MAKALAH
METODOLOGI PERENCANAAN PENDIDIKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata
kuliah
PERENCANAAN SISTEM PAI

Disusun Oleh : Kelompok
Alfadilatu ahmad : 2014.1839
Sami’in : 2014.1872
Dosen Pembimbing :
Willrahmi izzati ,SPd.I, MA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2017
M/1438
H
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kegiatan untuk mengembangkan segala kemampuan
yang dimiliki oleh agar terus terarah dan berkembang maksimal. Pendidikan juga
merupakan usaha untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh individu agar
terus berkembang dengan baik. Pengembangan pendidikan dapat dilakukan melalui
pembuatan sebuah perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan suatu
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka untuk mencapai
tujuan pendidikan yang direncanakan sebelumnya.
Perencanaan dalam sebuah lembaga pendidikan tentu tidak boleh
menyimpang dari tujuan utama pendidikan, karena tujuan pendidikan akan menjadi
dasar dalam pembuatan rencana pendidikan. Di dalam proses perencanaan
pendidikan tentu ada beberapa tahap, proses dan metodologi untuk menyusun
sebuah perencaan pendidikan. Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan
tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang
sedang dikaji. Metodologi yang digunakan dalam proses perencanaan pendidikan
mencakup beberapa proses tahapan dalam menyusun perencanaan pendidikan. Agar
dalam merancang sebuah perencanaan pendidikan tidak mengalami kesulitan tentu
ada beberapa tahapan proses di dalam sebuah metodologi perencanaan pendidikan.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan membahas mengenai
metodologi proses perencanan pendidikan.
a.
Data
dasar perencanaan pendidikan
b.
Tahapan
perencanaan
c.
Analisis
aspek kependidikan dalam perencenaan pendidikan
d.
Analisis
dan proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga guru
PEMBAHASAN
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan
""logos, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang
berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, logos artinya ilmu.
Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara
tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang
dikaji. Metodologi juga merupakan ilmu yang membahas tentang metode-metode yang
akan digunakan dalam merencanakan kebijakan di dalam pendidikan.
Sedangkan pengertian metodologi perencanaan pendidikan adalah ilmu
atau cara yang digunakan untuk menyusun sebuah perencanaan pendidikan dengan
cara mengkaji berbagai rumusan yang nantinya akan dipilih salah satu
perencanaan yang paling efektif dan efisien.
A.
Data
Dasar Perencanaan Pendidikan
Data dasar atau
base line data untuk perencanaan pendidikan mempunyai fungsi yang sangat
penting dan besar pengaruhnya, sebab tanpa data perencanaan atau planning tidak
mungkin tujuan perencanaan pendidikan dapat tercapai. Data dasar ini mencakup
berbagai aspek bukan saja data tentang pendidikan,melainkan data yang berada di
luar lingkup pendidikan yang masih memiliki keterkaitan dengan pendidikan.
Berikut beberapa data dasar yang diperlukan dalam perencanaan pendidikan.
1.
Data
Kependudukan
Data ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar populasi penduduk yang berada pada usia
pendidikan. Data ini mencakup struktur penduduk, penyebaran penduduk, laju
pertumbuhan penduduk, populsi usia sekolah yang ada di dalam system
persekolahan dan berada di luar
system
persekolahan dan yang berada dan struktur angkatan kerja berdasarkan kategori
kerja dan pendidikan.
2.
Data
Ekonomi
Data ekonomi
digunakan untuk menganalisa kemampuan ekonomi pemerintah untuk membantu biaya
pendidikan dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan dalam
menggunakan segala sumber dana yang tersedia. Data ekonomi meliputi Anggaran
Pendapatan Belanja Negara(APBN), GNP, revenue sources, tingkat pertumbuhan
ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi pertahun.
3.
Data
Kebijakan Nasional yang merupakan keputusan politik
Dalam data ini
berisi tentang falsafah dan tujuan nasional, keputusan badan legislative Negara
yang harus menjadi pedoman dalam upaya pembangunan untukseluruh sekor, dan
falsafah pendidikan yang dianut dan dijadikan pedoman.
4.
Data
Kependidikan
Data ini
mencakup enroliment atau daftar untuk setiap jenjang dan jenis, personel
pendidikan yang ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan, lulusan, drop out,
perpindahan, kenaikan dari kelas atau tingkat yang satu ke tingkat yang lainya,
kurikulum, fasilitas pendidikan, dana pendidikan, manajemen dan output pendidikan.
5.
Data
Ketenagakerjaan
Data ini
terdiri atas jumlah dan jenis man power yang dibutuhkan dalam proses setiap
sector pembangunan, persyaratan pekerjaan, kelompok jenis kerja yang masih
langka tetapi sangat dibutuhkan, dan kemampuan lapangan pekerjaan dalam
merekrut lulusan untuk memberikan kesempatan kerja kepada mereka.
6.
Data
Nilai dan Sosial Budaya
Data ini
mencakup data agama dengan pemeluknya, sistim nilai yang berlaku dan dipegang
oleh masyarakat, berbagai jenis dan bentuk kebudayaan. Data ini digunakan
sebagai imbangan terhadap data kuantitatif dalam rangka pengembangan
berbagai progam akademik yang dijiwai oleh nilai kemanusiaan yang luhur.[1]
Data di atas
dikumpukan melalui survei dengan control yang ketat untuk menjaga kualitas
data. Kegiatan pengumpulan data ini digunakan untuk menentukan prioritas sebuah
perencanaan. Dengan adanya data ini seorang perencana dapat mengantisipasi
segala bentuk hal negatif maupun positif. Data ini berguna untuk menentukan
darimana titik perencanaan akan dimulai, serta dengan adanya data ini segala
keberhasilan, kekuatan, kesulitan, kelemahan dapat ditelusuri sehingga
perencana dapat mengembangkan itik awal perencanaan yang sesuai dengan tahap
yang telah dicapai. Kegiatan ini lazim disebut dengan assessment of needs
kegiatan mengkaji kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam pembangunan pendidikan
untuk periode berikutnya.
Uraian tentang
data dasar ini sangat penting untuk menyusun perencanaan untuk masa ke depan.
Uraian ini menunjukkan bahwa kedudukan data dasar dalam proses perencanaan
begitu penting, hingga planner tidak mempunyai pilihan lain kecuali memiliki
data tersebut dalam mewujudkan tugasnya sebagai perencana.
B.
Tahapan
dalam Proses Perencanaan
Kegiatan
perencanaan merupakan kegiatan yang sistematik sequensial, dank arena itu
kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
perencanaan memerlukan tahapan-tahapan sesuai dengan karakteristik perencanaan
yang sedang dikembangkan. Banghard dalam Gaffar mengembangkan tahapan
perencanaan sebagai berikut:
1.
Proloque
Merupakan
langkah awal persiapan untuk memulai suatu kegiatan perencanaan. Persiapan
dalam menyusun sebuah langkah perencanaan dapat dilakukan dengan mengumpulkan
data pendukung dalam menyiapkan sebuah perencanaan.
2.
Identifying
educational planning problems
Merupakan
langkah untuk mengidentifikasi berbagai bentuk permasalahan dalam sebuah
perencanaan pendidikan. Berikut beberapa halyang termasuk dalam Identifying
educational planning problems:
a.
Delineating
the scope of educational problems. Hal ini memiliki arti bahwa dalam rangka
menyusun langkah suatu perencanaan, seorang planner harus menentukan ruang
lingkup permasalahan sebuah perencanaan.
b.
Studying
what has been. Yang dimaksud dalam Studying what has been adalah mengkaji dan
menganalisis apa yang telah dilaksanakan oleh seorang planner.
c.
Determining
what has been versus what should be. Hal ini merupakan sebuah langkah yang
dilakukan untuk membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang yang
seharusnya harus dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan.
d.
Resource
and constraints. Yang dimaksud dengan Resource and constraints adalah
berupa sumber-sumber daya yang tersedia dan segala bentuk keterbatasan dalam
melakukan perencanaan.
e.
Establishing
educational planning parts and priorities. Merupakan upaya untuk mengembangkan
bagian-bagian perencanaan dan prioritas dalam perencanaan.
3.
Analizing
planning problems area.
Merupaka kegiatan untuk mengkaji permasalahan dalam perencanaan
pendidikan, hal ini mencakup sebagai berikut:
a.
Study
areas and systems of subareas. Merupakan kegiatan mengkaji sebuah permasalahan
dan subpermasalahan.
b.
Gathering
date. Merupakan kegiatan pengumpulan data tabulating atau tabulasi data.
c.
Forecasting.
Merupakan kegiatan untuk memproyeksi atau memberikan gambaran dalam menyusun
sebuah perencanaan.
4.
Conceptualizing
and designing plans
Merupakan pengembangan perencanaan yang mencakup konsep yang akan
digunakan dalam proses menyusun perenanaan dan desain dalam proses membuat
perencanaan. Beberapa hal yang tercangkup dalam Conceptualizing and designing
plans adalah sebagai berikut:
a.
Identyfing
prevailing trends. Merupakan kegiatan yang lebih untuk mengidentifikasi
kecenderungan-kecenderungan yang sedang nge-trend atau yang sedang ada.
b.
Establishing
goals and objective. Merupakan perumusan tujuan dengan menentukan tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum merupakan tujuan yang hendak dicapai secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus merupakan perumusan tujuan utama yang
hendak dicapai.
c.
Designing
plans. Merupakan kegiatan untuk merumuskan susunan rencana yang ingin dicapai.
5.
Evaluating
plan
Merupakan
kegiatan untuk menilai sebuah rencana yang telah disusun sebelumnya. Penilaian
rencana ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.
Planning
through simulation. Merupakan tahap evaluasi dengan cara mensimulasi rencana
yang telah disusun sebelumnya.
b.
Evaluating
plans. Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi rencana yang telah disusun oleh
seorang planner.
c.
Selecting
a plan. Merupakan kegiatan untuk memilih rencana yang terbaik dari rencana yang
telah disusun sebelumnya.
6.
Specifying
the plan
Kegiatan ini
merupakan tahap dalam menetapkan pilihan rancangan rencana yang akan dijadikan
sebagai sebuah perencanaan pendidikan. Berikut beberapa uraian tentang
Specifying the plan:
a.
Problem
formulation. Kegiatan ini terdiri atas tindakan untuk merumuskan masalah yang
berkaitan dengan proses perencanaan suatu progam.
b.
Reporting
result. Kegiatan ini berupa menyusun hasil rumusan dalam bentuk final plan
draft atau rencana akhir yang akan digunakan.
7.
Implementing
the plan
Implementasi
merupakan penerapan dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Penerapan
rencana ini mencakup:
a.
Progam
preparation. Persiapan progam ini berkaitan dengan mempersiapkan rencana
operasional yang sudah ditetapkan oleh seorang planner.
b.
Plan
approval and legaljustification. Mencakup tentang persetujuan dan pengesahan
rencana yang telah disepakati oleh pihak planner.
c.
Organizing
operational units. Kegiatan untuk mengatur aparat dalam organisasi pada suatu
perencanaan.
8.
Plan
feedback
Merupakan
kegiatan arus balik dalam pelaksanaan sebuah rencana, pelaksanaan rencana ini
mencakup hal-hal berikut:
a.
Monitoring
plan. Merupakan kegiatan untuk memantau pelaksanaan dalam sebuah rencana.
Monitoring dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan yang telah
dicapai.
b.
Evaluation
the plan. Merupakan upaya penilaian terhadap pelaksanaan sebuah perencanaan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencapain tujuan
yang telah dilakukan.
c.
Adjusting,
altering or planning for what, how and by whom. Yang berarti mengadakan
penyesuaian, mengadakan perubahan rencana atau merancang apa yang harus dan
perlu dirancang lagi, bagaimana perancanganya, dan oleh siapa Banghard &
Trull dalam Gaffar(1987: 56).
Dalam menyusun
sebuah rancangan pendidikan tentu kita harus melalui beberapa tahapan. Berikut
beberapa tahapan menurut Chesswas dalam Gaffar:
1.
Need
assessment
Merupakan
kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan
yang telah dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan, kelemahan,
sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber yang perlu disediakan, aspirasi
rakyat yang berkembang terhadap pendidikan, harapan dan cita-cita yang
merupakan dambaan masyarakat. Kajian ini penting artinya, karena membandingkan
antara what has been dan should be, yang merupakan pangkal tolak kegiatan
perencanaan.
2.
Formulation
goals and objective
Merupakan
kegiatan perumusan tujuan dan saran terhadap perencanaan yang merupakan arah
perencanaan serta yang merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis
masyarakat.
3.
Policy
and priority setting
Merupakan
kegiatan untuk menetapkan sebuah penentuan dan penggarisan kebijakan dan
prioritas dalam sebuah perencanaan pendidikan sebuah muara need assessment.
4.
Progam
and project formulation
Merupakan
kegiatan dalam merumuskan progam dan projek kegitan dalam sebuah perencanaan
pendidikan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.
5.
Feasibility
testing
Merupakan
pengujian sebuah kemungkinan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam
hal ini terutama merupakan sumber dana.
6.
Plan
implementation
Merupakan
pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan .
penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah yang menentukan apakah suatu
rencana itu fleksibeldan efektif.
7.
Evaluation
dan revision for future plan
Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan
feedback untuk merevivi atau memperbarui dan mengadakan penyesuaian rencana
untuk periode rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti ini
perencanaan memperoleh input yang berharga untuk meningkatkan rencana
tahun-tahun berikutnya.
Berdasarkan
uraian tentang tahapan-tahapan dalam proses perencanaan pendidikan yang
sebelumnya telah dikemukakankan oleh beberapa ahli, maka secara sederhana
dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan terdiri dari beberapa komponen utama
yang bersifat mendasar serta bersifat pokok yang tidakdapat ditinggalkan.
Berikut komponen-komponen dalam proses perencanaan pendidikan:
1.
Kajian
terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan periode sebelumnya, dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dan titik dasar dalam membuat perencanaan
berikutnya.
2.
Rumusan
tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan arah yang harus
dijadikan sebagai titik tumpu utama dalam melaksanakan kegiatan rencana
pendidikan.
3.
Rumusan
kebijakan dapat dijabarkan ke dalam strategi dasar perencanaan pendidikan yang
merupakan respon terhadap cara mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
4.
Pengembangan
progam dan proyek sebagai operasionalisasi prioritas tujuan yang telah
ditetukan.
5.
Scheduling
dalam hal ini berarti mengatur dan menmukan dua aspek yaitu keseluruhan progam
dan dan prioritas secara teratur dan cermat, karena penjadwalan ini secara
garis besar memiliki arti yang sangat strategi bagi keseluruhan
pelaksanaan perencanaan.
6.
Implementasi
rencana yang di dalamnya termasuk proses legalisasi dan persiapan aparat
pelaksana rencana, pengesahan rencana, pengesahan dimulainya suatu kegiatan,
monitoring dan controlling untuk membatasi kemungkinan tindakan yang tidak
terpuji yang dapat menimbulkan hambatan dalam proses pelaksanaan pencapaian
tujuan perencanaan pendidikan.
7.
Evaluasi
dan revisi yang merupakan kegiatan untuk mengevaluasi dalam rangkamenentukan
tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
terhadap tuntutan baru yang semakin berkembang.[2]
Dari uraian di
atas dapat disimpilkan bahwa, adanya unsur-unsur dalam menyusun sebuah
perencanaan pendidikan yang sama dan bersifat esensial. Dengan adanya
unsur-unsur yang sama tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
perencanaan adalah suatu proses yang diakui perlu dijalani secara sistematik
dan berurutan karena keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah
satu properti dalam perencanaan pendidikan.
C.
Analisa
Aspek Kependudukan dalam Perencanaan Pendidikan
Informasi dasar
yang dibutuhkan dalam perencanaan pendidikan adalah tentang data kependudukan
karena pada data ini memiliki nilai strategi untuk menentukan siapa yang berhak
memperoleh kesempatan pendidikan dan berapa besaar jumlahnya, penduduk yang
bagaimanakah yang membutuhkan dan dimanakah lokasinya. Informasi tersebut
diperoleh dari sensus penduduk.
1.
Sruktur
penduduk
Pengelompokan
penduduk menurut umur dalam sensus disusun secara interval seperti kelompok
usia 0-4, 5-9, 10-14 dst. Stuktur penduduk ini mempunyai kaitan langsung dengan
usia populasi sekolah berdasarkan jenjang pendidikan. Usia populasi SD misalnya
berada pada interval kelompok umur antara 5-14 tahu.
2.
Stuktur
pendidikan penduduk
Data tersebut
dapat dikaji melalui latar belakang pendidikan formal pada penduduk. Contoh
berapakah jumlah pendudukan yang telah menyelesaikan pendidikan selama 6 tahun,
12 tahun, dan seterusnya. Data tersebut digunakan untuk mengetahui dengan pasti
besar jumlah penduduk yang dijadikan target untu diberi pendidikan baik secara
formal maupun non-formal.
3.
Sruktur
pendidikan angkatan kerja
Data ini
digunakan untuk mengaitkan kebutuhan tenaga pendidik dan keterampilan pada
pasaran kerja dengan lulusan pendidikan tertentu, untuk kemudian dapat
meningkatkan kualitas angkatan kerja melalui berbagai program pendidikan.
4.
Perubahan-perubahan
penduduk
Data perubahan
penduduk sangat penting arena dapat mempengaruhi kebijakan dalam perencanaan
pendidikan. Dalam konteks perubahan penduduk yang diperluan hanyalah yang
meliputi pertumbuhan penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur penduduk.
Factor yang mempengaruhi perubahan penduduk adalah kelahiran, perpindahan
(imigrasi atau emigrasi), dan kematian.[3]
D.
Analisis
dan Proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga guru
Kebutuhan
tenaga guru (teacher demand) adalah tuntutan pemakai jasa profesional guru
untuk memberikan pelayanan pendidikan terhadap anak didik pada lembaga
pendidikan pemakai jasa guru itu. Kebutuhan akan tenaga guru untuk memberikan
pelayanan pendidikan ini harus memenuhi persyaratan tertentu untuk menjamin
bahwa pelayanan yang dituntut itu sesuai dengan harapan pemakai. Persyaratan
ini begitu penting karena penyelenggara pendidikan menuntut keahlian
profesional yang tidak setiap orang dapat memenuhi persyaratan tersebut.
Penyediaan
tenaga guru (teacher supply) adalah upaya profesional lembaga pendidikan guru
untuk memenuhi tuntutan akan tenaga guru dari lembaga pemakai jasa guru. Untuk
dapat memenuhi persyaratan tuntutan dari lembaga pemakai, lembaga pendidikan
guru sebagai penyedia atau prosedur harus memperlihatkan persyaratan
profesional yang diminta oleh pemakai. Karena itu upaya pemenuhan inipun perlu
dilaksanakan secara profesioanl pula hingga produk yang dihasilkan dapat
memenuhi tuntutan lapangan.
Berdasarkan
batasan konsep demand dan supply seperti diutarakan di atas, terlihat adanya
berbagai faktor esensial di dalam konsep demand dan supply itu. Pada komponen
demand unsur-unsur penting yang perlu diperhatikan adalah guru untuk bidang
apakah, untuk jenis dan jenjang pendidikan yang mana, dengan kualifikasi apa,
tugas-tugas apa saja yang harus dilaksanakan, dan juga jaminan-jaminan apakah
yang dapat disediakan sebagai imbalan pelayanan yang diberikan oleh guru.
Pada komponen
supply, unsur-unsur esensial yang perlu mendapat perhatian adalah: guru apa dan
dengan kualifikasi tingkat mana yang perlu disiapkan, apakah stock guru cukup
tersedia, program yang bagaimanakah yang dapat memenuhi persyaratan kualitatif
ketenagaan guru yang diperlukan, berapa jumlah guru yang perlu disiapkan, sikap
profesional guru yang bagaimanakah yang perlu dibina untuk calon guru tersebut.
Uraian di atas menunjukkan bahwa hukum demand dan supply dalam bidang ekonomi
tampaknya juga berlaku untuk demand dan supply tenaga guru.
Keterkaitan antara demand dan supply disajikan secara komprehensif
pada gambar atau diagram di bawah ini.
Gambar
Keterkaitan antara Demand dan Supply Guru
Demand dan supply yang sempurna adalah apabila supply memenuhi
keseluruhan persyaratan demand baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Keseimbangan yang seperti ini dalam hukum demand dan supply disebut “perfect
equilibrium” (Gaffar, 1980). Keadaan perfect equilibrium ini amat sulit dicapai
karena terdapat berbagai faktor yang sulit terdapat berbagai factor yang sulit
dikendalikan baik pada komponen demand maupun pada komponen supply.
Analisis demand dan supply yang lebih mendalam amat penting bagi
perencana karena dengan mengkaji lebih terperinci terhadap kedua komponen ini
dapat mengungkap berbagai faktor dinamis yang berpengauh terhadap demand dan
supply. Demand dan supply adalah dinamis karena faktor-faktor internal dan
eksternal yang secara dominan mempengaruhi itu terus berubah dan berkembang.
Faktor-faktor yang terus menerus mempengaruhi demand adalah
kurikulum yang diberlakukan di sekolah sebagai pemakai guru. Kurikulum sekolah
memang harus dinamis dan karenanya terus tumbuh mempengaruhi kompetensi guru
yang diperlukan. Pertumbuhan enrollment juga berpengaruh terhadap aspek
kuantitaif demand, demikian pula beban mengajar, dan beban studi murid. Standar
mutu pendidikan di sekolah juga selalu hidup dan berkembang pula. Karakteristik
proses pendidikan pada tingkat sekolah inilah yang menyebabkan terjadinya
dinamika dalam demand karena guru itu sendiri harus selalu mampu merespon
terhadap segala tuntutan yang berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi supplypun juga berubah dan
berkembang terus. Program pendidikan guru juga terus berkembang yang tidak
selalu merujuk pada karakteristik demand di sekolah, tapi merujuk kepada
pertumbuhan masyarakat luas, karena guru itu merupakan konsep yang terbuka.
Kurikulum pendidikan guru juga terus berkembang mengikuti irama perkembangan
ilmu dan teknologi.
Nilai ekonomi lulusan pendidikan guru pada pasaran kerja yang
relative rendah bila dibandingkan dengan profesi lain, mengurangi jumlah stock
calon guru. Minat, bakat, dan perhatian setiap calon guru yang memasuki
pendidikan guru juga bervariasi, dengan demikian distribusi enrollment pada
lembaga pendidikan guru sulit dikendalikan untuk disesuaikan dengan trend
kebutuhan pada lembaga pemakai. Karena itu dapat dimengerti bilamana guru untuk
bidang studi tertentu berlebih sedang sedang untuk bidang lainnya amat sulit
diperoleh. Kemampuan individual calon guru tidak sama, karena itu kualitas
lulusan juga tidak merata. Seluruh gambaran ini memberikan uraian bahwa
discrepancy antara demand dan supply sulit dihindari.
1.
Menghitung
Kebutuhan Guru
Menghitung kebutuhan guru pada suatu lembaga atau sistem memerlukan
data dasar yang mencakup:
1.
Enrollment
sekolah
2.
Jumlah
jam perminggu yang diterima murid seluruh mata pelajaran atau mata pelajaran
tertentu.
3.
Beban
mengajar penuh guru perminggu
4.
Besar
kelas yang dianggap efektif untuk menerima suatu mata pelajaran
5.
Jumlah
guru yang ada
6.
Jumlah
guru yang akan pensiun atau berhenti atau karena sesuatu hal akan meninggalkan
jabatan keguruan.
7.
Jenis
sekolah dan jenjang sekolah yang memerlukan guru.
Menghitung kebutuhan total guru untuk suatu jenis sekolah atau
tingkat sekolah tertentu tidaklah sulit asalkan data dasar yang diperlukan di
atas tersedia. Formula umum menghitung kebutuhan guru adalah:
Formula di atas dapat ditulis dengan notasi seperti berikut:
Formula di atas dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah
kebutuhan guru secara umum atau untuk tiap bidang studi. Contoh:Kebutuhan guru
untuk suatu bidang studi tertentu dapat dihitung dengan contoh berikut.
2. Menghitung Kekurangan Guru
Perhitungan kebutuhan guru dengan menggunakan formula sederhana
telah diuraikan terdahulu menunjukkan adanya kemungkinan untuk merubah variabel
tertentu bilamana resources untuk pengadaan guru tidak mungkin disediakan.
Dalam keadaan terbatas resources ini umpamanya besar kelas tidak 40
dan tidak diperbesar menjadi 50, dengan demikian jumlah guru yang diperlukan
sudah dapat ditekan tanpa berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Beban mengajar guru yang sedianya ditentukan 24 jam perminggu, tapi
karena keterbatasan resources beban mengajar dapat ditambah dan karenanya
jumlah guru dapat ditekan. Pilihan seperti ini dapat saja diambil oleh planners
bilamana resources memang dalam keadaan yang amat terbatas. Pilihan inipun dapat
pula dipertimbangkan pada waktu menghitung kekurangan guru.
Menghitung kekurangan guru atau teacher shortage adalah langkah
lanjutan dari menghitung kebutuhan total guru. Langkahnya adalah:
1.
Ambilah
data tentang jumlah guru yang ada berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, lama
bekerja sebagai guru, usia, kualifikasi atau ijazah tertinggi yang diperoleh,
beban mengajar dan bidang spesialisasi. Kesemua data ini penting untuk
menentukan kekurangan guru dalam arti full time, fully qualified.
2.
Identifikasi
jumlah guru yang akan pensiun pada tahun dalam periode perencanaan yang telah
ditentukan.
3.
Identifikasi
jumlah guru yang karena sesuatu hal akan meninggalkan tempat bekerja sekarang
(karena dipindahkan, diberikan kesempatan untuk studi dan seterusnya).
4.
Identifikasi
apakah ada guru yang belum fully qualified.
5.
Identifikasi
jumlah guru yang beban mengajarnya tidak penuh seperti guru part time atau
honorer.
6.
Kembangkan
standar atau rambu-rambu untuk menentukan kekurangan guru, yang mencakup:
apakah besar kelas tetap berdasarkan kebijakan yang berlaku saat itu; apakah
beban mengajar guru akan berubah; apakah besar kelas akan bertambah; apakah
jumlah beban studi murid akan dikurangi; apakah guru yang kualifikasinya belum
memenuhi standar akan diberikan kesempatan untuk meneruskan studi.
Berdasarkan
langkah-langkah di atas kemudian komputasi dilakukan dengan menggunakan formula
kekurangan guru sebagai berikut:
Kekurangan Guru = Kebutuhan Guru Total – (Guru yang
ada – Guru yang akan pensiun/yang akan keluar/meneruskan pelajaran)
KG = KGT – (GA – GP/GK/GS)
Dengan notasi formula dapat ditulis sebagai berikut:
KG = kekurangan guru
KGT = kebutuhan guru total
GA = guru yang ada
GP = guru yang akan pensiun
GK = guru yang karena sesuatu alasan akan keluar
GS = guru yang karena belum fully qualified
akan meneruskan studi
Contoh:
Enrollment
suatu sekolah 1000, dan bila beban studi murid 40 jam perminggu, besar kelas
40, dan beban mengajar setiap guru 24 jam perminggu, maka dengan formula
seperti telah diuraikan terdahulu kebutuhan guru total adalah 41, 6 guru full
time dan fully qualified. Guru yang ada 30 orang, yang akan pension 3 orang,
yang akan pindah atau keluar 2 orang dan yang diberikan izin untuk meneruskan
studi 3 orang. Jadi kekurangan guru menjadi:
41,6 – (30-3-2-3) = 19,6 guru full time, fully qualified.
Bila guru yang
ada setelah dikurangi dengan berbagai kelompok guru yang karena macam-macam
alasan tidak dapat bertugas lagi pada sekolah atau sistem itu lebih besar dari
kebutuhan total guru, maka terjadilah kelebihan guru. Bila ini terjadi, maka
artinya tidak ada demand terhadap guru.
3.
Proyeksi
Kebutuhan Guru
Proyeksi
kebutuhan guru untuk tiap tahun selama periode perencanaan tertentu harus
seiring dengan proyeksi enrollment, disertai dengan asumsi-asumsi tentang beban
studi murid, beban mengajar guru, besar kelas, dan estimasi jumlah guru yang
akan pensiun, pindah atau keluar atau meneruskan studi pada tahun-tahun dalam
periode perencanaan yang telah ditentukan itu. Formula yang digunakan masih
tetap formula yang dipergunakan dalam menghitung kebutuhan dan kekurangan guru
seperti telah diuraikan dengan cukup terperinci pada bagian terdahulu. Proyeksi
ini didasarkan atas trend dan data dasar guru beberapa tahun sebelumnya.
4.
Penyediaan
Guru (Teacher Supply)
Perhitungan
supply guru berorientasikan pada pemenuhan demand terhadap guru yang merupakan
target yang harus secara optimal dipenuhi. Lembaga yang diberi tugas untuk
mempersiapkan tenaga guru di Indonesia adalah Lembaga Pendidikan Tenaga
Keguruan (LPTK).
Langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah mengkaji atau mengadakan evaluasi terhadap
institusional capability lembaga pendidikan yang diberi tugas dan tanggung
jawab untuk mempersiapkan tenaga guru. Hasil evaluasi itu dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk mengukur sejauh manakah lembaga tersebut mempunyai
kemampuan untuk memenuhi tuntutan tenaga guru pada periode perencanaan yang
telah ditentukan itu. Evaluasi perlu dipusatkan pada hal-hal berikut:
1.
Stock
calon guru atau enrollment mahasiswa calon guru pada lembaga pendidikan guru;
2.
Lulusan
tiap tahun untuk selama enam tahun yang lalu untuk melihat kecenderungan
produksi lembaga itu;
3.
Jenis
dan jenjang program yang tersedia;
4.
Kemampuan
produksi tiap produksi tiap program yang ada itu;
5.
Resources
yang tersedia untuk memungkinkan pengembangan pada tahun-tahun berikutnya.
Analisis
kuantitatif enrollment sekolah pendidikan guru tidak berbeda dengan analisis
enrollment pada sekolah-sekolah umum yaitu dengan menggunakan enrollment flow
model atau dengan menggunakan cohort survival model Chesswas, atau dengan
menggunakan komputer enrollment flow model Davis.
Hasil evaluasi
dan analisis institusional kemampuan sekolah pendiidkan guru adalah dasar untuk
menentukan pengembangan lembaga tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru
pada sekolah-sekolah, pemakai jasa guru. Perhitungan kenaikan rata-rata
pertahun, pengulang per tahun dan dropouts pertahun, dapat dijadikan pegangan
sebagai dasar proyeksi penyediaan guru pada beberapa tahun mendatang. Karena
lulusan sekolah pendidikan guru ini dikaitkan dengan tuntutan guru di lapangan,
maka proyeksi supply guru menggunakan target setting approach, yaitu dengan
dimulai dari beberapa jumlah lulusan yang diperlukan untuk memenuhi secara
optimal tuntutan guru di lapangan. Hal ini dapat mengambil jumlah kebutuhan
guru harus sama dengan jumlah lulusan yang akan terjun kepada profesi keguruan
dengan memperhitungkan jumlah lulusan yang tidak terjun kepada profesi
keguruan. Perbandingan antara trend lulusan sekolah pendidikan guru pada enam
tahun terakhir dan trend kebutuhan guru pada kurun waktu yang sama dapat
memberikan gambaran untuk menentukan langkah selanjutnya.[4]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metodologi adalah
ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran dengan
menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran,
tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi juga merupakan ilmu
yang membahas tentang metode-metode yang akan digunakan dalam merencanakan
kebijakan di dalam pendidikan.Sedangkan pengertian metodologi perencanaan
pendidikan adalah ilmu atau cara yang digunakan untuk menyusun sebuah
perencanaan pendidikan dengan cara mengkaji berbagai rumusan yang nantinya akan
dipilih salah satu perencanaan yang paling efektif dan efisien.
Pelaksanaan
metodologi dalam perencanaan dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data
dasar dalam perencanaan pendidikan, tahapan dalam perencanaan dalam pendidikan,
aspek kependudukan kependudukan dalam perencanaan pendidikan, proyeksi
penduduk, analisis dan proyeksi. Melalui metodologi pendidikan, kita dapat
menyusun perencanaan pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
B.
Saran
Dalam
merencanakan sebuah perencanaan pendidikan melalui metodologi, sebaiknya
terlebih dahulu melakukan pengumpulan data penunjang seperti data penduduk yang
berada dalam usia sekolah dan menggunakan perencanaan pendidikan sebelumnya
sebagai acuan untuk mengembangkan perencanaan di masa yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Gaffar, Mohammad Fakry. 1987. Perencanaan Pendidikan: Teori dan
Metodologi. Jakarta: P2LPTK Ditjen Pendidikan Tinggi.
https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensiprofesional/merencanakan-kebutuhan-guru-dan-staff-2/
Vembrianto. 1975. Pengantar Perencanaan Pendidikan(Educational
Planning). Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.
[1]Vebrianto,
(1975), Pengantar Perencanaan(Educational Planning), Yogyakarta: Yayasan
Pendidikan Paramita, h. 56
[2] Mohammad Fakri
Gaffar, (1987), Perencanaan
Pendidikan: Teori dan Metodologi, Jakarta:P21PTKDitjenPendidikan Tinggi, h.
42
[3]Nanang Fatah, (2013),
Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 81
[4]https://sumberbelajarsmkn10.wordpress.com/kompetensi-profesional/merencanakan-kebutuhan-guru-dan-staff-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar