Rabu, 13 Desember 2017

EVALUASI PENDIDIKAN

PRINSIP-PRINSIP, CIRI-CIRI, DAN LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
EVALUASI PENDIDIKAN
                                                                                                             


DisusunOleh : Kelompok 1
Alfadilatu Ahmad     2014.1839
                                                Samiin                        2014.1872

Dosen Pembimbing :
Syafrul Nalus, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT

2016 M/1437 H

PENDAHULUAN
Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yeng turut menentukan keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui evaluasi, kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik serta keberhasilan sebuah program.
Pada makalah ini pemakalah membahas tentang prinsip-prinsip, ciri-ciri dan langkah-langkah Evaluasi Pendidikan.

PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip Evaluasi
1.      Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif(comprehensive). Dengan prinsip komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila  evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh.
Harus senantiasa diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah lakuyang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berfifkir (cognitif domain) juga mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka evaluasi hasil belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkap pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran agama islam, melainkan juga harus dapat mengungkap sudah sejauh mana  peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran islam tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh menyeluruh akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.[1]
2.      Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Dengan prinsip kesinambungan dimaksudkan di sini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu.
Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal itu maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada saat-saat mereka mengakhiri program pendidikan yang mereka tempuh itu
3.      Prinsip Obyektivitas
Prinsip Obyektivitas mengandung  makna, bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor – factor yang sifatnya subjektif.

Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut kenyataan yang senyatanya, tidak di campuri oleh kepentingan – kepentingan yang bersifat subjektif.

Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila di dalam melakukan evaluasi unsur – unsur subyektif menyelinap masuk kedalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri.[2]

4.      Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.

5.      Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Umtuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.[3]
Dimyati dan Mujiono  menyebutkan bahwa evaluasi yang akan dilakukan juga harus mengikuti prinsip kesahihan (valid), keterandalan (reliabilitas), dan praktis.
1)      Kesahihan
Sebuah evaluasi dikatakan valid jika evaluasi tersebut secara tepat, benar, dan sahih telah mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar diperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat kesahihan suatu instrumen evaluasi.
Contoh berikut dapat dijadikan sarana untuk memahami pengertian valid. Contoh yang dimaksud adalah berupa  barometer dan termometer. Barometer adalah alat ukur yang dipandang tepat untuk mengukur tekanan udara. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa barometer tanpa diragukan lagi adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur tekanan udara. Dengan kata lain, apa seseorang melakukan pengukuran terhadap tekanan udara dengan menggunakan alat pengukur berupa barometer hasil pengukuran yang diperoleh itu dipandang tepat dan dapat dipercaya. Demikian pula halnya denga termometer. Termometer adalah alat pengukur yang dipandang tepat, benar, sahih, dan abash untuk mengukur tinggi rendahnya suhu udara. Jadi dapat dikatakan bahwa termometer adalah adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur suhu udara.[4]
Sahih atau tidaknya evaluasi tersebut ditentukan oleh faktor-faktor instrumen evaluasi itu sendiri, administrasi evaluasi dan penskoran, respon-respon siswa. Kesahihan instrumen evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan pengalaman. Dari dua cara tersebut, diperoleh empat macam kesahihan yanga terdiri atas kesahihan isi (content validation), kesahihan konstruksi (contruction validity), kesahihan ada sekarang (concurrent validity), dan kesahihan prediksi (prediction validity).[5]

2)      Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Maksud dari pernyataan ini adalah jika suatu eveluasi dilakukan pada subjek yang sama evaluasi senantiasa menunjukkan hasil evaluasi yang sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian, misalnya, dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan saja, dimana saja ujian itu dilaksanakan, dan oleh siapa saja pelaksananya.


Keterandalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Panjang tes (length of tes). Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir tes. Pada umumnya lebih banyak butir tes, lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal ini terjadi karena makin banyak soal tes, makin banyak sampel yang diukur.
Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan membuat kemungkinan perkiraan keterandalan lebih tinggi menjadi kenyataan.
Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes). Tes yang paling mudah atau paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang mengerjakan cenderung menghasilkan skor tes keterandalan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan sulit keduanya salam suatu sebaran skor yang terbatas.
Objektivitas (objektivity). Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh para siswa) dan memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.

3)      Kepraktisan
Kepraktisan suatu evaluasi bermakna bahwa kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil maupun kemudahan dalam menyimpan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi meliputi:
a.       kemudahan mengadministrasi;
b.      waktu yang disediakan untuk melancarkan kegiatan evaluasi;
c.       kemudahan menskor;
d.      kemudahan interpretasi dan aplikasi;
e.       tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen atau sebanding.
Suharsimi juga menjelaskan ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a.       Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b.      Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
c.       Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.

Sedangkan menurut Slameto evaluasi harus mempunyai minimal 7 prinsip berikut: 1) terpadu, 2) menganut cara belajar siswa aktif, 3) kontinuitas, 4) koherensi dengan tujuan, 5) menyeluruh, 6) membedakan(diskriminasi), dan 7)pedagogis.[6]

B.     Ciri-ciri Evaluasi
Adapun ciri-ciri evaluasi melalui penilaian dalam pendidikan menurut Suharsimi adalah sebagai berikut:
1.      Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini kita menilai kepandaian melalui ukuran menyelesaikan soal.
2.      Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif. Penilaian bersifat kuantitatif artinya mengunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh: dari hasil pengukuran tia mempunyai IQ 126 sedangkan budi 89. Maka tia dapat dikatagorikan sebagai anak pandai sedangkan budi anak dibawah rata-rata.
3.      Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap misalnya, IQ 126 menurut unit pengukurannya termasuk anak yang pandai sedangkan 89 termasuk anak dibawah rata-rata.
4.      Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang di sebabkan banyak faktor. contoh nilai ulangan MTK pertama tia adalah 90 namun ulangan keduanya hanya 40.
5.      Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan. [7] Adapun kesalaan-kesalahan itu ditinjau dari berbagai faktor yaitu:
1)      Terletak pada alat ukurnya. Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik namun sering kali terjadi kesalahan di alat ukurnya.
2)      Terletak pada orang yang melakukan pengukurannya. Keslaah pad aorang yag melakuan pengukuran bisa saj aterjadi karena:
a.       Kesalahan pada waktu penilaian karena factor subjektif penilai yang telah terpengarus oleh hasil pengukuran, misalnya tulisan jelek atau tidak jelas itu sering mempengaruhi subjektif penilaian. b). kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara murah atau mahal. Ada guru yang mudah memberikan nilai ada yang sulit untuk memberikan nilai. Adanya Hello-effect, yakni adanya kesan penilai terhadap siswa.
b.      Adanya pengaruh dari hasil sebelumnya.
c.       Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-angka hasil penilaian.
3)      Terletak pada anak yang dinilai.
a.       Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian.
b.      Keadaan fisik ketika siswa sedang dinilai.
c.       Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil penilaian.
4)      Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung
a.       suasana pada saat terjadinya penilaian. Keadaan yang gaduh akan mempengaruhi penilaian yang sebenarnya karena siswa tidak dapat konsenterasi.
b.      Pengawasan dalam penilaian. Bentuk pengawasan yang tidak sesuai akan berpengaruh pada keobjektifan hasil dari pengukuran yang ada.
Menurut Sudijono ciri-ciri evaluasi hasil belajar tidak jauh berbeda dari Suharsimi, adapun ciri-ciri evaluasi yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut adalah:
1.      Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Jadi untuk mengetahui taraf kepandaian anak maka yang diukur bukan pandainya akan tetapi tanda-tanda kepandaiannya. Menurut Carl Witherington tanda-tanda anak yang pandai adalah 1) kemampuan untuk bekerja dengan angka-angka, 2) kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar, 3) kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru, 4) kemampuan untuk mengingat-ingat sesuatu, 5) kemampuan untuk memahami hubungan antar gejala yang satu dengan yang lain, 6) kemampuan untuk berfantasi atau berfikir abstrak.
2.       Menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif (simbul angka), setelah dianalisis dengan metode statistik pada akhirnya data tersebut diberi interpretasi secara kualitatif.
3.      Pada umumnya menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.
4.      Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu bersifat relatif. Artinya, hasil evaluasi pada umumnya tidak tetap.
5.      Dalam melakukan penilaian sering terjadi kesalahan-kesalahan. Sedangkan sumber-sumber kesalahan terletak pada alat ukur, penilai atau evaluator (guru), yang dinilai (murid) dan situasi di mana penilaian berlangsung
Dalam hal ini guru atau evaluator dapat menyebabkan kekeliruhan itu sendiri dikarenakan hal sebagai berikut:
1)      bertindak subjektif. Misalnya risau ketika mengoreksi, tulisan yang dihadapi jelek dan lain-lain.
2)      cenderung pemura atau pelit dalam memberi nilai.
3)      Terjadinya hallo effect, guru dalam memberi nilai terpengaruhi oleh berita, informasi dan lain yang dating dari  teman-teman atau hal-hal lain.
4)      Adanya pengaruh dari hasil yang diperoleh terdahulu atau masa lalu.
 Selanjutnya dalam hal kekeliruhan juga dapat berasal dari yang dinilai (murid), penyebab munculnya antara lain:
1)      Factor psikis, suasana batin yang mengikuti evaluasi yang dilaksanakan
2)      Factor fisik, jasmani yang sedang terganggu sedang sakit, letih atau kecapekan
3)      Factor nasib, misalnya semua pelajaran yang telah di pelajari tiba-tiba hilang dari ingatan.

C.    Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi Belajar
1.      Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:
a.       Merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu sendiri.
b.      Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi.
c.       Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi.
d.      Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi.
e.       Menentukan tolok ukur, norma atau kreteria yang akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f.       Menetapkan frekuensi dari kegiatan evaluasi itu sendiri, yaitu : kapan dan seberapa kalikah evaluasi itu akan dilakukan.

2.      Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran[8], misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik nontes).

3.      Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebihn dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).

4.      Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganilisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu maka data hasil evaluasi perlu disusun dan diatur demikian rupa sehingga “dapat berbicara”. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik.

5.      Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tertentu mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.

6.       Tindak lanjut hasil evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut. Hasil pengukuran memiliki fungsi utama untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik. Hasil pengukuran secara umum dapat dikatakan bisa membantu, memperjelas tujuan intruksional, menentukan kebutuhan peserta didik dan menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.[9]

 KESIMPULAN
A.    Prinsip-prinsip Evaluasi
1.      Prinsip Keseluruhan
2.      Prinsip Kesinambungan
3.      Prinsip Obyektivitas
B.     Ciri-ciri Evaluasi
1.      Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung.
2.      Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif.
3.      Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.
4.      Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang di sebabkan banyak faktor.
5.      Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan
C. Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi Belajar
1.      Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
2.      Menghimpun data
3.      Melakukan verifikasi data
4.      Mengolah dan menganalisis data
5.      Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
6.       Tindak lanjut hasil evaluasi


 DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sudijono, Annas. (1998).  Pengantar Evaluasi Pendidikan.. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Arifin, Zainal. (2016). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. ( 2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukardi. (2012). Evaluasi Pendidikan:prinsip dan operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.



[1]Annas Sudijono. (1998).  Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada), hal. 31

[2]Ibid., hal. 32-33
[3]Zainal Arifin. (2016). Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset), hal. 31
[4]Annas Sudijono. (1998).  Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada), hal . 96
[5]Arikunto, S & Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 64
[6]Sukardi.(2012), Evaluasi Pendidikan: prinsip dan operasionalnya. (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 5
[7]Suharsimi Arikunto. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 20-27
[8]Sudiyono Anas, (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal.  59
[9]Daryanto. ( 2001). Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta), hal.162-165

Tidak ada komentar:

Posting Komentar