PENGERTIAN KONSEP KURIKULUM
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
PENGEMBANGAN KURIKULUM

DisusunOleh : Kelompok 2
Alfadilatu Ahmad 2014.1839
Yasriadi
2014.1910
Dosen Pembimbing
:
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2016
M/1437
H
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Klasik Dan Modern
1. Pengertian Kurikulum Menurut Pandangan
Klasik
Menurut kamus webster’s new
internasional dictionary (1953), memberikan arti kurikulum sebagai berikut :
“... a specified fixed couse of study, as in a school or college, as one
leading to a degree. “
Pengertian di atas memandang bahwa
kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai
untuk mencapai suatu tingkat pendidikan.[1]
Sedangkan menurut Oemar Hamalik,
merumuska pengertian kurikulum berdasarkan pandangan klasik , bahwa kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh
ijazah.
Jika kita analisis kedua pandangan di
atas, maka akan di jumpai hal-hal yang sangat mendasar dan bermakna dalam
penyampain informasi kepada anak didik.
Beberapa hal yang sangat mendasar itu
terdiri dari :
a.
Kurikulum terdiri dari mata pelajaran yang telah disusun berdasarkan
pengalaman nenek moyang masa lampau.
b.
Mata pelajaran itu adalah sejumlah pengetahuan yang disampaikan pada anak
didik.
c.
Mata pelajaran yang disampaikan mengambarkan kebudayaan masa lalu.
d.
Tujuan mempelajari mata pelajaran itu untuk mencapai ijazah.
e.
Setiap siswa diharuskan menerima pelajaran.
f.
Cara pencapain pelajaran hampir selamanya dengan penuangan.
Pandangan di atas ternyata sejalan
dengan ungkapan Supandi bahwa : kurikulum adalah sebagai perangkat berbagai
mata pelajaran yang harus dipelajari siswa.
Bila dikaji lebih lanjut istilah
kurikulum mempunyai berbagai macam arti setelah ditelusuri ternyata dapat
disarikan dalam tiga hal:
a. Kurikulum diartikan sebagai pengalaman
belajar diperoleh siswa dari sekolah.
b. Kurikulum diartikan sebagai rencana
pelajaran.
c. Kurikulum diartikan sebagai rencana
belajar siswa.
Pandangan tradisional memandang
kurikulum tidak lebih dari sekedar rencana pelajaran di suatu sekolah.
Pelajaran itu harus ditempuh siswa di suatu sekolah itulah yang dinamakan
kurikulum.Ternyata kini banyak anggapan bahwa batasan kurikulum tersebut tidak
memadai lagi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi maju di abad modern.
Maka kurikulum di abad atom sekarang banyak menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Pandangan
Modern
Sesuai dengan perkembangan, Romine
menyatakan bahwa : bahwa kurikulum adalah “ Curriculum is interpreted to
mean all of the organized couserses, activities and experiesces which pupils
have under the direction of the school, wether in the classroom ornot.
Menurut pandangan modern kegiatan
intrakurikuler dan ekstra kurikuler tidak ada pemisahan yang tegas,
semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan bagi ssiswa
adalah kurikulum.[2]
Pandangan baru mengatakan bahwa
kurikulum adalah merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah
untuk siswa. Meliputi program yang direncanakan itu siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya, sesuai
dengan pendidikan yang telah tentukan. Dengan melalui program kurikuler,
sekolah menyediahkan lingkungan bagi siswa untuk berkembang, karena itu
kurikulum disusun sedemikian rupa agar memungkinkan siswa melakukan berbagai
ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran –mata
pelajaran saja, tetapi meleputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran, perlengkapan,
perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar halaman sekolah dan lain-lain.
B. Kurikulum Ideal/Ponsial
Sebagai suatu rencana atau program
tertulis, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, setiap guru seharusnya dapat
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kurikulum. Inilah yang dinamakan kurikulum
ideal, yaitu kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai
acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar. Oleh karena
kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka kurikulum ini juga dinamakan
kurikulum formal atau kurikulum tertulis. Contoh dari kurikulum ini adalah
kurikulum sebagai suatu dokumen seperti kurikulum SMU 1989, kurikulum SD 1975
yang berlaku pada tahun itu, dan lain sebagainya.
Sebagai sebuah pedoman,
kurikulum ideal memegang peran yang sangat penting dalam merancang pembelajaran
yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa. Sebab, melalui pedoman tersebut guru
minimal dapat menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa. Dapat kita bayangkan tanpa tujuan yang jelas sebagai rambu-rambu, maka
guru akan kesulitan dan menentukan dan merencanakan program pembelajan[3]
2. Menentukan isi atau materi pembelajaran yang harus
dikuasai untuk mencapai tujuan atau penguasaan kompetensi
3. Menyusun strategi pembelejaran untuk guru dan siswa
sebagai upaya pencapain tujuan.
4. Menentukan keberhasilan pencapain tujuan atau kompetensi.
Memerhatikan begitu pentingnya
keberadaan kurikulum ideal, maka setiap guru dituntu untuk memahami dengan
benar kurikulum ideal, bukan hanya
tentang tujuan yang harus dicapai akan tetapi berbagai hal yang
berhubungan dengan upaya pencapain tujuan itu sendiri.[4]
C. Kurikulum Aktual/Ril
Kurikulum yang dilaksanakan dalam
pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan
harapan, namun seharusnya mendekati kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan
dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar
yang telah direncanakan, yang akan dilaksanakan dalam rangka panjang. Sedang
pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam
belajar mengajar.
Selain itu, kurikulum aktual juga dapat
diartikan sebagai kurikulum yang secara rill dapat dilaksanakan oleh guru
sesuai keadaan dan kondisi yang ada. Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan kurikulum aktual diantaranya adalah : sarana yang tersediah di
sekolah, kemampuan sumber daya manusia khususnya guru dan kebijakan-kebijakan
sekolah.[5]
D. Kurikulum Inti dan Inti Kurikulum
1. Kurikulum Inti
a. Sejarah
Munculnya Kurikulum Inti
Munculnya kurikulum inti atas dasar
pemikiran bahwa pendidikan memberikan tekanan dua aspek yang berbeda, yakni :
adanya reaksi terhadap mata pelajaran
teori bercerai-cerai yang mengkumulasi bahan pengetahuan. Mengorganisasi mata
pelajaran dalam suatu inti yang mempersatukan banyak bahan pelajaran diharapkan
merupakan cara yang dapat memperkaya isi mata pelajaran dengan makna yang lebih
luas. Perkembangan ini menimbulkan lahirnya kurikulum inti yang didasarkan
kepada unifikasi mata pelajaran sebagai inti dari program pendidikan di
sekolah.
Perubahan konsep mengenai peranan sosial
pendidikan di sekolah. Di dalam masyarakat yang semakin terbagi-bagi dan
difragmentarisasi oleh temuan yang timbul dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
diperlukan adanya suatu program pendidikan yang menekankan kepada
mempertahankan nilai-nilai umum dan perspektif sosial yang dianut bersama.
b. Pengertian Kurikulum Inti
Core artinya inti,
dalam kurikulum berarti pengalaman belajar yang harus diberikan baik yang
berupa individual maupun kebutuhan umum.
Pada
umumnya, kurikulum inti memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Ciri-ciri
pokok :
1) Core pelajar meliputi
pengalaman-pengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua
siswa.
2) Core program berkenaan
dengan pendidikan umum untuk memperoleh bermacam-macam hasil.
3) Berbagagai
kegiatan dan pengalaman Core disusun dan diajarkan dalam bentuk
kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah.
4) Core program
diselenggarakan dalam waktu yang lebih lama.
b) Ciri
umum :
1) Perencanaan
oleh guru-guru secara kooperatif.
2) Pengalaman-pengalaman
belajar disusun dalam unit yang luas dan komprehensif berdasarkan tantangan,
minat, kebutuhan, dan masalah dari kalangan siswa dan masyarakat sekitar.
3) Core pelajaran menggunakan
proses demokrasi.
4) Banyak
dari core program yang dikaitkan dengan bimbingan dan pengajaran.
5) Core program secara lebih
menggunakan sumber pengajaran yang lebih luas, dan prosedur pelajaran yang
lebih fleksibel dan variatif.
6) Penggunaan
problem solving dalam core program.
7) Guru
dan murid saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik, sehingga memudahkan
pemberian pelayanan terhadap individual.
8) Penilaian
dilakukan dengan bermacam bentukserta dikerjakan secara kontiniu dan
menyeluruh.
9) Pengalaman-pengalaman
belajar bersifat fungsional serta melibatkan banyak kegiatan dan tanggung jawab
terhadap para siswa.
2. Inti Kurikulum
Inti kurikulum yang dimaksud disini
adalah niat atau harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan
untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan
ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai dengan
taraf perkembangan siswa.
Kurikulum akan mempunyai arti dan fungsi
untuk mengubah siswa apabila dilaksanakan dan diftranformasikan oleh guru
kepada siswa dalam suatu kegiatan yang disebut dengan proses belajar mengajar.
Pada dasarnya, Inti kurikulum tersebut adalah segala pengalaman belajar yang
diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar.[7]
E. Hidden Curriculum
Hidden Curriculum
adalah kurikulum yang tersembunyi. Tersembunyi berarti tidak dapat dilihat
tetapi tidak hilang. Jadi, Kurikulum
tersembunyi ini, tidak direncanakan, tidak terprogram dan tidak dirancang
tetapi mempunyai pengaruh baik secara lansung maupun tidak lansung terhadap out
put dari proses belajar mengajar.
Valance (1973) mengatakan bahwa hidden
curriculum meliputi yang tidak dipelajari dari program sekolah yang non
akademik.
Koherberg
(1970) mengatakan bahwa hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan
dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam mentrnsformasi standar moral.[8]
F. Kurikulum Mikro dan Makro
1. Kurikulum Mikro
Kurikulum mikro merupakan jabaran atau
rincian dari kurikulum makro, atau rancangan bagi pelaksanaan pengajaran
dikelas.
Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu
sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini
didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, pengembangan daerah serta kemampuan
sekolah tersebut.
Dengan demikian kurikulum terutama
isinya sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri,
tetapi kurikulum ini cukup realistis. Bentuk kurikulum seperti ini, mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan.
Beberapa
kelebihan dari kurikulum ini adalah sebagai berikut :
a. Setempat
b. Kurikulum
sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesional,
finansial maupun manajerial.
c. Disusun
oleh guru sendiri, sehingga sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.
d. Ada
motivasi kepala sekolah untuk mengembangkan diri mencari dan menciptakan
kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetesi
dalam pengembangan kurikulum.
Beberapa
kelemahan bentuk kurikulum ini adalah sebagai berikut :
a. Tidak
adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan kerseragaman demi persatuan
dan kesatuan nasional.
b. Tidak
adanya standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk diperbandingkan
keadaan dan kemajuan suatu sekolah / wilayah dengan sekolah / wilayah lainya.
c. Adanya
kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah / wilayah lain.
d. Sukar
untuk mengadakan pengelolaan dan penilain secara nasional.
e. Belum
semua sekolah / daerah mempunyai persiapan untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum sendiri.[9]
2. Kurikulum Makro
Kurikulum makro yaitu kurikulum yang
menyeluruh meliputi semua komponen, atau seluruh siswa pada jenjang pendidikan
tertentu. Kurikulum makro disusun oleh tim atau komisi khusus, yang terdiri
atas para ahli, seperti kelompok mata pelajaran agama, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan lain-lain. Bentuk kurikulum seperti ini, mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan.
Beberapa
kelebihan dari kurikulum ini adalah sebagai berikut :
a. Mendukung
terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Tercapainya
standar minimal penguasaan / perkembangan anak.
c. Model
ini mudah dikelola, dimonitor, dan dievaluasi.
d. Lebih
hemat dilihat dari segi biaya, waktu, dan fasilitas.
Beberapa
kelemahan dari kurikulum ini adalah sebagai berikut :
a. Menyeragamkan
kondisi yang berbeda-beda keadaan dan tahap perkembangan intelek, alam dan sosial budayanya sukar sekali.
b. Ketidak
adilan dalam menilai hasil. Dalam kurikulum yang seragam, penilain sering
dilakukan secara seragam pula.
c. Penggunaan
standar yang sama untuk semua sekolah diseluruh wilayah akan memberikan
gambaran hasil yang beragam dan menunjukan adanya perbedaan yang sangat
ekstrim. Bagi sekolah-sekolah yang kebetulan nilainya sangat baik dapat
menimbul sikap kecongkakkan, sedangkan bagi hasilnya sangat jelek akan
mengakibatkan rasa rendah diri, disamping adanya cemoohan dari berbagai pihak.
Dalam situasi yang tidak sehat bukan tidak mungkin terjadi pembocoran soal,
ketidak jujuran dalam penilain dan lain sebagainya.[10]
KESIMPULAN
Sebagai suatu rencana atau program
tertulis, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, setiap guru seharusnya dapat
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kurikulum. Inilah yang dinamakan kurikulum
ideal, yaitu kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai
acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar.
Kurikulum yang dilaksanakan dalam
pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan
harapan, namun seharusnya mendekati kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran
merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada
bahan ajar yang telah direncanakan, yang akan dilaksanakan dalam rangka
panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara
bertahap dalam belajar mengajar.
Inti kurikulum yang dimaksud disini
adalah niat atau harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program
pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Isi kurikulum adalah
pengetahuan ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun
sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
Hidden Curriculum
adalah kurikulum yang tersembunyi. Tersembunyi berarti tidak dapat dilihat
tetapi tidak hilang. Jadi, Kurikulum
tersembunyi ini, tidak direncanakan, tidak terprogram dan tidak dirancang
tetapi mempunyai pengaruh baik secara lansung maupun tidak lansung terhadap out
put dari proses belajar mengajar.
Kurikulum mikro merupakan jabaran atau
rincian dari kurikulum makro, atau rancangan bagi pelaksanaan pengajaran
dikelas.
Kurikulum makro yaitu kurikulum yang
menyeluruh meliputi semua komponen, atau seluruh siswa pada jenjang pendidikan
tertentu. Kurikulum makro disusun oleh tim atau komisi khusus, yang terdiri
atas para ahli, seperti kelompok mata pelajaran agama, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan lain-lain. Bentuk kurikulum seperti ini, mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan.
[1]Iskandar
Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta :
Bina Aksara, 1988), h.2
[3]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta:Kencana,2011),h.22
[4]Ibid,h.23
[7] Nana Sudjana, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,(Jakarta:Sinar Baru Algensindo,
1996),h.3
[8]Dakir,Perencanaan
dan Pengembangan Kurikulum,(Jakarta:Rineka Cipta,2014),h.7
[9]Nana Syaodih
Sukmadinata,Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2010),h.198-200
[10]Ibid,h.201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar