BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
BIMBINGAN KONSELING

DisusunOleh : Kelompok 1
Alfadilatu Ahmad 2014.1839
Samiin
2014.1872
Dosen Pembimbing
:
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2016
M/1437
H
PENDAHULUAN
Kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat adalah sistem terbuka . Keterbukaan ini mendorong terjadinya
pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai
cara berpikir dan perilaku individu. Bimbingan konseling membantu individu
memelihara, menginternalisasi, memperhalus dan memaknai nilai sebagai landasan
dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan IPTEK yang sangat pesat. Kesempatan kerja berkembang dengan
cept pula sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk
menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja ang
selalu berubah dan meluas.
Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru
mampu memahami dari bimbingan konseling yang kemudian dapat dijadikan sebagai
transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya
bimbingankonselingter
PEMBAHASAN
A.
Orientasi Bimbingan Konseling
Orientasi yang
dimaksudkan disini ialah “Pusat Perhatian” atau “Titik Berat Pandangan”.
Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomi dalam ekonomi dalam peergaulan,
maka ia akan menitik beratkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada
perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia adakan
dengan orang lain, sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat
pergaulan sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Layanan
orientasi yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta
didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh
besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami
lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru
ini.[1]
1. Orientasi
Perseorangan
Misalnya
seorang Konselor memasuki sebuah kelas, didalam itu ada sejumlah orang siswa.
Apakah yang menjadi titk berat pandangan konselor berkenaan dengan sasaran
layanan, yaitu siswa-siwa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan
konseling. Semua itu secara keseluruha masing – masing siswa seorang demi
seorang? “Orientasi Perseorangan” Bimbingan dan Konseling menghendaki agar
konselor menitik beratkan pandangan pada siswa
secara individual, satu
persatu siswa harus dapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik
terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga,
tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada masing – masing
siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk
keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara
individual harus diperhitungkan.
Berkenaan
dengan isu “Kelompok” atau “Individu”, konselor memilih individu sebagai titik
berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap
sebagai lapangan yang dapat memberian pengariuh tertentu terhadap individu
dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan
kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan terhadapa individu itu
sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini
kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya hubungan timbal balik
yang wajar antar individu dan kelompoknya. Kepentingan Kelompok dalam arti
misalnya keharuman nama citra kelompok, keseriaan pada kelompok, kesejahteraan
kelompok, dan sebagainya tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan
dan kebahagiaan individu yang menjadi angota kelompok itu. Kepentingan kelompok
justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan
tercapainya kebahagiaan individu, apabila secara individual para anggota
kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan
kepentingan kelompok pun akan terpenuhi pula. lebih lebih lagi, pelayanan
Bimbingan dan Konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak
boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai – nilai yang berkembang
didalam kelompok sepanjang nilai – nilai itu sesuai dengan norma – norma umum
yang berlaku.[2]
Sejumlah
Kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam Bimbingan dan Konseling
dapat di catat sebagai berikit :
a. Semua
Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling
diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi
sasaran layanan.
b. Pelayanan
Bimbingan dan Konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk
memahami kebutuhan – kebutuhanya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan –
kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar
dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kearah pengembangan
yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan
lingkungannya.
c. Setiap
Klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.
d. Adalah
menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan
klien serta untuk menyesuaikan program – program pelayanan dengan kebutuhan
klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan rogram yang sistematis
untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi
berfungsinya program bimbingan.
2. Orientasi
Perkembangan
Orientasi
perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling lebih menekankan lagi pentingnya
peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya diterjadikan pada individu.
Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses
perkembangan itu.
Ivey
dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi
perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan.
Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari
segenap layanan Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek
Bimbingan dan Konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung
perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahn yang dihadapi individu harus
diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong
konselor dank lien bekerja sama untuk menghilangkan penghalang itu serta
mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
3. Orientasi
Permasalahan
Ada
yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko. Perjalanan
kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak
mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum Bimbingan dan Konseling,
sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan.
Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah
mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan,
yang sebagainya adalah tujuan Bimbingan dan Konseling, itu dapat tercapai
dengan sebaik baiknya, maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan
dan perkembangan itu harus selalu di waspadai. Kawaspadaan terhadap timbulnya
hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
B.
Pengertian Bimbingan
Secara etimologi
kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidence” berasal dari kata
kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun,
ataupun membantu. Sedangkan pengertian bimbingan secara terminologi menurut
para ahli sebagai berikut :
1.
Stoops dan Walquist mendefinisikan : Bimbingan adalah
proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
2.
Arthur J. Jones Bimbingan sebagai pertolongan yang
diberikan oleh seseorang kepada orang laindalam hal membuat pilihan-pilihan,
penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ia membantu
orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggung
jawab bagi dirinya sendiri.
3.
DR. Moh Surya mengeemukakan definisi bimbingan sebagai
berikut : Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerusdan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri
dalam meencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuuaian diri dengan
lingkungan.[3]
4.
DR. Achman Natawijaya menyatakan : Bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehimgga iia sanggup
mengarahkan dirrinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan
umumnya. Dengan demikian uia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial.[4]
Berdasarkan
definisi bimbingan yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari seorang
pembimbing kepada individu dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan media dan teknik bimbingan dalam
suasana asuhan yang nprmatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.[5]
C.
Pengertian konseling
Istilah
konseling berasal dari bahasa inggris “ to counsuel” yang secara
etimologi berarti “to givee advice” atau memberi saran dan nasihat. Secara
terminologi menurut Rogers konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan
individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.[6]
Berikut ini pengertian konseling menurut Shertzer dan Stone dalam bukunya
Fundamental of Counseling :
1.
Konseling ialah berhubungan dengan usaha untuk
mempengaruhi perubahan sebahagianbesar tingkah laku klien secara sukarela
(klien ingin untuk mengubah dan mendapatkan bantuan dari konselor).
2.
Maksud dari konseling ialah menyajikan kondisi yang dapat
memperlancar dan mempermudah perubahan sukarela itu (kondisi-kondisi yang
demikian itu merupakan kewajiban individu dalam menentukan pilihan yang tepat
untuk berdiri sendiri dan memperoleh kepercayaan diri sendiri).
3.
Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah laku itu
diselenggarakan melalui wawancara (tidak semua wawancara adalah konseling,
tetapi konseling selalu menyangkut wawancara).
4.
Suasana mendengar terjadi dalam konseling, tetapi tidak
semua proses konseling itu terdiri dari mendengar itu saja.
5.
Konseling diselenggarakan dalam suasana pribadi dan
hasilnya dirahasiakan.
6.
Konselor memahami klien
7.
Klien mempunyai masalah –masalah psikologis dan konselor
memiliki keterampilan atau keahlian dalam membantu memecahkan
masalah-masalahpsikologis yang dihadapi klien.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas dapat dimengerti bahwa
konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses
pemberian bantuaan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian
pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/ konselor dengan
klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik
teerhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dmiliki ke arah
perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.[7]
D.
Pengertian Bimbingan Konseling
Dari beberapa
pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli di atas
dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian
bantuan individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh
seorang ahli yang telah mendapat latihan khusu untuk itu, dengan tujuan agar
individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat meengarahkan diri
dan menyesuaikan diri deengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
E.
Pengertian Konseling Agama
Menurut H.M Arifin
beliau menyatakan bahwa pengertian konseling agama adalah usaha pemberian
bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah
yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan
tersebut bupa pertolongan di bidang mental dan spritual, agar orang yang
bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendirimaupun dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan.[8]
F.
Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling
Dilihat
dari sejarah perkembangan bimbingan dan konseling, bahwa tempat lahirnya ilmu
pengetahuan ini di Amerika Serikat. Pembinaan dan pengembangan secara ilmiah
bimbingan dan konseling tersebut dimulai pada abad 20 yang lalu, tepatnya pada
tahun 1908 dimana waktu itu Frank Parson, salah seorang guru besar dan
pengarang pada Universitas Boston mendirikan Biro Ketrampilan Kerja dalam
rangka program pusat Pelayanan Warganegara Kota tersebut.
Frank
Parson menulis sebuah buku yang berjudul “A Choosing a Vacation” dia
mengemukakan pendapatnya antara lain sebagaii berrikut :
Ada
tiga faktor besar tentang pentingnya pemilihan pekerjaan yaitu :
1.
Memahami diri anda sendiri secara jelas, bakat anda,
kecakapan anda, ambisi anda,sember-sumber daya andadan keterbatasan anda, serta
sebab-sebabnya.
2.
Sejauh mana pengetahuan anda tentang persyaratandan
kondisi anda untuk mencapai sukses kehidupan anda dan keberuntungan dan
kerugian anda, dan peluang-peluang serta prospek-prospek dalam berbagai
pekerjaan.
3.
Bagaimana penalaran anda tentang hubungan antara kedua
kelompok tersebut di atas.
Sayang
sekali Frank Parson meninggal dunia setelah mendirikan Biro Ketrampilan Kerja
di atas. Akan tetapi gagasannya dilanjutkan oleh Biro tersebut.
Akhirnya
Biro yang beertugas mengurusi masalah pekerjaan tersebut pada tahun 1917
diambil alih oleh Universitas Harvard, Divisi Pendidikan.
1.
Gagasan Frank Parson tersebut dipandang oleh para
pemimpin kependidikan di Amerika Serikat sebagai gagasan dan pemikiran yang
mengandung makna penting bagi pelayanan sosial.
Pada tahun 1913 didirikan organisasi
bimbingan vocational bertaraf nasional yang bernama The National Vocational
Guindance Association (NVGA), disusul dengan berdirinya organisasi The American
Personel and Guidance Association pada tahun 1952 sebagai organisasi yang
resmi. Dan kemudian diterbitkanlah The Personel Guidance Journal pada tahun
1952, dan The Vocational Guidance Quartely pada tahun yang sama.
Gagasan dan pemikiran dari Frank Parson di atas pada akhirnya mendorong
timbulnya gerakan Bimbingan dan Counseling Vocatinal di Amerika Serikat yang
dilaksanakan dilembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah) dan di dalam
masyarakat.
2.
Perkembangan bimbingan dan konseling lebih lanjut
diperkuat dengan timbulnya konsepsi tentang pentingnya pengelolaan atau
ketatalaksanaan ketenagaan siswa yang di organisasikan dalam bentuk formal.
3.
Timbulnya perhatian terhadap pengukuran psikologis di
kalangan para ahli psikologi yang mendorong mereka melakukan penelitian
psikologis terhadap siswa/mahasiswa.
4.
Sejalan dengan sejarah perkembangan bimbingan vokasional
tersebut muncullah bimbingan tenaga kerja dii perusahaan-perusahaan.
5.
Sumber yang kelima yang membantu perkembangan konsep dan
program bimbingan sekolah adalah munculnya organisasi petugas sosial yang di
lingkungan sekolah diwujudkan dalam kegiatan home visit para guru
(kunjungan ke rumah-rumah orang tua murid) yang diprogram di sekolah.
6.
Sumber keenam adalah timbulnya gerakan kesehatan mental (Mental
Hygienne) dan Psycheiatry (kedokteran jiwa).
7.
Adapun bimbingan dan konseling bidang hidup keagamaan
mulai diprogramkan secara formal dengan dasar-dasar ilmiah adalah sejak
meletusnya perang Dunia II pada tahun 1941 yang lalu.[9]
Maka
itu jelaslah bahwa trend perkembangan bimbingan dan konselingdari sejak
diletakkan dasar-dasar ilmiahnya sampai dengan masa kini menunjukkan bawa
perluasan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam keidupan mental dan fisik
(roaniyah dan jasmaniyah) dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
dunia-akhirat.[10]
KESIMPULAN
Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses
pemberian bantuan individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusu untuk itu, dengan tujuan
agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat meengarahkan
diri dan menyesuaikan diri deengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
Konseling
Agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami
kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa
kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut bupa pertolongan di bidang mental
dan spritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan
yang ada pada dirinya sendirimaupun dorongan dari kekuatan iman dan taqwa
kepada Tuhan
Perkembangan bimbingan dan konselingdari
sejak diletakkan dasar-dasar ilmiahnya sampai dengan masa kini menunjukkan bawa
perluasan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam keidupan mental dan fisik
(roaniyah dan jasmaniyah) dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup dunia-akhirat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hallen A.
(2001). Bimbingan dan Konseling . Padang : IAIN IB Press.
Hallen A. (2005). Bimbingan dan Konseling .
Jakarta : Quantum Teaching.
http://islamiceducation001.blogspot.iin/2014/05/bimbingan-konseling-dan-konseling-agama.html
M. Arifin. (2003). Teori-teori Konseling Agama dan Umum.
Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Prayitno, H. dan Amti Erman. (2004). Dasar –
Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut, dan Kusmawati, Desak Nila. (2008). Proses
Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
[1]
Prayitno,
H. dan Amti Erman. (2004). Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta : Rineka Cipta.
[2]
Sukardi,
Dewa Ketut, dan Kusmawati, Desak Nila. (2008). Proses Bimbingan dan
Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
[3]Hallen A. (2005). Bimbingan
dan Konseling . Jakarta : Quantum Teaching. Hal.2-4
[6]
Hallen
A. (2001). Bimbingan dan
Konseling . Padang : IAIN IB Press. Hal.13-14
[7]Ibid., hal.
16-17
[9]M. Arifin.
(2003). Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta: PT Golden Terayon
Press. Hal. 1-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar