Rabu, 13 Desember 2017

PERENCANAAN SISITEM PAI

MAKALAH
METODOLOGI PERENCANAAN PENDIDIKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
PERENCANAAN SISTEM PAI

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoMTmwM3wxUqmL1KM9qstm9xiA1CaukEC5ivglRbmNJtCHdvpD


Disusun Oleh : Kelompok
Alfadilatu ahmad      : 2014.1839
Sami’in                       : 2014.1872


Dosen Pembimbing :
Willrahmi izzati ,SPd.I, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2017 M/1438 H

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kegiatan untuk mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki oleh agar terus terarah dan berkembang maksimal. Pendidikan juga merupakan usaha untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh individu agar terus berkembang dengan baik. Pengembangan pendidikan dapat dilakukan melalui pembuatan sebuah perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan suatu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan sebelumnya.
Perencanaan dalam sebuah lembaga pendidikan tentu tidak boleh menyimpang dari tujuan utama pendidikan, karena tujuan pendidikan akan menjadi dasar dalam pembuatan rencana pendidikan. Di dalam proses perencanaan pendidikan tentu ada beberapa tahap, proses dan metodologi untuk menyusun sebuah perencaan pendidikan. Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi yang digunakan dalam proses perencanaan pendidikan mencakup beberapa proses tahapan dalam menyusun perencanaan pendidikan. Agar dalam merancang sebuah perencanaan pendidikan tidak mengalami kesulitan tentu ada beberapa tahapan proses di dalam sebuah metodologi perencanaan pendidikan.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan membahas mengenai metodologi proses perencanan pendidikan.
a.       Data dasar perencanaan pendidikan
b.      Tahapan perencanaan
c.       Analisis aspek kependidikan dalam perencenaan pendidikan
d.      Analisis dan proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga guru

PEMBAHASAN
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan ""logos, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, logos artinya ilmu. Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi juga merupakan ilmu yang membahas tentang metode-metode yang akan digunakan dalam merencanakan kebijakan di dalam pendidikan.
Sedangkan pengertian metodologi perencanaan pendidikan adalah ilmu atau cara yang digunakan untuk menyusun sebuah perencanaan pendidikan dengan cara mengkaji berbagai rumusan yang nantinya akan dipilih salah satu perencanaan yang paling efektif dan efisien.
A.    Data Dasar Perencanaan  Pendidikan
Data dasar atau base line  data untuk perencanaan pendidikan mempunyai fungsi yang sangat penting dan besar pengaruhnya, sebab tanpa data perencanaan atau planning tidak mungkin tujuan perencanaan pendidikan dapat tercapai. Data dasar ini mencakup berbagai aspek bukan saja data tentang pendidikan,melainkan data yang berada di luar lingkup pendidikan yang masih memiliki keterkaitan dengan pendidikan. Berikut beberapa data dasar yang diperlukan dalam perencanaan pendidikan.
1.      Data Kependudukan
Data ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar populasi penduduk yang berada pada usia pendidikan. Data ini mencakup struktur penduduk, penyebaran penduduk, laju pertumbuhan penduduk, populsi usia sekolah yang ada di dalam system persekolahan dan berada di luar

system persekolahan dan yang berada dan struktur angkatan kerja berdasarkan kategori kerja dan pendidikan.
2.      Data Ekonomi
Data ekonomi digunakan untuk menganalisa kemampuan ekonomi pemerintah untuk membantu biaya pendidikan dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan dalam menggunakan segala sumber dana yang tersedia. Data ekonomi meliputi Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN), GNP, revenue sources, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi pertahun.
3.      Data Kebijakan Nasional yang merupakan keputusan politik
Dalam data ini berisi tentang falsafah dan tujuan nasional, keputusan badan legislative Negara yang harus menjadi pedoman dalam upaya pembangunan untukseluruh sekor, dan falsafah pendidikan yang dianut dan dijadikan pedoman.
4.      Data Kependidikan
Data ini mencakup enroliment atau daftar untuk setiap jenjang dan jenis, personel pendidikan yang ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan, lulusan, drop out, perpindahan, kenaikan dari kelas atau tingkat yang satu ke tingkat yang lainya, kurikulum, fasilitas pendidikan, dana pendidikan, manajemen dan output pendidikan.
5.      Data Ketenagakerjaan
Data ini terdiri atas jumlah dan jenis man power yang dibutuhkan dalam proses setiap sector pembangunan, persyaratan pekerjaan, kelompok jenis kerja yang masih langka tetapi sangat dibutuhkan, dan kemampuan lapangan pekerjaan dalam merekrut lulusan untuk memberikan kesempatan kerja kepada mereka.

6.      Data Nilai dan Sosial Budaya
Data ini mencakup data agama dengan pemeluknya, sistim nilai yang berlaku dan dipegang oleh masyarakat, berbagai jenis dan bentuk kebudayaan. Data ini digunakan sebagai imbangan terhadap data kuantitatif  dalam rangka pengembangan berbagai progam akademik yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan yang luhur.[1]
Data di atas dikumpukan melalui survei dengan control yang ketat untuk menjaga kualitas data. Kegiatan pengumpulan data ini digunakan untuk menentukan prioritas sebuah perencanaan. Dengan adanya data ini seorang perencana dapat mengantisipasi segala bentuk hal negatif maupun positif. Data ini berguna untuk menentukan darimana titik perencanaan akan dimulai, serta dengan adanya data ini segala keberhasilan, kekuatan, kesulitan, kelemahan dapat ditelusuri sehingga perencana dapat mengembangkan itik awal perencanaan yang sesuai dengan tahap yang telah dicapai. Kegiatan ini lazim disebut dengan assessment of needs kegiatan mengkaji kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam pembangunan pendidikan untuk periode berikutnya.
Uraian tentang data dasar ini sangat penting untuk menyusun perencanaan untuk masa ke depan. Uraian ini menunjukkan bahwa kedudukan data dasar dalam proses perencanaan begitu penting, hingga planner tidak mempunyai pilihan lain kecuali memiliki data tersebut dalam mewujudkan tugasnya sebagai perencana.
B.     Tahapan dalam Proses Perencanaan
Kegiatan perencanaan merupakan kegiatan yang sistematik sequensial, dank arena itu kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-tahapan sesuai dengan karakteristik perencanaan yang sedang dikembangkan. Banghard dalam Gaffar mengembangkan tahapan perencanaan sebagai berikut:
1.      Proloque
Merupakan langkah awal persiapan untuk memulai suatu kegiatan perencanaan. Persiapan dalam menyusun sebuah langkah perencanaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung dalam menyiapkan sebuah perencanaan.
2.      Identifying educational planning problems
Merupakan langkah untuk mengidentifikasi berbagai bentuk permasalahan dalam sebuah perencanaan pendidikan. Berikut beberapa halyang termasuk dalam Identifying educational planning problems:
a.       Delineating the scope of educational problems. Hal ini memiliki arti bahwa dalam rangka menyusun langkah suatu perencanaan, seorang planner harus menentukan ruang lingkup permasalahan sebuah perencanaan.
b.      Studying what has been. Yang dimaksud dalam Studying what has been adalah mengkaji dan menganalisis apa yang telah dilaksanakan oleh seorang planner.
c.       Determining what has been versus what should be. Hal ini merupakan sebuah langkah yang dilakukan untuk membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang yang seharusnya harus dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan.
d.      Resource and constraints. Yang dimaksud dengan Resource and constraints adalah  berupa sumber-sumber daya yang tersedia dan segala bentuk keterbatasan dalam melakukan perencanaan.
e.       Establishing educational planning parts and priorities. Merupakan upaya untuk mengembangkan bagian-bagian perencanaan dan prioritas dalam perencanaan.

3.      Analizing planning problems area.
Merupaka kegiatan untuk mengkaji permasalahan dalam perencanaan pendidikan, hal ini mencakup sebagai berikut:
a.       Study areas and systems of subareas. Merupakan kegiatan mengkaji sebuah permasalahan dan subpermasalahan.
b.      Gathering date. Merupakan kegiatan pengumpulan data tabulating atau tabulasi data.
c.       Forecasting. Merupakan kegiatan untuk memproyeksi atau memberikan gambaran dalam menyusun sebuah perencanaan.
4.      Conceptualizing and designing plans
Merupakan pengembangan perencanaan yang mencakup konsep yang akan digunakan dalam proses menyusun perenanaan dan desain dalam proses membuat perencanaan. Beberapa hal yang tercangkup dalam Conceptualizing and designing plans adalah sebagai berikut:
a.       Identyfing prevailing trends. Merupakan kegiatan yang lebih untuk mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan yang sedang nge-trend atau yang sedang ada.
b.      Establishing goals and objective. Merupakan perumusan tujuan dengan menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum merupakan tujuan yang hendak dicapai secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus merupakan perumusan tujuan utama yang hendak dicapai.
c.       Designing plans. Merupakan kegiatan untuk merumuskan susunan rencana yang ingin dicapai.



5.      Evaluating plan
Merupakan kegiatan untuk menilai sebuah rencana yang telah disusun sebelumnya. Penilaian rencana ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.       Planning through simulation. Merupakan tahap evaluasi dengan cara mensimulasi rencana yang telah disusun sebelumnya.
b.      Evaluating plans. Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi rencana yang telah disusun oleh seorang planner.
c.       Selecting a plan. Merupakan kegiatan untuk memilih rencana yang terbaik dari rencana yang telah disusun sebelumnya.

6.      Specifying the plan
Kegiatan ini merupakan tahap dalam menetapkan pilihan rancangan rencana yang akan dijadikan sebagai sebuah perencanaan pendidikan. Berikut beberapa uraian tentang Specifying the plan:
a.       Problem formulation. Kegiatan ini terdiri atas tindakan untuk merumuskan masalah yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu progam.
b.      Reporting result. Kegiatan ini berupa menyusun hasil rumusan dalam bentuk final plan draft atau rencana akhir yang akan digunakan.

7.      Implementing the plan
Implementasi merupakan penerapan dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Penerapan rencana ini mencakup:
a.       Progam preparation. Persiapan progam ini berkaitan dengan mempersiapkan rencana operasional yang sudah ditetapkan oleh seorang planner.
b.      Plan approval and legaljustification. Mencakup tentang persetujuan dan pengesahan rencana yang telah disepakati oleh pihak planner.
c.       Organizing operational units. Kegiatan untuk mengatur aparat dalam organisasi pada suatu perencanaan.

8.      Plan feedback
Merupakan kegiatan arus balik dalam pelaksanaan sebuah rencana, pelaksanaan rencana ini mencakup hal-hal berikut:
a.       Monitoring plan. Merupakan kegiatan untuk memantau pelaksanaan dalam sebuah rencana. Monitoring dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai.
b.      Evaluation the plan. Merupakan upaya penilaian terhadap pelaksanaan sebuah perencanaan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencapain tujuan yang telah dilakukan.
c.       Adjusting, altering or planning for what, how and by whom. Yang berarti mengadakan penyesuaian, mengadakan perubahan rencana atau merancang apa yang harus dan perlu dirancang lagi, bagaimana perancanganya, dan oleh siapa Banghard & Trull dalam Gaffar(1987: 56).
Dalam menyusun sebuah rancangan pendidikan tentu kita harus melalui beberapa tahapan. Berikut beberapa tahapan menurut Chesswas dalam Gaffar:
1.      Need assessment
Merupakan kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan, sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber yang perlu disediakan, aspirasi rakyat yang berkembang terhadap pendidikan, harapan dan cita-cita yang merupakan dambaan masyarakat. Kajian ini penting artinya, karena membandingkan antara what has been dan should be, yang merupakan pangkal tolak kegiatan perencanaan.
2.      Formulation goals and objective
Merupakan kegiatan perumusan tujuan dan saran terhadap perencanaan yang merupakan arah perencanaan serta yang merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.
3.      Policy and priority setting
Merupakan kegiatan untuk menetapkan sebuah penentuan dan penggarisan kebijakan dan prioritas dalam sebuah perencanaan pendidikan sebuah muara need assessment.
4.      Progam and project formulation
Merupakan kegiatan dalam merumuskan progam dan projek kegitan dalam sebuah perencanaan pendidikan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.
5.      Feasibility testing
Merupakan pengujian sebuah kemungkinan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini terutama merupakan sumber dana.
6.      Plan implementation
Merupakan pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan . penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang menentukan apakah suatu rencana itu fleksibeldan efektif.
7.      Evaluation dan revision for future plan
Kegiatan ini dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan feedback untuk merevivi atau memperbarui dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti ini perencanaan memperoleh input yang berharga untuk meningkatkan rencana tahun-tahun berikutnya.
Berdasarkan uraian tentang tahapan-tahapan dalam proses perencanaan pendidikan yang sebelumnya telah dikemukakankan oleh  beberapa ahli, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan terdiri dari beberapa komponen utama yang bersifat mendasar serta bersifat pokok yang tidakdapat ditinggalkan. Berikut komponen-komponen dalam proses perencanaan pendidikan:
1.      Kajian terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan periode sebelumnya, dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan titik dasar dalam membuat perencanaan berikutnya.
2.      Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan arah yang harus dijadikan sebagai titik tumpu utama dalam melaksanakan kegiatan rencana pendidikan.
3.      Rumusan kebijakan dapat dijabarkan ke dalam strategi dasar perencanaan pendidikan yang merupakan respon terhadap cara mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
4.      Pengembangan progam dan proyek sebagai operasionalisasi prioritas tujuan yang telah ditetukan.
5.      Scheduling dalam hal ini berarti mengatur dan menmukan dua aspek yaitu keseluruhan progam dan dan prioritas secara teratur dan cermat, karena penjadwalan ini secara garis besar  memiliki arti yang sangat strategi bagi keseluruhan pelaksanaan perencanaan.
6.      Implementasi rencana yang di dalamnya termasuk proses legalisasi dan persiapan aparat pelaksana rencana, pengesahan rencana, pengesahan dimulainya suatu kegiatan, monitoring dan controlling untuk membatasi kemungkinan tindakan yang tidak terpuji yang dapat menimbulkan hambatan dalam proses pelaksanaan pencapaian tujuan perencanaan pendidikan.
7.      Evaluasi dan revisi yang merupakan kegiatan untuk mengevaluasi dalam rangkamenentukan tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan baru yang semakin berkembang.[2]
Dari uraian di atas dapat disimpilkan bahwa, adanya unsur-unsur dalam menyusun sebuah perencanaan pendidikan yang sama dan bersifat esensial. Dengan adanya unsur-unsur yang sama tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perencanaan adalah suatu proses yang diakui perlu dijalani secara sistematik dan berurutan karena keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah satu properti dalam perencanaan pendidikan.
C.     Analisa Aspek Kependudukan dalam Perencanaan Pendidikan
Informasi dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan pendidikan adalah tentang data kependudukan karena pada data ini memiliki nilai strategi untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh kesempatan pendidikan dan berapa besaar jumlahnya, penduduk yang bagaimanakah yang membutuhkan dan dimanakah lokasinya. Informasi tersebut diperoleh dari sensus penduduk.
1.      Sruktur penduduk
Pengelompokan penduduk menurut umur dalam sensus disusun secara interval seperti kelompok usia 0-4, 5-9, 10-14 dst. Stuktur penduduk ini mempunyai kaitan langsung dengan usia populasi sekolah berdasarkan jenjang pendidikan. Usia populasi SD misalnya berada pada interval kelompok umur antara 5-14 tahu.
2.      Stuktur pendidikan penduduk
Data tersebut dapat dikaji melalui latar belakang pendidikan formal pada penduduk. Contoh berapakah jumlah pendudukan yang telah menyelesaikan pendidikan selama 6 tahun, 12 tahun, dan seterusnya. Data tersebut digunakan untuk mengetahui dengan pasti besar jumlah penduduk yang dijadikan target untu diberi pendidikan baik secara formal maupun non-formal.
3.      Sruktur pendidikan angkatan kerja
Data ini digunakan untuk mengaitkan kebutuhan tenaga pendidik dan keterampilan pada pasaran kerja dengan lulusan pendidikan tertentu, untuk kemudian dapat meningkatkan kualitas angkatan kerja melalui berbagai program pendidikan.
4.      Perubahan-perubahan penduduk
Data perubahan penduduk sangat penting arena dapat mempengaruhi kebijakan dalam perencanaan pendidikan. Dalam konteks perubahan penduduk yang diperluan hanyalah yang meliputi pertumbuhan penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur penduduk. Factor yang mempengaruhi perubahan penduduk adalah kelahiran, perpindahan (imigrasi atau emigrasi), dan kematian.[3]
D.    Analisis dan Proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga guru
Kebutuhan tenaga guru (teacher demand) adalah tuntutan pemakai jasa profesional guru untuk memberikan pelayanan pendidikan terhadap anak didik pada lembaga pendidikan pemakai jasa guru itu. Kebutuhan akan tenaga guru untuk memberikan pelayanan pendidikan ini harus memenuhi persyaratan tertentu untuk menjamin bahwa pelayanan yang dituntut itu sesuai dengan harapan pemakai. Persyaratan ini begitu penting karena penyelenggara pendidikan menuntut keahlian profesional yang tidak setiap orang dapat memenuhi persyaratan tersebut.
Penyediaan tenaga guru (teacher supply) adalah upaya profesional lembaga pendidikan guru untuk memenuhi tuntutan akan tenaga guru dari lembaga pemakai jasa guru. Untuk dapat memenuhi persyaratan tuntutan dari lembaga pemakai, lembaga pendidikan guru sebagai penyedia atau prosedur harus memperlihatkan persyaratan profesional yang diminta oleh pemakai. Karena itu upaya pemenuhan inipun perlu dilaksanakan secara profesioanl pula hingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan lapangan.
Berdasarkan batasan konsep demand dan supply seperti diutarakan di atas, terlihat adanya berbagai faktor esensial di dalam konsep demand dan supply itu. Pada komponen demand unsur-unsur penting yang perlu diperhatikan adalah guru untuk bidang apakah, untuk jenis dan jenjang pendidikan yang mana, dengan kualifikasi apa, tugas-tugas apa saja yang harus dilaksanakan, dan juga jaminan-jaminan apakah yang dapat disediakan sebagai imbalan pelayanan yang diberikan oleh guru.
Pada komponen supply, unsur-unsur esensial yang perlu mendapat perhatian adalah: guru apa dan dengan kualifikasi tingkat mana yang perlu disiapkan, apakah stock guru cukup tersedia, program yang bagaimanakah yang dapat memenuhi persyaratan kualitatif ketenagaan guru yang diperlukan, berapa jumlah guru yang perlu disiapkan, sikap profesional guru yang bagaimanakah yang perlu dibina untuk calon guru tersebut. Uraian di atas menunjukkan bahwa hukum demand dan supply dalam bidang ekonomi tampaknya juga berlaku untuk demand dan supply tenaga guru.
https://sumberbelajarsmkn10.files.wordpress.com/2012/11/Keterkaitan antara demand dan supply disajikan secara komprehensif pada gambar atau diagram di bawah ini.
Gambar



Keterkaitan antara Demand dan Supply Guru
Demand dan supply yang sempurna adalah apabila supply memenuhi keseluruhan persyaratan demand baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Keseimbangan yang seperti ini dalam hukum demand dan supply disebut “perfect equilibrium” (Gaffar, 1980). Keadaan perfect equilibrium ini amat sulit dicapai karena terdapat berbagai faktor yang sulit terdapat berbagai factor yang sulit dikendalikan baik pada komponen demand maupun pada komponen supply.
Analisis demand dan supply yang lebih mendalam amat penting bagi perencana karena dengan mengkaji lebih terperinci terhadap kedua komponen ini dapat mengungkap berbagai faktor dinamis yang berpengauh terhadap demand dan supply. Demand dan supply adalah dinamis karena faktor-faktor internal dan eksternal yang secara dominan mempengaruhi itu terus berubah dan berkembang.
Faktor-faktor yang terus menerus mempengaruhi demand adalah kurikulum yang diberlakukan di sekolah sebagai pemakai guru. Kurikulum sekolah memang harus dinamis dan karenanya terus tumbuh mempengaruhi kompetensi guru yang diperlukan. Pertumbuhan enrollment juga berpengaruh terhadap aspek kuantitaif demand, demikian pula beban mengajar, dan beban studi murid. Standar mutu pendidikan di sekolah juga selalu hidup dan berkembang pula. Karakteristik proses pendidikan pada tingkat sekolah inilah yang menyebabkan terjadinya dinamika dalam demand karena guru itu sendiri harus selalu mampu merespon terhadap segala tuntutan yang berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi supplypun juga berubah dan berkembang terus. Program pendidikan guru juga terus berkembang yang tidak selalu merujuk pada karakteristik demand di sekolah, tapi merujuk kepada pertumbuhan masyarakat luas, karena guru itu merupakan konsep yang terbuka. Kurikulum pendidikan guru juga terus berkembang mengikuti irama perkembangan ilmu dan teknologi.
Nilai ekonomi lulusan pendidikan guru pada pasaran kerja yang relative rendah bila dibandingkan dengan profesi lain, mengurangi jumlah stock calon guru. Minat, bakat, dan perhatian setiap calon guru yang memasuki pendidikan guru juga bervariasi, dengan demikian distribusi enrollment pada lembaga pendidikan guru sulit dikendalikan untuk disesuaikan dengan trend kebutuhan pada lembaga pemakai. Karena itu dapat dimengerti bilamana guru untuk bidang studi tertentu berlebih sedang sedang untuk bidang lainnya amat sulit diperoleh. Kemampuan individual calon guru tidak sama, karena itu kualitas lulusan juga tidak merata. Seluruh gambaran ini memberikan uraian bahwa discrepancy antara demand dan supply sulit dihindari.
1.      Menghitung Kebutuhan Guru
Menghitung kebutuhan guru pada suatu lembaga atau sistem memerlukan data dasar yang mencakup:
1.      Enrollment sekolah
2.      Jumlah jam perminggu yang diterima murid seluruh mata pelajaran atau mata pelajaran tertentu.
3.      Beban mengajar penuh guru perminggu
4.      Besar kelas yang dianggap efektif untuk menerima suatu mata pelajaran
5.      Jumlah guru yang ada
6.      Jumlah guru yang akan pensiun atau berhenti atau karena sesuatu hal akan meninggalkan jabatan keguruan.
7.      Jenis sekolah dan jenjang sekolah yang memerlukan guru.
Menghitung kebutuhan total guru untuk suatu jenis sekolah atau tingkat sekolah tertentu tidaklah sulit asalkan data dasar yang diperlukan di atas tersedia. Formula umum menghitung kebutuhan guru adalah:
Formula di atas dapat ditulis dengan notasi seperti berikut:
Formula di atas dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan guru secara umum atau untuk tiap bidang studi. Contoh:Kebutuhan guru untuk suatu bidang studi tertentu dapat dihitung dengan contoh berikut.
2.      Menghitung Kekurangan Guru
Perhitungan kebutuhan guru dengan menggunakan formula sederhana telah diuraikan terdahulu menunjukkan adanya kemungkinan untuk merubah variabel tertentu bilamana resources untuk pengadaan guru tidak mungkin disediakan.
Dalam keadaan terbatas resources ini umpamanya besar kelas tidak 40 dan tidak diperbesar menjadi 50, dengan demikian jumlah guru yang diperlukan sudah dapat ditekan tanpa berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Beban mengajar guru yang sedianya ditentukan 24 jam perminggu, tapi karena keterbatasan resources beban mengajar dapat ditambah dan karenanya jumlah guru dapat ditekan. Pilihan seperti ini dapat saja diambil oleh planners bilamana resources memang dalam keadaan yang amat terbatas. Pilihan inipun dapat pula dipertimbangkan pada waktu menghitung kekurangan guru.
Menghitung kekurangan guru atau teacher shortage adalah langkah lanjutan dari menghitung kebutuhan total guru. Langkahnya adalah:
1.      Ambilah data tentang jumlah guru yang ada berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, lama bekerja sebagai guru, usia, kualifikasi atau ijazah tertinggi yang diperoleh, beban mengajar dan bidang spesialisasi. Kesemua data ini penting untuk menentukan kekurangan guru dalam arti full time, fully qualified.
2.      Identifikasi jumlah guru yang akan pensiun pada tahun dalam periode perencanaan yang telah ditentukan.
3.      Identifikasi jumlah guru yang karena sesuatu hal akan meninggalkan tempat bekerja sekarang (karena dipindahkan, diberikan kesempatan untuk studi dan seterusnya).
4.      Identifikasi apakah ada guru yang belum fully qualified.
5.      Identifikasi jumlah guru yang beban mengajarnya tidak penuh seperti guru part time atau honorer.
6.      Kembangkan standar atau rambu-rambu untuk menentukan kekurangan guru, yang mencakup: apakah besar kelas tetap berdasarkan kebijakan yang berlaku saat itu; apakah beban mengajar guru akan berubah; apakah besar kelas akan bertambah; apakah jumlah beban studi murid akan dikurangi; apakah guru yang kualifikasinya belum memenuhi standar akan diberikan kesempatan untuk meneruskan studi.
Berdasarkan langkah-langkah di atas kemudian komputasi dilakukan dengan menggunakan formula kekurangan guru sebagai berikut:
Kekurangan Guru =    Kebutuhan Guru Total – (Guru yang ada – Guru yang akan pensiun/yang akan keluar/meneruskan pelajaran)
KG = KGT – (GA – GP/GK/GS)
Dengan notasi formula dapat ditulis sebagai berikut:
KG    = kekurangan guru
KGT  = kebutuhan guru total
GA    = guru yang ada
GP     = guru yang akan pensiun
GK    = guru yang karena sesuatu alasan akan keluar
GS     = guru yang karena belum fully qualified akan meneruskan studi
Contoh:
Enrollment suatu sekolah 1000, dan bila beban studi murid 40 jam perminggu, besar kelas 40, dan beban mengajar setiap guru 24 jam perminggu, maka dengan formula seperti telah diuraikan terdahulu kebutuhan guru total adalah 41, 6 guru full time dan fully qualified. Guru yang ada 30 orang, yang akan pension 3 orang, yang akan pindah atau keluar 2 orang dan yang diberikan izin untuk meneruskan studi 3 orang. Jadi kekurangan guru menjadi:
41,6 – (30-3-2-3) = 19,6 guru full time, fully qualified.
Bila guru yang ada setelah dikurangi dengan berbagai kelompok guru yang karena macam-macam alasan tidak dapat bertugas lagi pada sekolah atau sistem itu lebih besar dari kebutuhan total guru, maka terjadilah kelebihan guru. Bila ini terjadi, maka artinya tidak ada demand terhadap guru.
3.      Proyeksi Kebutuhan Guru
Proyeksi kebutuhan guru untuk tiap tahun selama periode perencanaan tertentu harus seiring dengan proyeksi enrollment, disertai dengan asumsi-asumsi tentang beban studi murid, beban mengajar guru, besar kelas, dan estimasi jumlah guru yang akan pensiun, pindah atau keluar atau meneruskan studi pada tahun-tahun dalam periode perencanaan yang telah ditentukan itu. Formula yang digunakan masih tetap formula yang dipergunakan dalam menghitung kebutuhan dan kekurangan guru seperti telah diuraikan dengan cukup terperinci pada bagian terdahulu. Proyeksi ini didasarkan atas trend dan data dasar guru beberapa tahun sebelumnya.
4.      Penyediaan Guru (Teacher Supply)
Perhitungan supply guru berorientasikan pada pemenuhan demand terhadap guru yang merupakan target yang harus secara optimal dipenuhi. Lembaga yang diberi tugas untuk mempersiapkan tenaga guru di Indonesia adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK).
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengkaji atau mengadakan evaluasi terhadap institusional capability lembaga pendidikan yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mempersiapkan tenaga guru. Hasil evaluasi itu dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengukur sejauh manakah lembaga tersebut mempunyai kemampuan untuk memenuhi tuntutan tenaga guru pada periode perencanaan yang telah ditentukan itu. Evaluasi perlu dipusatkan pada hal-hal berikut:
1.      Stock calon guru atau enrollment mahasiswa calon guru pada lembaga pendidikan guru;
2.      Lulusan tiap tahun untuk selama enam tahun yang lalu untuk melihat kecenderungan produksi lembaga itu;
3.      Jenis dan jenjang program yang tersedia;
4.      Kemampuan produksi tiap produksi tiap program yang ada itu;
5.      Resources yang tersedia untuk memungkinkan pengembangan pada tahun-tahun berikutnya.
Analisis kuantitatif enrollment sekolah pendidikan guru tidak berbeda dengan analisis enrollment pada sekolah-sekolah umum yaitu dengan menggunakan enrollment flow model atau dengan menggunakan cohort survival model Chesswas, atau dengan menggunakan komputer enrollment flow model Davis.
Hasil evaluasi dan analisis institusional kemampuan sekolah pendiidkan guru adalah dasar untuk menentukan pengembangan lembaga tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru pada sekolah-sekolah, pemakai jasa guru. Perhitungan kenaikan rata-rata pertahun, pengulang per tahun dan dropouts pertahun, dapat dijadikan pegangan sebagai dasar proyeksi penyediaan guru pada beberapa tahun mendatang. Karena lulusan sekolah pendidikan guru ini dikaitkan dengan tuntutan guru di lapangan, maka proyeksi supply guru menggunakan target setting approach, yaitu dengan dimulai dari beberapa jumlah lulusan yang diperlukan untuk memenuhi secara optimal tuntutan guru di lapangan. Hal ini dapat mengambil jumlah kebutuhan guru harus sama dengan jumlah lulusan yang akan terjun kepada profesi keguruan dengan memperhitungkan jumlah lulusan yang tidak terjun kepada profesi keguruan. Perbandingan antara trend lulusan sekolah pendidikan guru pada enam tahun terakhir dan trend kebutuhan guru pada kurun waktu yang sama dapat memberikan gambaran untuk menentukan langkah selanjutnya.[4]


PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi juga merupakan ilmu yang membahas tentang metode-metode yang akan digunakan dalam merencanakan kebijakan di dalam pendidikan.Sedangkan pengertian metodologi perencanaan pendidikan adalah ilmu atau cara yang digunakan untuk menyusun sebuah perencanaan pendidikan dengan cara mengkaji berbagai rumusan yang nantinya akan dipilih salah satu perencanaan yang paling efektif dan efisien.
Pelaksanaan metodologi dalam perencanaan dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data dasar dalam perencanaan pendidikan, tahapan dalam perencanaan dalam pendidikan, aspek kependudukan kependudukan dalam perencanaan pendidikan, proyeksi penduduk, analisis dan proyeksi. Melalui metodologi pendidikan, kita dapat menyusun perencanaan pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
B.     Saran
Dalam merencanakan sebuah perencanaan pendidikan melalui metodologi, sebaiknya terlebih dahulu melakukan pengumpulan data penunjang seperti data penduduk yang berada dalam usia sekolah dan menggunakan perencanaan pendidikan sebelumnya sebagai acuan untuk mengembangkan perencanaan di masa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gaffar, Mohammad Fakry. 1987. Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK Ditjen Pendidikan Tinggi.
https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensiprofesional/merencanakan-kebutuhan-guru-dan-staff-2/
Vembrianto. 1975. Pengantar Perencanaan Pendidikan(Educational Planning). Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.



[1]Vebrianto, (1975), Pengantar Perencanaan(Educational Planning), Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita, h. 56
[2] Mohammad Fakri Gaffar, (1987),  Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi, Jakarta:P21PTKDitjenPendidikan Tinggi, h. 42
[3]Nanang Fatah, (2013), Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 81
[4]https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensi-profesional/merencanakan-kebutuhan-guru-dan-staff-2/ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar