AKTIVITAS PSIKIS KOGNITIF
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata
kuliah
PSIKOLOGI UMUM

Disusun Oleh : Kelompok 8
Alfadilatu ahmad : 2014.1839
Yasriadi :
2014.1910
Dosen Pembimbing :
Isnando Tamrin , MA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2015 M/1436 H
PENDAHULUAN
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses
mental dan perilaku
pada manusia. Perilaku
manusia akan lebih mudah
dipahami jika kita
juga memahami proses
mental yang mendasari perilaku tersebut. Demikian juga
kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika kita
memahami proses mental
yang mendasari perilaku
siswa tersebut. Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses mental tersebut, maka dalam
hal ini akan dijelaskan
beberapa akfivitas atau
proses mental yang
umum terjadi pada manusia,
khususnya yang berkaitan
dengan aktivitas psikis kognitif.
Dalam
makalah ini kami pemakalah akan berusaha menguraikan tentang :
a. Pengamatan
b.Tanggapan
c. fantasi
PEMBAHASAN
Istilah cognitive
berasal dari kata cognition yang
padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition
(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi pupuler sebagai salah satu
ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan dan keyakinan. [1]
Jadi, psikologi kognitif adalah salah satu ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan
dan keyakinan.
A.
Pengamatan
1. Pengertian
Manusia
mengenal dunia baik dirinya sendiri maupun dunia sekitar tempatnya berada
dengan melihat, mendengar, mencium atau mengecap cara mengenal objek yang
demikian itu disebut mengamati. Sedangkan melihat, mendengar, mencium dan
mengecap itu disebut modalitas pengamatan
. hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat : di sini, kini, sendiri, dan
bermateri.[2]
Atau
bisa juga Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan
indera. [3]
Sejak
seseorang dilahirkan, sejak itu pula ia secara lansung berhubungan dengan dunia
luarnya. Mulai saat itu ia menerima secara lansung syimulus atau ransangan dari
luar disamping menerima ransangan dari dalam dirinya sendiri. Seperti merasa
kedinginan, mulai merasakan panas, mulai merasakan sakit, senang, dan tidak
senang dan sebagainya.[4]
Jadi, pengamatan adalah proses
manusia mengenal dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, dengan menggunakan
alat indera seperti melihat, mndengar, mengecap terhadap suatu obyek.
mengamati sesuatu butuh menggunakan alat-alat
indera, yaitu :
a).
indera penglihatan.
b).
indera pendengaran.
c).
indera penciuman.
d).
indera perasa atau pengecapan.
e).
indera peraba.
f).
indera perasa urat daging (kinestesi).
Proses pengamatan itu
melalui 3 saat :
a). saat alami.
b).
saat jasmani (physiologis).
c).
saat rohani (psychis).
Syarat-syarat terjadinya pengamatan ialah :
a).
ada perhatian kita kepada perangsang itu.
b).
ada perangsang yang mengenai alat indera kita.
c).
urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak.
d).
kita dapat menyadari perangsang itu.[5]
Perangsang ialah segala sesuatu yang dapat diamati
oleh alat indera kita.
2. Penglihatan
Telah
disebutkan bahwa modalitas pengamatan itu dibedakan menurut panca indera yang
dipergunakan untuk mengamati, yaitu penglihatan, pendengaran, rabaan, pembauan
atau penciuman, dan pengecapan. Dari kelima modalitas pengamatan yang telah
mendapatkan penelitian psikologis secara meluas dan mendalam adalah penglihatan.
Kalau
objeknya masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1). Penglihatan
terhadap bentuk.
2). Penglihatan
terhadap dalam.
3). Penglihatan
terhadap warna.
Dari
warna-warna, orang dapat menjadikan lambing-lambang suasana atau keadaan. ,
contohnya :
a). merah adalah
lambang keberanian.
b). putih adalah
lambang kesucian atau ketulusan.
c). hitam adalah
lambang kesedihan.
d). kuning
adalah lambang pengharapan.
e). biru adalah
lambang kasih saying atau kesetian
f). hijau adalah
lambang kesejahteraan atau kemantapan.
g). ungu adalah
lambang kebesaran dan kemuliaan.
h). abu-abu adalah
lambang keraguan atau kesabaran.[6]
3. Pendengaran
Modalitas
pengamatan yang kedua adalah pendengaran. Mendengar adalah menangkap
bunyi-bunyi (suara) dengan indera pendengar. Pendengaran dan suara itu
memelihara komunikasi vocal antara makhluk yang satu dengan lainnya. Bunyi
binatang dan manusia sebenarnya adalah pernyataan, dan dimengerti oleh binatang
dan manusia lain dalam suatu arti terntentu. Karena hal yang demikian itu, maka
bunyi dapat berfungsi dua macam, yaitu :
a).
sebagai tanda (signal)
b).
sebagai lambang
4. Rabaan
Istilah raba ada dua, yaitu ;
a). meraba,
sebagai perbuatan aktif.
b).
pengalaman raba secara pasif.
Seperti :
1). Indera untuk sentuh dan tekanan
2). Indera untuk mengamati panas
3). Indera untuk mengamati dingin
4). Indera untuk merasa sakit
5). Indera untuk vibrasi[7]
Adapun
urutan tingkat kepekaan tiap-tiap bagian kulit badan mulai dari yang lebih peka
sampai dengan yang semakin kurang peka adalah sebagai berikut :
1).
Titik ujung lidah (dengan 2
gr tekanan)
2).
Ujung jari (dengan
3 gr tekanan)
3).
Punggung jari (dengan
5 gr tekanan)
4).
Punggung tangan/lengan (dengan 12 gr tekanan)
5).
Alat vital (dengan
16 gr tekanan)
6).
Kulit perut (dengan
26 gr tekanan)
7).
Telapak kaki (dengan
250 gr tekanan)
5. Penciuman
Mencium
adalah menangkap obyek yang berupa bau-bauan dengan menggunakan hidung sebagai
alat pembau.[8]
Arti
psikologis bau dan penciuman masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli,
walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara popular kita telah
menyaksikanpengaruh bau-bauan kepada aktivitas manusia, seperti bau-bau harum
tertentu menimbulkan kegairahan, dan bau-bau tidak enak tertentu menimbulkan
rasa muak, dan kesemuanya itu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
oleh subjek yang mencium bau-bau tersebut.[9]
Variasi
kualitas bau terdiri dari :
a).
bau harum (misalnya seperti
minyak wangi)
b).
bau anyir (misalnya seperti ikan mentah)
c).
bau busuk (misalnya seperti
sampah atau bangkai)
d).
bau enak/gurih (misanya seperti
bakaran ikan atau sate)
e).
bau sedap (misalnya seperti
masakan)
f).
bau penguk (misalnya seperti
pakaian tak bersih)
g).
bau tengik (misalnya seperti
kelapa atau minyak)
h).
bau apek/prengus (misalnya seperti
pakaian tak kering/rambut tak bersih)
i).
bau semerbak (misalnya seperti
bunga-bungaan)
j).
bau sangit (misalnya
seperti masakan gosong)
k).
bau sengak (misalnya seperti minuman
keras)
l).
bau kecut (misalnya seperti
keringat)
kuat
lemahnya penangkapan obyek penciuman sangat tergantung kepada dua hal, yaitu :
1).
Kuat lemahnya rangsang/kualitas obyek penciuman.
2).
Kepekaan fungsi syaraf pada hidung.
6. Pengecapan
Pengecapan
adalah menangkap obyek yang berupa kualitas rasa benda atau sesuatu dengan
menggunakan lidah sebagai alat pengecap.
Dalam
kehidupan sehari-hari variasi rasa itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan
tetapi indera pengecap terutama hanya peka terhadap 4 macam rasa pokok, yaitu :
1).
Rasa Manis
2).
Rasa Asam
3).
Rasa asin
4).
Rasa Pahit
Enak dan tidaknya rasa makanan tidak
hanya tergantung kepada fungsi indera pengecap saja. [10]
B.
Tanggapan
1. Pengertian tanggapan
Linschoten
mncoba memberikan definisi bahwa “tanggapan” adalah melakukan kembali sesuatu
perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari
modalitas tanggapan itu.[11]
Tanggapan
biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita
melakukan pengamatan atau bayangan yang menjadi kesan yang di hasilkan dari
pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam
hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan
untuk masa yang akan dating. Dengan uraian ini, maka dapat dikemukakan adanya 3
macam tanggapan, yaitu :
1).
Tanggapan masa lampau atau juga disebut sebagai tanggapan ingatan.
2).
Tanggapan masa sekarang atau disebut sebagai tanggapan imaginatif
3).
Tanggapan masa mendatang atau juga disebut sebagai tanggapan intisi pasif.[12]
2. Bayangan pengiring
Bayangan
pengiring adalah bayangan yang timbul setelah kita meihat sesuatu warna.
Bayangan pengiring itu ada 2 macam, yatu :
1). Bayangan
penggiring positif
2). Bayangan
penggiring negatif
3. Bayangan eidetik
Bayangan
eidetik adalah bayangan yang sangat jelas dan hidup, sehingga menyerupai
pengamatan. [13]
Perbedaan antara tanggapan dan
pengamatan :
1. Pengamatan terikat pada tempat dan
waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.
2. Objek pengamatan sempurna dan mendetail,
sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3. Pengamatn memerlukan perangsang, sedang
pada tanggapan tidak perlu ada perangsang.
4. Pengamatan bersifat sensoris, sedang
pada tanggapan bersifat imaginaer.[14]
C.
Fantasi
1. Pengertian
Fantasi
dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan
baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan
yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.[15]
Biasanya
fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru
dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru itu
tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada.
Dapat
pula fantasi itu dilkiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk
berorientasi dalam alam imajiner, melampau dunia riil.
2. Klasifikasi
Secara garis besar fantasi dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1). Fantasi tak
disadari
2). Fantasi
disadari..[16]
Menurut jenis-jenisnya
atau macam-macamnya fantasi dibedakan :
a). fantasi
mencipta ialah fantasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang sungguh-sungguh
baru.
b). fantasi
terpimpin ialah fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari luar. Dan
fantasi ini hanya menikmatinya.
c). fantasi
melaksanakan ialah fantasi yang berada diantara fantasi mencipta dan fantasi
terpimpin.[17]
d). fantasi
mengabstraksi yaitu berfantsi dengan mengabstrasikan beberapa bagian, sehingga
ada bagian-bagian yang dihilangkan.
e). fantasi mendeterminasi
yaitu berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu.
f). fantasi
mengombinasi yaitu berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian-pengertian
atau bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangkutan.[18]
3. Nilai praktis fantasi
Dalam
kehdupan manusia sehari-hari, fantasi itu ternyata sangat besar gunanya, antara
lain dapat disebutan hal-hal yang berikut :
a). fantasi
memunkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain.
b). fantasi
memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umunya.
c). fantasi
memunkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu.
d). fantasi
memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi atau
melupakan kegagalan-kegagalan di masa lampau.
e). fantasi
memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner.
f). fantasi
memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa
depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.[19]
beadanya fantasi dengan berpikir,
ialah :
1. Dengan berpikir kita berusaha untuk
menemukan ssuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sedangkan berfantasi
kita menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada atau sesuatu yang baru.
2. Berpikir terikat kepada realitas,
sedangkan berfantasi melepaskan kita dari realitas.[20]
bahayanya
fantasi :
1. Kalau orang sering dan berlebih-lebihan
pergi ke dunia fantasi yang indah-indah karena tak tahan menghadapi kesulitan
hidup, orang akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali ke
dunianya yang sebenarnya.
2. Juga dengan fantasi orang mudah sekali
berdusta, karena ia dikuasai fantasinya, lebih-lebih pada anak-anak.
3. Dalam merencanakan hidup dihari nanti,
mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih-lebihan sehingga lebih
besar pasak dari pada tiang.
4. Fantasi yang tanpa pimpinan dan
penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar. [21]
KESIMPULAN
psikologi
kognitif adalah salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.
a. Pengamatan adalah proses manusia
mengenal dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, dengan menggunakan alat indera
seperti melihat, mendengar, mengecap terhadap suatu obyek.
mengamati
sesuatu butuh menggunakan alat-alat indera, yaitu :
a). indera penglihatan.
b). indera pendengaran.
c). indera penciuman.
d). indera perasa atau pengecapan.
b. Tanggapan adalah melakukan kembali
sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari
modalitas tanggapan itu.
adanya 3 macam
tanggapan, yaitu :
1). Tanggapan masa lampau atau juga
disebut sebagai tanggapan ingatan.
2). Tanggapan masa sekarang atau
disebut sebagai tanggapan imaginatif
3). Tanggapan masa mendatang atau
juga disebut sebagai tanggapan intisipasif
c. Fantasi adalah aktivitas imajiner untuk
membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama
yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan
benda-benda yang ada.
Secara garis
besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1). Fantasi tak
disadari
2). Fantasi
disadari.
Jadi, psikologi kognitif sangatlah
penting untuk kita pelajari agar kita bisa tau dan mengerti tentang aktivitas
atau proses mental yang terjadi pada seseorang dan juga yang mendasari pada
perilakunya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Syah,
Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar, Jakarta
: Rajawali Pers.
Soemanto,
Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan, Malang : Rineka Cipta.
Suryabrata,
Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan,
Jakarta : Rajawali Pers.
Sujanto,
Agus. 2008. Psikologi Umum, Jakarta :
Bumi Aksara.
Ahmadi,
Abu. 2009. Psikologi Umum, Jakarta :
Rineka Cipta.
Walgito,
Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum,
Yogyakarta : Andi Offset.
[1]
Muhibbin syah, psikologi belajar, (Jakarta
: rajawali pers, 2009) hal.22
[2]
Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan,
(Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.19
[3]
Agus sujanto, psikologi umum,
(Jakarta : bumi aksara, 2008) hal.21
[4]
Abu ahmadi, psikologi umum, (Jakarta
: rineka cipta, 2009) hal.65
[5]
Opcit. hal.21-22
[6]
Wasty soemanto, psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.19
[7]
Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan,
(Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.28-31
[8]
Opcit. hal.22
[9]
Opcit. hal.31-32
[10]
Wasty soemanto, psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.22
[11]
Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan,
(Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.36
[12]
Wasty soemanto, psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.23
[13]
Opcit. hal.38-39
[14]
Abu ahmadi, psikologi umum, (Jakarta
: rineka cipta, 2009) hal.69
[15]
Wasty soemanto, psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.25
[16]
Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan,
(Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.39-40
[17]
Agus sujanto, psikologi umum,
(Jakarta : bumi aksara, 2008) hal.51
[18]
Bimo walgito, pengantar psikologi umum,
(Yogyakarta : andi offset, 2004) hal.143
[19]
Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan,
(Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.19-43
[20]
Abu ahmadi, psikologi umum, (Jakarta
: rineka cipta, 2009) hal.81
[21]
Agus sujanto, psikologi umum,
(Jakarta : bumi aksara, 2008) hal.53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar