Kamis, 07 Desember 2017

PSIKOLOGI UMUM

AKTIVITAS PSIKIS KOGNITIF
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
PSIKOLOGI UMUM

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoMTmwM3wxUqmL1KM9qstm9xiA1CaukEC5ivglRbmNJtCHdvpD


Disusun Oleh : Kelompok 8
Alfadilatu ahmad      : 2014.1839
Yasriadi                      : 2014.1910


Dosen Pembimbing :
Isnando Tamrin , MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT

2015 M/1436 H

PENDAHULUAN

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari  proses  mental  dan  perilaku  pada  manusia.  Perilaku  manusia  akan lebih  mudah  dipahami  jika  kita  juga  memahami  proses  mental  yang  mendasari perilaku tersebut. Demikian juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika  kita  memahami  proses  mental  yang  mendasari  perilaku  siswa tersebut. Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses  mental tersebut,  maka dalam  hal ini  akan  dijelaskan  beberapa  akfivitas  atau  proses  mental  yang  umum terjadi  pada  manusia,  khususnya  yang  berkaitan  dengan  aktivitas psikis kognitif.
           
                     Dalam makalah ini kami pemakalah akan berusaha menguraikan tentang :
a. Pengamatan
b.Tanggapan
c. fantasi













PEMBAHASAN
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan pengunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi pupuler sebagai salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. [1]
Jadi, psikologi kognitif adalah salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.
A.    Pengamatan

1.      Pengertian
Manusia mengenal dunia baik dirinya sendiri maupun dunia sekitar tempatnya berada dengan melihat, mendengar, mencium atau mengecap cara mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati. Sedangkan melihat, mendengar, mencium dan mengecap itu disebut modalitas pengamatan . hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat : di sini, kini, sendiri, dan bermateri.[2]
Atau bisa juga Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. [3]
Sejak seseorang dilahirkan, sejak itu pula ia secara lansung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu ia menerima secara lansung syimulus atau ransangan dari luar disamping menerima ransangan dari dalam dirinya sendiri. Seperti merasa kedinginan, mulai merasakan panas, mulai merasakan sakit, senang, dan tidak senang dan sebagainya.[4]
            Jadi, pengamatan adalah proses manusia mengenal dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, dengan menggunakan alat indera seperti melihat, mndengar, mengecap terhadap suatu obyek.
 mengamati sesuatu butuh menggunakan alat-alat indera, yaitu :
a). indera penglihatan.
b). indera pendengaran.
c). indera penciuman.
d). indera perasa atau pengecapan.
e). indera peraba.
f). indera perasa urat daging (kinestesi).
                        Proses pengamatan itu melalui 3 saat :
            a). saat alami.
b). saat jasmani (physiologis).
c). saat rohani (psychis).
Syarat-syarat terjadinya pengamatan ialah :
a). ada perhatian kita kepada perangsang itu.
b). ada perangsang yang mengenai alat indera kita.
c). urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak.
d). kita dapat menyadari perangsang itu.[5]
Perangsang ialah segala sesuatu yang dapat diamati oleh alat indera kita.
2.      Penglihatan
Telah disebutkan bahwa modalitas pengamatan itu dibedakan menurut panca indera yang dipergunakan untuk mengamati, yaitu penglihatan, pendengaran, rabaan, pembauan atau penciuman, dan pengecapan. Dari kelima modalitas pengamatan yang telah mendapatkan penelitian psikologis secara meluas dan mendalam adalah penglihatan.
Kalau objeknya masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1). Penglihatan terhadap bentuk.
2). Penglihatan terhadap dalam.
3). Penglihatan terhadap warna.

Dari warna-warna, orang dapat menjadikan lambing-lambang suasana atau keadaan. , contohnya :
a). merah adalah lambang keberanian.
b). putih adalah lambang kesucian atau ketulusan.
c). hitam adalah lambang kesedihan.
d). kuning adalah lambang pengharapan.
e). biru adalah lambang kasih saying atau kesetian
f). hijau adalah lambang kesejahteraan atau kemantapan.
g). ungu adalah lambang kebesaran dan kemuliaan.
h). abu-abu adalah lambang keraguan atau kesabaran.[6]

3.      Pendengaran
Modalitas pengamatan yang kedua adalah pendengaran. Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi (suara) dengan indera pendengar. Pendengaran dan suara itu memelihara komunikasi vocal antara makhluk yang satu dengan lainnya. Bunyi binatang dan manusia sebenarnya adalah pernyataan, dan dimengerti oleh binatang dan manusia lain dalam suatu arti terntentu. Karena hal yang demikian itu, maka bunyi dapat berfungsi dua macam, yaitu :
a). sebagai tanda (signal)
b). sebagai lambang

4.      Rabaan
Istilah raba ada dua, yaitu ;
a). meraba, sebagai perbuatan aktif.
b). pengalaman raba secara pasif.
        Seperti :
1). Indera untuk sentuh dan tekanan
2). Indera untuk mengamati panas
3). Indera untuk mengamati dingin
4). Indera untuk merasa sakit
5). Indera untuk vibrasi[7]

Adapun urutan tingkat kepekaan tiap-tiap bagian kulit badan mulai dari yang lebih peka sampai dengan yang semakin kurang peka adalah sebagai berikut :
1). Titik ujung lidah                (dengan 2 gr tekanan)
2). Ujung jari                           (dengan 3 gr tekanan)
3). Punggung jari                     (dengan 5 gr tekanan)
4). Punggung tangan/lengan   (dengan 12 gr tekanan)
5). Alat vital                            (dengan 16 gr tekanan)
6). Kulit perut                                     (dengan 26 gr tekanan)
7). Telapak kaki                       (dengan 250 gr tekanan)

5.      Penciuman
Mencium adalah menangkap obyek yang berupa bau-bauan dengan menggunakan hidung sebagai alat pembau.[8]
Arti psikologis bau dan penciuman masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli, walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara popular kita telah menyaksikanpengaruh bau-bauan kepada aktivitas manusia, seperti bau-bau harum tertentu menimbulkan kegairahan, dan bau-bau tidak enak tertentu menimbulkan rasa muak, dan kesemuanya itu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan oleh subjek yang mencium bau-bau tersebut.[9]
Variasi kualitas bau terdiri dari :
a). bau harum              (misalnya seperti minyak wangi)
b). bau anyir                (misalnya seperti ikan mentah)
c). bau busuk               (misalnya seperti sampah atau bangkai)
d). bau enak/gurih       (misanya seperti bakaran ikan atau sate)
e). bau sedap               (misalnya seperti masakan)
f). bau penguk             (misalnya seperti pakaian tak bersih)
g). bau tengik              (misalnya seperti kelapa atau minyak)
h). bau apek/prengus   (misalnya seperti pakaian tak kering/rambut tak bersih)
i). bau semerbak          (misalnya seperti bunga-bungaan)
j). bau sangit                (misalnya seperti masakan gosong)
k). bau sengak             (misalnya seperti minuman keras)
l). bau kecut                (misalnya seperti keringat)

kuat lemahnya penangkapan obyek penciuman sangat tergantung kepada dua hal, yaitu :

1). Kuat lemahnya rangsang/kualitas obyek penciuman.
2). Kepekaan fungsi syaraf pada hidung.

6.      Pengecapan
Pengecapan adalah menangkap obyek yang berupa kualitas rasa benda atau sesuatu dengan menggunakan lidah sebagai alat pengecap.
Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pengecap terutama hanya peka terhadap 4 macam rasa pokok, yaitu :
1). Rasa Manis
2). Rasa Asam
3). Rasa asin
4). Rasa Pahit
           
            Enak dan tidaknya rasa makanan tidak hanya tergantung kepada fungsi indera pengecap saja. [10]

B.     Tanggapan

1.      Pengertian tanggapan
Linschoten mncoba memberikan definisi bahwa “tanggapan” adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.[11]
Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan atau bayangan yang menjadi kesan yang di hasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan dating. Dengan uraian ini, maka dapat dikemukakan adanya 3 macam tanggapan, yaitu :

1). Tanggapan masa lampau atau juga disebut sebagai tanggapan ingatan.
2). Tanggapan masa sekarang atau disebut sebagai tanggapan imaginatif
3). Tanggapan masa mendatang atau juga disebut sebagai tanggapan intisi pasif.[12]

2.      Bayangan pengiring
Bayangan pengiring adalah bayangan yang timbul setelah kita meihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu ada 2 macam, yatu :
1). Bayangan penggiring positif
2). Bayangan penggiring negatif
                                   
3.      Bayangan eidetik
Bayangan eidetik adalah bayangan yang sangat jelas dan hidup, sehingga menyerupai pengamatan. [13]

            Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan :
1.      Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.
2.      Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3.      Pengamatn memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada perangsang.
4.      Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginaer.[14]       

C.    Fantasi

1.      Pengertian
Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.[15]
Biasanya fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada.
Dapat pula fantasi itu dilkiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajiner, melampau dunia riil.

2.      Klasifikasi
Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1). Fantasi tak disadari
2). Fantasi disadari..[16]

Menurut jenis-jenisnya atau macam-macamnya fantasi dibedakan :
a). fantasi mencipta ialah fantasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang sungguh-sungguh baru.
b). fantasi terpimpin ialah fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari luar. Dan fantasi ini hanya menikmatinya.
c). fantasi melaksanakan ialah fantasi yang berada diantara fantasi mencipta dan fantasi terpimpin.[17]
d). fantasi mengabstraksi yaitu berfantsi dengan mengabstrasikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan.
e). fantasi mendeterminasi yaitu berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu.
f). fantasi mengombinasi yaitu berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangkutan.[18]

3.      Nilai praktis fantasi
Dalam kehdupan manusia sehari-hari, fantasi itu ternyata sangat besar gunanya, antara lain dapat disebutan hal-hal yang berikut :
a). fantasi memunkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain.
b). fantasi memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umunya.
c). fantasi memunkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu.
d). fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi atau melupakan kegagalan-kegagalan di masa lampau.
e). fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner.
f). fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.[19]

            beadanya fantasi dengan berpikir, ialah :
1.      Dengan berpikir kita berusaha untuk menemukan ssuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sedangkan berfantasi kita menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada atau sesuatu yang baru.
2.      Berpikir terikat kepada realitas, sedangkan berfantasi melepaskan kita dari realitas.[20]

bahayanya fantasi :
1.      Kalau orang sering dan berlebih-lebihan pergi ke dunia fantasi yang indah-indah karena tak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali ke dunianya yang sebenarnya.
2.      Juga dengan fantasi orang mudah sekali berdusta, karena ia dikuasai fantasinya, lebih-lebih pada anak-anak.
3.      Dalam merencanakan hidup dihari nanti, mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih-lebihan sehingga lebih besar pasak dari pada tiang.
4.      Fantasi yang tanpa pimpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar. [21]












KESIMPULAN

           
psikologi kognitif adalah salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan.

a.       Pengamatan adalah proses manusia mengenal dirinya sendiri dan lingkungan sekitar, dengan menggunakan alat indera seperti melihat, mendengar, mengecap terhadap suatu obyek.
mengamati sesuatu butuh menggunakan alat-alat indera, yaitu :
a). indera penglihatan.
b). indera pendengaran.
c). indera penciuman.
d). indera perasa atau pengecapan.

b.      Tanggapan adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.
adanya 3 macam tanggapan, yaitu :
1). Tanggapan masa lampau atau juga disebut sebagai tanggapan ingatan.
2). Tanggapan masa sekarang atau disebut sebagai tanggapan imaginatif
3). Tanggapan masa mendatang atau juga disebut sebagai tanggapan intisipasif

c.       Fantasi adalah aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.

Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1). Fantasi tak disadari
2). Fantasi disadari.

            Jadi, psikologi kognitif sangatlah penting untuk kita pelajari agar kita bisa tau dan mengerti tentang aktivitas atau proses mental yang terjadi pada seseorang dan juga yang mendasari pada perilakunya tersebut.





DAFTAR PUSTAKA


Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar, Jakarta : Rajawali Pers.

Soemanto, Wasty. 1990.  Psikologi Pendidikan, Malang : Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers.

Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Umum, Jakarta : Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum, Jakarta : Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi Offset.










[1] Muhibbin syah, psikologi belajar, (Jakarta : rajawali pers, 2009) hal.22
[2] Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan, (Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.19
[3] Agus sujanto, psikologi umum, (Jakarta : bumi aksara, 2008) hal.21
[4] Abu ahmadi, psikologi umum, (Jakarta : rineka cipta, 2009) hal.65
[5] Opcit.  hal.21-22
[6] Wasty soemanto,  psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.19
[7] Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan, (Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.28-31
[8] Opcit. hal.22
[9] Opcit. hal.31-32
[10] Wasty soemanto,  psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.22
[11] Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan, (Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.36
[12] Wasty soemanto,  psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.23
[13] Opcit. hal.38-39
[14] Abu ahmadi, psikologi umum, (Jakarta : rineka cipta, 2009) hal.69
[15] Wasty soemanto,  psikologi pendidikan, (malang : rineka cipta, 1990) hal.25
[16] Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan, (Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.39-40
[17] Agus sujanto, psikologi umum, (Jakarta : bumi aksara, 2008) hal.51
[18] Bimo walgito, pengantar psikologi umum, (Yogyakarta : andi offset, 2004) hal.143
[19] Sumadi suryabrata, psikologi pendidikan, (Jakarta : rajawali pers, 2012) hal.19-43
[20] Abu ahmadi, psikologi umum, (Jakarta : rineka cipta, 2009) hal.81
[21] Agus sujanto, psikologi umum, (Jakarta : bumi aksara, 2008) hal.53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar