AKHLAK MANUSIA TERHADAP
ALLAH DAN WUJUD LAINNYA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
AKHLAK TASAWUF
Disusun Oleh : Kelompok 4
Alfadilatu Ahmad 2014.1839
Dosen Pengampu :
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2017
M/1438
H
PENDAHULUAN
Tugas utama dari Nabi
Muhammad Saw. Adalah menyempurnakan akhlak mulia di bumi ini. Mencakup semua
bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji di kalangan orang-orang
(masyarakat)yang bertaqwa.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa,
sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak, maka
rusaklah lahir batinnya.
Pada
makalah ini membahas tentang Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada Manusia dan
Akhlak kepada Alam (Lingkungan).
PEMBAHASAN
A.
Akhlak Kepada Allah SWT
a.
Pengertian
Akhlak Kepada Allah SWT.
Menurut Kahar Masyhur
akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan
manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang
seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai
Kholiq). Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada
Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang
sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak
yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur
kepada Allah. Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia,
malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.[1]Seorang
yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah
ta’ala dan sesamanya.
b.
Alasan
Mengapa Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah
Seorang muslim yang
baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT. Karena kita
sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya
kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur ,
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada
Allah. Yaitu:
1.
Allah-lah
yang mencipatakan manusia.Dia yang menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana
di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut, :
ÌÝàYuù=sù
ß`»|¡RM}$# §NÏB t,Î=äz ÇÎÈ t,Î=äz `ÏB &ä!$¨B 9,Ïù#y ÇÏÈ ßlãøs
.`ÏB Èû÷üt/ É=ù=Á9$# É=ͬ!#u©I9$#ur ÇÐÈ
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah
dia diciptakan?. Dia tercipta dari air yang terpancar. yang terpancar dari
tulang sulbi dan tulang dada.
(at-Tariq:5-7).
2.
Allah-lah
yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.yang :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr&
.`ÏiB
ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w
cqßJn=÷ès?
$\«øx© @yèy_ur
ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9 crãä3ô±s?
ÇÐÑÈ
“Dan Allah
telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)
3.
Allah-lah
yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam
surat al-Jatsiyah ayat 12-13. :
* ª!$# Ï%©!$# t¤y â/ä3s9 tóst7ø9$# yÌôftGÏ9 à7ù=àÿø9$# ÏmÏù
¾ÍnÌøBr'Î/
(#qäótGö;tGÏ9ur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ö/ä3¯=yès9ur tbrãä3ô±s?
ÇÊËÈ t¤yur
/ä3s9
$¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur
Îû ÇÚöF{$#
$YèÏHsd
çm÷ZÏiB 4 ¨bÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 crã©3xÿtGt ÇÊÌÈ
“Allah-lah
yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 )
4.
Allah-lah
yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan
lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat, 70. :
* ôs)s9ur
$oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPy#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur
ÆÏiB
ÏM»t7Íh©Ü9$# óOßg»uZù=Òsùur 4n?tã 9ÏV2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxÅÒøÿs? ÇÐÉÈ
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka
dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).
c.
Akhlak
Terpuji Kepada Allah. yang meliputi antara lain :
1. Mentauhidkan
AllahYaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang
digambarkan dalam Qur’an Surat Al-Ikhlas : 1-4
ö@è%
uqèd
ª!$#
îymr& ÇÊÈ ª!$#
ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9
ô$Î#t öNs9ur ôs9qã
ÇÌÈ öNs9ur `ä3t ¼ã&©! #·qàÿà2
7ymr& ÇÍÈ .
2. Bertaqwa
kepada AllahMaksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat
melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang
dilarang-Nya.
3. Beribadah
kepada Allah. Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162
ö@è%
¨bÎ)
ÎAx|¹
Å5Ý¡èSur y$uøtxCur
ÎA$yJtBur
¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ
”Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.”Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al-
Bayyinah : 7-8.[2]
4. TaubatSebagai
seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika
kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah
segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Ali-Imron : 135.
5. Membaca
Al-Qur’anSeseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan
selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya : “Bacalah Al-Qur’an,
karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat dihari kiamat kepada
para pembacanya”.
6. IkhlasSecara
terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata
mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat
tanpa pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
7. Khauf
dan Raja’Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang
harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’
karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek),
sedangkan raja’ dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang
baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala
pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.[3]
8. Bersyukrur
terhadap nikmat yang diberikan Allah. Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat
atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurny seorang h amba berkisar atas
tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul maka tidaklah dinamakann syukur.
Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara lahir, dan
menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
9. Muraqobah.
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam
pengawasan Allah[4]
10. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah
Hud: 123, yang arinya :”Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di
bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan- urusan semuanya, maka sembahlah
Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari
apa yang kamu kerjakan.” Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha
maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu
nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.
B.
Akhlak kepada sesama manusia
a.
Pengertian
Akhlak kepada sesama manusia
Pengertian Akhlak kepada sesama manusia
berarti kita harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada
siapa orang tersebut, sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram.
b. Alasan
Mengapa Sesama Manusia Harus Saling Berakhlak
Manusia merupakan makhluk sosial yang
saling membutuhkan satu sama lain, dalam bermasyarakat kita perlu saling
menghargai, bagaimana cara bersikap kepada orang yang lebih tua maupun muda.
Ini merupakan alasan mengapa akhlak sangat penting bagi sesama manusia, karena
dengan kita berakhlak, maka kita akan dapat saling menghargai satu sama lain.
c. Akhlak
Terpuji Kepada Sesama Manusia
1. Husnudzan
Secara bahasa husnudzan berasal dari
lafadz “husnun” yang artinya baik dan lafadz “adzonu” prasangka, sehingga
husnudzan berarti prasangka, perkiraan, atau dugaan baik. Menurut istilah
husnuzan adalah cara pandang sesesorang yang membuatnya melihat sesuatu
secara positif.Seorang yang memiliki sikap husnuzan memandang semua orang itu
baik dan akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan
hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya, sehingga tidak
menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang,
berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga,
dengki, dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Pentingnya husnudzan terhadap sesama
manusia, maka dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan, dan di
segani lawan. Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses
dalam pergaulan, baik pergaulan di sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat. Sebab tidak ada pergaulan yang harmonis tanpa adanya prasangka baik
antara satu individu dengan individu lainnya. Dengan begitu hubungan
persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar dari penyesalan
dalam hubungan dengan sesama, dan selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan
orang lain.[5]
2. Tawadhu’
Secara terminologis Tawadhu’ adalah
ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika
suka atau dalam keadaan marah. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.[6]
Sesungguhnya orang yang tawadhu’ dan lemah
lembut, keduanya itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayangnya
diatas bumi, yang mana kepada saudara-saudara mereka sesama mukmin mereka
berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang. Sementara kepada orang kafir
musuh-musuh Islam mereka bersikap keras dalam artian tegas.[7]Tawadhu’
dapat dikatakan jalan ynag mengantarkan manusia bersatu dan damai dalam
pergaulan, dan sebagai sikap untuk membina persaudaraan.
3. Tasamuh
Tasamuh berasal dari kata تَسَامَحَ –
يَتَسَامَحَ
yang artinya toleransi. Tasamuh berarti sikap tenggang rasa saling menghormati
saling menghargai sesama manusia untuk melaksanakan hak-haknya. Kita wajib
menghormati karena kmanusia dapat merasakan bahagia apabila hidup bersama
manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh
manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.[8]Tasamuh
dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan, mewujudkan suasana yang
harmonis, dapat menjalin dan memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama,
mempererat tali persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar
umat beragama, dan memperoleh banyak kemudahan.
4. Ta’awun
Ta’awun berasal dari bahasa arab تَعَاوَنَ- يَتَعَاوَنُ-
تَعَاوُنًا
yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu membantu dengan
sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri,
kenyataan membuktikan bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan
pihak lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia
memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.[9]
Manusia sebagai makhluk sosial tidak
dapat hidup sendiri dalam masyarakat tanpa bantuan dan kerjasama dengan manusia
lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik yang sifatnya material maupun
non material. Orang kaya membantu yang miskin dalam hal materi dan harta,
sementara orang miskin membantu yang kaya dalam hal tenaga dan jasa. Saling
menolong tidak hanya dalam hal materi tetapi dalam berbagai hal diantaranya
tenaga, ilmu, dan nasihat. Suatu masyarakat akan nyaman dan sejahtera jika
dalam kehidupan masyarakat tertanam sikap ta’awun dan saling membantu satu sama
lain
C.
Akhlak
kepada alam (lingkungan)
Alam ialah segala sesuatu yang ada di
langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui al quran
mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.[10]
Manusia sebagai khalifah diberi
kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.
Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam
seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam
sekitarnya, yakni melestarikannya dengan baik.[11]
Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan
kepada hal-hal sebagi berikut:
1. bahwa
manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi;
2. bahwa
alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al quran;
3. bahwa
Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian alam yang bersifat
umum dan yang khusus;
4. bahwa
Allah memerintahkan kepadaa manusia untuk mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi makmur;
5. manusia
berkewajiban mewujudkan mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi.[12]
Manusia wajib bertanggung jawab terhadap
kelestarian alam atau kerusaakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan
manusia. Alam yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi
manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi
sulit, rezeki kk sempit dan dapat membawa kepada kesengsaraan. Pelestarian alam
ini waajib dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara.[13]
Manusia hidup bergantung pada alam
sekitar. Mula-mula mereka hidup secara berpindah-pindah (nomaden) mencari
tempat-tempat yang menyediakan hidup dan makan. Mereka lalu berpindah-pindah
dari suatu tempat ke tempat lain setelah bahan makanan habis dan tidak didapat.
Namun seiring dengan kemajuan kehidupan manusia, bukan berarti ketergantungan
dan kebutuhannya terhadap alam semakin berkurang. Mereka tetap membutuhkan alam
sekitarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu, manusia harus
menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan makhluk di sekitarnya, yaitu
dengan cara berakhlak yang baik kepadanya.[14]
Dalam ajaran Islam, akhlak kepada alam seisinya dikaitkan dengan tugas manusia
sebagi khalifah di muka bumi.[15]
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui". (QS. Al Baqarah[2] : 30).
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya
semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.[16]
Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat
dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :
1. melarang
penebangan pohon-pohon secara liar
2. melarang
perburuan binatang secara liar.
3. melakukan
reboisasi.
4. membuat
cagar alam dan suaka margasatwa.
5. mengendalikan
erosi.
6. menetapkan
tata guna lahan yang lebih sesuai.
7. memberikan
pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat.
8. memberikan
sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.[17]
Manusia di bumi sebagai khalifah,
mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan
memeliharanya dengan baik.
Allah
berfirman :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù
9t?#uä ª!$#
u#¤$!$# notÅzFy$#
(
wur
[Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr&
ª!$#
øs9Î) (
wur
Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$#
Îû ÇÚöF{$#
(
¨bÎ)
©!$#
w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS.
Al Qashash[28] :77)
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang
wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Memerhatikan
dan merenungkan penciptaan alam. Allah berfirman :
cÎ)
Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
É#»n=ÏF÷z$#ur
È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(QS. Ali Imran[3] : 190)
2. Memanfaatkan
alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia.
Allah berfirman :
Ï%©!$#
@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# $V©ºtÏù uä!$yJ¡¡9$#ur
[ä!$oYÎ/ tAtRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$#
[ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/
z`ÏB
ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 (
xsù
(#qè=yèøgrB ¬! #Y#yRr& öNçFRr&ur cqßJn=÷ès? ÇËËÈ
Dialah
Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(QS.
Al Baqarah[2] : 22)
uqèd
Ï%©!$#
Yn=y{ Nä3s9
$¨B Îû ÇÚöF{$# $YèÏJy_ §NèO
#uqtGó$#
n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# £`ßg1§q|¡sù yìö7y ;Nºuq»yJy 4 uqèdur Èe@ä3Î/
>äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇËÒÈ
Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu(QS Al Baqarah[2] : 29)
$yJßg©9yr'sù
ß`»sÜø¤±9$# $pk÷]tã $yJßgy_t÷zr'sù $£JÏB $tR%x. ÏmÏù
(
$uZù=è%ur (#qäÜÎ7÷d$#
ö/ä3àÒ÷èt/
CÙ÷èt7Ï9 Arßtã ( ö/ä3s9ur
Îû ÇÚöF{$#
@s)tGó¡ãB
ìì»tFtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇÌÏÈ
Lalu
keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan". (QS. Al Baqarah[2] :
36)
$ygr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qè=ä.
$£JÏB Îû ÇÚöF{$#
Wx»n=ym
$Y7ÍhsÛ wur
(#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4
¼çm¯RÎ)
öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B
ÇÊÏÑÈ
Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(QS. Al
Baqarah[2] : 168)[18]
KESIMPULAN
Akhlak kepada Allah
dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan
berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai
hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq
Akhlak Terpuji Kepada Allah. yang
meliputi antara lain;
1. Mentauhidkan
2. Bertaqwa
kepada
3. Beribadah
kepada Allah.
4. Bersyukrur
terhadap nikmat yang diberikan Allah.
5. Tawakal
Akhlak kepada sesama manusia berarti
kita harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa
orang tersebut, sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan
tenteram.
Akhlak Terpuji Kepada Sesama Manusia
antara lain: Husnudzan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya
semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.Berakhlak
dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam
sekitarnya
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang
wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Memerhatikan
dan merenungkan penciptaan alam.
2. Memanfaatkan
alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah Yatimin. (
2007). Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta : Amzah.
Ali Abdul Halim Mahmud.
(2004). Akhlak Mulia. Jakarta: Gema
Insani.
Asmaran. (2003). Pengantar studi Akhlak. Jakarta: Raja
Grafindo.
Baljon. (1991). Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ilyas Yunahar. (2005). Kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI.
Masan al Fat. (1994). Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita.
Rakhmat Djatnika.
(1992). Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia).
Jakarta: Pustaka Panjimas
Syahminan Zaini.
(1996). Isi Pokok Ajaran Al Qur’an. Jakarta:
Kalam Mulia.
[1]Rakhmat Djatnika. (1992). Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia).
Jakarta: Pustaka Panjimas, h. 173
[2]Abdullah
Yatimin. ( 2007). Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta : Amzah, h. 201
[3]
Ilyas
Yunahar. (2005). Kuliah Akhlak.
Yogyakarta : LPPI, h. 38
[4] Yunahar Ilyas. (2007). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,
h. 54
[5]Baljon. (1991). Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia.
Jakarta: Pustaka Firdaus, h. 16.
[6]Ali
Abdul Halim Mahmud. (2004). Akhlak Mulia.
Jakarta: Gema Insani, h. 177
[7] Masan al Fat. (1994). Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita, h. 126.
[8]Ibid., h. 186.
[9]Anwar Masy’ari. (1990). Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: PT. Bina
Ilmu, h. 153
[10]Syahminan
Zaini. (1996). Isi Pokok Ajaran Al Qur’an.
Jakarta: Kalam Mulia, h. 201
[12]
M.
Yatimin Abdullah. (2007). Studi Akhlak
dalam Perspektif Al Quran. Jakarta: Amzah,
h. 231
[13]
Asmaran, Op. Cit, h. 183
[14] M. Yatimin, Op. Cit, h. 231
[17]
Syahminan
Zaini. (1996). Isi Pokok Ajaran Al Qur’an.
Jakarta: Kalam Mulia, h. 224
[18]M. Yatimin, Op.
Cit., h. 232-233
Tidak ada komentar:
Posting Komentar