tawadhu’ dan lemah lembut, keduanya itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayangnya diatas bumi, yang mana kepada saudara-saudara mereka sesama mukmin mereka berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang. Sementara kepada orang kafir musuh-musuh Islam mereka bersikap keras dalam artian tegas.[7]Tawadhu’ dapat dikatakan jalan ynag mengantarkan manusia bersatu dan damai dalam pergaulan, dan sebagai sikap untuk membina persaudaraan.
3.      Tasamuh
Tasamuh berasal dari kata تَسَامَحَيَتَسَامَحَ yang artinya toleransi. Tasamuh berarti sikap tenggang rasa saling menghormati saling menghargai sesama manusia untuk melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena kmanusia dapat merasakan bahagia apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.[8]Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan, mewujudkan suasana yang harmonis, dapat menjalin dan memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar umat beragama, dan memperoleh banyak kemudahan.
4.      Ta’awun
Ta’awun berasal dari bahasa arab تَعَاوَنَ- يَتَعَاوَنُ- تَعَاوُنًا  yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu  membantu dengan sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri, kenyataan membuktikan bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.[9]
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat tanpa bantuan dan kerjasama dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik yang sifatnya material maupun non material. Orang kaya membantu yang miskin dalam hal materi dan harta, sementara orang miskin membantu yang kaya dalam hal tenaga dan jasa. Saling menolong tidak hanya dalam hal materi tetapi dalam berbagai hal diantaranya tenaga, ilmu, dan nasihat. Suatu masyarakat akan nyaman dan sejahtera jika dalam kehidupan masyarakat tertanam sikap ta’awun dan saling membantu satu sama lain
C.    Akhlak kepada alam (lingkungan)
Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui al quran mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.[10]
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikannya dengan baik.[11] Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan kepada hal-hal sebagi berikut:
1.      bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi;
2.      bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al quran;
3.      bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian alam yang bersifat umum dan yang khusus;
4.      bahwa Allah memerintahkan kepadaa manusia untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi makmur;
5.      manusia berkewajiban mewujudkan mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi.[12]
Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian alam atau kerusaakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan manusia. Alam yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi sulit, rezeki kk sempit dan dapat membawa kepada kesengsaraan. Pelestarian alam ini waajib dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara.[13]
Manusia hidup bergantung pada alam sekitar. Mula-mula mereka hidup secara berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat-tempat yang menyediakan hidup dan makan. Mereka lalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain setelah bahan makanan habis dan tidak didapat. Namun seiring dengan kemajuan kehidupan manusia, bukan berarti ketergantungan dan kebutuhannya terhadap alam semakin berkurang. Mereka tetap membutuhkan alam sekitarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu, manusia harus menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan makhluk di sekitarnya, yaitu dengan cara berakhlak yang baik kepadanya.[14] Dalam ajaran Islam, akhlak kepada alam seisinya dikaitkan dengan tugas manusia sebagi khalifah di muka bumi.[15]
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al Baqarah[2] : 30).
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.[16]
Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :
1.      melarang penebangan pohon-pohon secara liar
2.      melarang perburuan binatang secara liar.
3.      melakukan reboisasi.
4.      membuat cagar alam dan suaka margasatwa.
5.      mengendalikan erosi.
6.      menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai.
7.      memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat.
8.      memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.[17]
Manusia di bumi sebagai khalifah, mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memeliharanya dengan baik.
Allah berfirman :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al Qashash[28] :77)
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.      Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam. Allah berfirman :
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran[3] : 190)
2.      Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia. Allah berfirman :
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# $V©ºtÏù uä!$yJ¡¡9$#ur [ä!$oYÎ/ tAtRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 ( Ÿxsù (#qè=yèøgrB ¬! #YŠ#yRr& öNçFRr&ur šcqßJn=÷ès? ÇËËÈ
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah[2] : 22)
uqèd Ï%©!$# šYn=y{ Nä3s9 $¨B Îû ÇÚöF{$# $YèŠÏJy_ §NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# £`ßg1§q|¡sù yìö7y ;Nºuq»yJy 4 uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇËÒÈ
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu(QS Al Baqarah[2] : 29)
$yJßg©9yr'sù ß`»sÜø¤±9$# $pk÷]tã $yJßgy_t÷zr'sù $£JÏB $tR%x. ÏmŠÏù ( $uZù=è%ur (#qäÜÎ7÷d$# ö/ä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã ( ö/ä3s9ur Îû ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇÌÏÈ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (QS. Al Baqarah[2] : 36)
$ygƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(QS. Al Baqarah[2] : 168)[18]


KESIMPULAN

Akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq
Akhlak Terpuji Kepada Allah. yang meliputi antara lain;
1.      Mentauhidkan
2.      Bertaqwa kepada
3.      Beribadah kepada Allah.
4.      Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah.
5.      Tawakal
Akhlak kepada sesama manusia berarti kita harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut, sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram.
Akhlak Terpuji Kepada Sesama Manusia antara lain: Husnudzan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.      Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam.
2.      Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah Yatimin. ( 2007).  Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta : Amzah.
Ali Abdul Halim Mahmud. (2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Asmaran. (2003). Pengantar studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo.
Baljon. (1991). Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ilyas Yunahar. (2005). Kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI.
Masan al Fat. (1994). Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita.
Rakhmat Djatnika. (1992). Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas
Syahminan Zaini. (1996). Isi Pokok Ajaran Al Qur’an. Jakarta: Kalam Mulia.


[1]Rakhmat Djatnika. (1992). Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas, h. 173
[2]Abdullah Yatimin. ( 2007).  Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta : Amzah, h. 201
[3] Ilyas Yunahar. (2005). Kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI, h. 38

[4] Yunahar Ilyas. (2007). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, h. 54

[5]Baljon. (1991). Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia. Jakarta: Pustaka Firdaus, h. 16.
[6]Ali Abdul Halim Mahmud. (2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani, h. 177
[7] Masan al Fat. (1994). Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita, h. 126.
[8]Ibid., h. 186.
[9]Anwar Masy’ari. (1990). Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: PT. Bina Ilmu, h. 153
[10]Syahminan Zaini. (1996). Isi Pokok Ajaran Al Qur’an. Jakarta: Kalam Mulia,  h. 201
[11]Asmaran. (2003). Pengantar studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo,  h. 182
[12] M. Yatimin Abdullah. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran. Jakarta: Amzah,  h. 231
[13] Asmaran, Op. Cit, h. 183
[14] M. Yatimin, Op. Cit, h. 231
[15]Ibid, h. 231-232                                                  
[16]Ibid, h. 232
[17] Syahminan Zaini. (1996). Isi Pokok Ajaran Al Qur’an. Jakarta: Kalam Mulia,  h. 224
[18]M. Yatimin, Op. Cit., h. 232-233

Tidak ada komentar:

Posting Komentar