Rabu, 13 Desember 2017

BIMBINGAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
BIMBINGAN KONSELING
                                                                                                             
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoMTmwM3wxUqmL1KM9qstm9xiA1CaukEC5ivglRbmNJtCHdvpD


DisusunOleh : Kelompok 1
Alfadilatu Ahmad     2014.1839
                                                Samiin                        2014.1872


Dosen Pembimbing :
Ahmad Mudaris,  MPd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT

2016 M/1437 H

PENDAHULUAN
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka . Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu. Bimbingan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.

Akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat. Kesempatan kerja berkembang dengan cept pula sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja ang selalu berubah dan meluas.

Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan sebagai transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya bimbingankonselingter

PEMBAHASAN
A.    Orientasi Bimbingan Konseling
Orientasi yang dimaksudkan disini ialah “Pusat Perhatian” atau “Titik Berat Pandangan”. Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomi dalam ekonomi dalam peergaulan, maka ia akan menitik beratkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia adakan dengan orang lain, sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat pergaulan sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Layanan orientasi yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik  dan pihak-pihak lain  yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan  (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru ini.[1]
1.        Orientasi Perseorangan
Misalnya seorang Konselor memasuki sebuah kelas, didalam itu ada sejumlah orang siswa. Apakah yang menjadi titk berat pandangan konselor berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siwa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua itu secara keseluruha masing – masing siswa seorang demi seorang? “Orientasi Perseorangan” Bimbingan dan Konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara         individual, satu persatu siswa harus dapat  perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada masing – masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.
Berkenaan dengan isu “Kelompok” atau “Individu”, konselor memilih individu sebagai titik berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberian pengariuh tertentu terhadap individu dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan terhadapa individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya hubungan timbal  balik yang wajar antar individu dan kelompoknya. Kepentingan Kelompok dalam arti misalnya keharuman nama citra kelompok, keseriaan pada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan sebagainya tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi angota kelompok itu. Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu, apabila secara individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi pula. lebih lebih lagi, pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai – nilai yang berkembang didalam kelompok sepanjang nilai – nilai itu sesuai dengan norma – norma umum yang berlaku.[2]

Sejumlah Kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam Bimbingan dan Konseling dapat di catat sebagai berikit :  
a.       Semua Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan – kebutuhanya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan – kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kearah pengembangan yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c.       Setiap Klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
d.      Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program – program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan rogram yang sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan.

2.      Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya diterjadikan pada individu. Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek Bimbingan dan Konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahn yang dihadapi individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dank lien bekerja sama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
3.      Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum Bimbingan dan Konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagainya adalah tujuan Bimbingan dan Konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik  baiknya, maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu di waspadai. Kawaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.



B.     Pengertian Bimbingan
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidence” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sedangkan pengertian bimbingan secara terminologi menurut para ahli sebagai berikut :
1.      Stoops dan Walquist mendefinisikan : Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
2.      Arthur J. Jones Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang laindalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ia membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
3.      DR. Moh Surya mengeemukakan definisi bimbingan sebagai berikut : Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerusdan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam meencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuuaian diri dengan lingkungan.[3]
4.      DR. Achman Natawijaya menyatakan : Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan , supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehimgga iia sanggup mengarahkan dirrinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian uia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.[4]
Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing kepada individu dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang nprmatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.[5]

C.    Pengertian konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “ to counsuel” yang secara etimologi berarti “to givee advice” atau memberi saran dan nasihat. Secara terminologi menurut Rogers konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.[6] Berikut ini pengertian konseling menurut Shertzer dan Stone dalam bukunya Fundamental of Counseling :
1.      Konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk mempengaruhi perubahan sebahagianbesar tingkah laku klien secara sukarela (klien ingin untuk mengubah dan mendapatkan bantuan dari konselor).
2.      Maksud dari konseling ialah menyajikan kondisi yang dapat memperlancar dan mempermudah perubahan sukarela itu (kondisi-kondisi yang demikian itu merupakan kewajiban individu dalam menentukan pilihan yang tepat untuk berdiri sendiri dan memperoleh kepercayaan diri sendiri).
3.      Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah laku itu diselenggarakan melalui wawancara (tidak semua wawancara adalah konseling, tetapi konseling selalu menyangkut wawancara).
4.      Suasana mendengar terjadi dalam konseling, tetapi tidak semua proses konseling itu terdiri dari mendengar itu saja.
5.      Konseling diselenggarakan dalam suasana pribadi dan hasilnya dirahasiakan.
6.      Konselor memahami klien
7.      Klien mempunyai masalah –masalah psikologis dan konselor memiliki keterampilan atau keahlian dalam membantu memecahkan masalah-masalahpsikologis yang dihadapi klien.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas dapat dimengerti bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuaan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/ konselor dengan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik teerhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dmiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.[7]
D.    Pengertian Bimbingan Konseling
Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusu untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat meengarahkan diri dan menyesuaikan diri deengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

E.     Pengertian Konseling Agama
Menurut H.M Arifin beliau menyatakan bahwa pengertian konseling agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut bupa pertolongan di bidang mental dan spritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendirimaupun dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan.[8]


                                                                                      
F.     Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling
            Dilihat dari sejarah perkembangan bimbingan dan konseling, bahwa tempat lahirnya ilmu pengetahuan ini di Amerika Serikat. Pembinaan dan pengembangan secara ilmiah bimbingan dan konseling tersebut dimulai pada abad 20 yang lalu, tepatnya pada tahun 1908 dimana waktu itu Frank Parson, salah seorang guru besar dan pengarang pada Universitas Boston mendirikan Biro Ketrampilan Kerja dalam rangka program pusat Pelayanan Warganegara Kota tersebut.
            Frank Parson menulis sebuah buku yang berjudul “A Choosing a Vacation” dia mengemukakan pendapatnya antara lain sebagaii berrikut :
                        Ada tiga faktor besar tentang pentingnya pemilihan pekerjaan yaitu :
1.      Memahami diri anda sendiri secara jelas, bakat anda, kecakapan anda, ambisi anda,sember-sumber daya andadan keterbatasan anda, serta sebab-sebabnya.
2.      Sejauh mana pengetahuan anda tentang persyaratandan kondisi anda untuk mencapai sukses kehidupan anda dan keberuntungan dan kerugian anda, dan peluang-peluang serta prospek-prospek dalam berbagai pekerjaan.
3.      Bagaimana penalaran anda tentang hubungan antara kedua kelompok tersebut di atas.
Sayang sekali Frank Parson meninggal dunia setelah mendirikan Biro Ketrampilan Kerja di atas. Akan tetapi gagasannya dilanjutkan oleh Biro tersebut.
Akhirnya Biro yang beertugas mengurusi masalah pekerjaan tersebut pada tahun 1917 diambil alih oleh Universitas Harvard, Divisi Pendidikan.
1.      Gagasan Frank Parson tersebut dipandang oleh para pemimpin kependidikan di Amerika Serikat sebagai gagasan dan pemikiran yang mengandung makna penting bagi pelayanan sosial.
Pada tahun 1913 didirikan organisasi bimbingan vocational bertaraf nasional yang bernama The National Vocational Guindance Association (NVGA), disusul dengan berdirinya organisasi The American Personel and Guidance Association pada tahun 1952 sebagai organisasi yang resmi. Dan kemudian diterbitkanlah The Personel Guidance Journal pada tahun 1952, dan The Vocational Guidance Quartely pada tahun yang sama.
Gagasan dan pemikiran dari Frank Parson di atas pada akhirnya mendorong timbulnya gerakan Bimbingan dan Counseling Vocatinal di Amerika Serikat yang dilaksanakan dilembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah) dan di dalam masyarakat.
2.      Perkembangan bimbingan dan konseling lebih lanjut diperkuat dengan timbulnya konsepsi tentang pentingnya pengelolaan atau ketatalaksanaan ketenagaan siswa yang di organisasikan dalam bentuk formal.
3.      Timbulnya perhatian terhadap pengukuran psikologis di kalangan para ahli psikologi yang mendorong mereka melakukan penelitian psikologis terhadap siswa/mahasiswa.
4.      Sejalan dengan sejarah perkembangan bimbingan vokasional tersebut muncullah bimbingan tenaga kerja dii perusahaan-perusahaan.
5.      Sumber yang kelima yang membantu perkembangan konsep dan program bimbingan sekolah adalah munculnya organisasi petugas sosial yang di lingkungan sekolah diwujudkan dalam kegiatan home visit para guru (kunjungan ke rumah-rumah orang tua murid) yang diprogram di sekolah.
6.      Sumber keenam adalah timbulnya gerakan kesehatan mental (Mental Hygienne) dan Psycheiatry (kedokteran jiwa).
7.      Adapun bimbingan dan konseling bidang hidup keagamaan mulai diprogramkan secara formal dengan dasar-dasar ilmiah adalah sejak meletusnya perang Dunia II pada tahun 1941 yang lalu.[9]
Maka itu jelaslah bahwa trend perkembangan bimbingan dan konselingdari sejak diletakkan dasar-dasar ilmiahnya sampai dengan masa kini menunjukkan bawa perluasan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam keidupan mental dan fisik (roaniyah dan jasmaniyah) dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup dunia-akhirat.[10]
             

KESIMPULAN

Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusu untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat meengarahkan diri dan menyesuaikan diri deengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Konseling  Agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut bupa pertolongan di bidang mental dan spritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendirimaupun dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan
Perkembangan bimbingan dan konselingdari sejak diletakkan dasar-dasar ilmiahnya sampai dengan masa kini menunjukkan bawa perluasan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam keidupan mental dan fisik (roaniyah dan jasmaniyah) dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup dunia-akhirat.  

DAFTAR KEPUSTAKAAN
            Hallen A.  (2001). Bimbingan dan Konseling . Padang : IAIN IB Press.
Hallen A. (2005). Bimbingan dan Konseling . Jakarta : Quantum Teaching.
            http://islamiceducation001.blogspot.iin/2014/05/bimbingan-konseling-dan-konseling-agama.html
M. Arifin. (2003). Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Prayitno, H. dan Amti Erman. (2004). Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut, dan Kusmawati, Desak Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta











[1] Prayitno, H. dan Amti Erman. (2004). Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
[2] Sukardi, Dewa Ketut, dan Kusmawati, Desak Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
[3]Hallen A. (2005). Bimbingan dan Konseling . Jakarta : Quantum Teaching. Hal.2-4
[4]Ibid., hal. 5
[5]Ibid., hal. 9
[6] Hallen A.  (2001). Bimbingan dan Konseling . Padang : IAIN IB Press. Hal.13-14
[7]Ibid., hal. 16-17
[9]M. Arifin. (2003). Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT Golden Terayon Press. Hal. 1-11
[10]Ibid., hal. 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar