MAKALAH
POLA DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata
kuliah
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Oleh : Kelompok 5
Alfadilatu ahmad : 2014.1839
Dosen Pembimbing :
Syafrul Nalus, MA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT
2017
M/1439
H
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena
proses pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam,
dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu
sendiri. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa meneladani model-model
pendidikan Islam di masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan
ulama-ulama sesudahnya.
Pada
permulaan masa Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat
hebatnya di seluruh negara islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak
terhitung banyaknya, tersebar di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda
berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidika,
meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan. Kerajaan
islam di Timur yang berpusat di Bagdad dan Cordova telah menunjukan dalam
segala cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau kita buka lembaran sejarah dunia
pada masa keemasan, yang bermula dengan berdirinya kerajaan Abbasiyah di
Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan kerajaan Abbasiyah pada tahun 1258
Masehi.
Kekhalifahan
Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam kedua yang berkuasa di Baghdad (sekarang
ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam
sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya
dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani
Abbasiyah adalah keturunan paman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul Muththalib.
Dengan
berkembangnya luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-masradah dan
universitas-uiversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Islam. Tumbuh dan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Islam yang sangat cepat , merupakan ciri pendidikan Islam masa ini.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan disajikan tentang awal berdirinya dinasti
Abbasiyah, perkembangan pendidikan Islam, serta sistem pendidikannya.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah
Berdirinya daulah Abbasiyah diawali
dengan dua strategi, yaitu:satu dengan System mencari pendukung dan penyebaran
ide secara rahasia, hal ini berlangsung sejak akhir abad pertama hijriah yang
bermarkas di Syam dan tempatnya di Alhamimah. System ini berakhir dengan
bergabungnya Abu muslim al- Khurasani pada jum’iyah yang sepakat atas terbentuk
Daulah Abbasiyah. Sedangkan Strategi kedua dilanjutkan dengan terang-terangan
dan himbauan-himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan daulah abbasiyah
berlanjut dengan peperangan melawan daulah umawiyah.
Berbagai teknis diterapkan oleh pengikut
Muhammad Al-‘Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji. Di balik
itu terpogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya
daulah.
Faktor-faktor pendorong berdirinya
daulah Abbasiyah dan penyebab suksesnya, yaitu sebagai berikut :
1. Banyak
terjadi perselsihan antara intern bani Umawiyah pada dekade akhir
pemerintahannya hal ini diantara penyebabnya memperebutkan kursi kekhalifahan
dan harta
2. Pendeknya
masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani umawiyah, seperti
khalifah Yazid bin al-Walid lebih kurang memerintah sekitar 6 bulan
3. Dijadikan
putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan oleh Marwan
bin Muhammad yang menjadikan anaknya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra
mahkota
4. Bergabungnya
sebagian afrad keluarga umawi kepada madzhab-madzhab agama yang tidak benar
menurut syariah, seperti Al Qadariyah
5. Hilangnya
kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan bani umawiyah
6. Kesombongan
pembesar-pembesar bani Umawiyah pada akhir pemerintahannya
7. Timbulnya
dukungan dari Al-Mawali (non-arab).[1]
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani
Abbasyiyah
Popularitas daulah Abbasyiyah mencapai
puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum
(813-833 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah, senang
bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama, senang dikritik
serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa
pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani
dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama
lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya
besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan
pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat
kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang
banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling
tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah
negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.[2]
C. Periodesasi Masa Abbasiyah
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam,
atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam
telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan
kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan,
ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke
bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan
besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.
Daulah Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas
paman Rasulullah, yaitu : Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
al-Abbas. Kekuasaan daulah abbasiyah dibagi dalam lima periode, yaitu:
1) Periode
I (132 H/750 M-232 H/847 M ), masa pengaruh Persia pertama
2) Periode
II (232 H/847 M-334 H/945 M), masa pengaruh Turki pertama
3) Periode
III (334 H/945 M-447 h/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaihi, pengaruh Persia
kedua
4) Periode
IV (447 H/1055 M-590 h/1194 M), masa Bani Saljuk, pengaruh Turki kedua
5) Periode
V (590 H/1104 M-656 h/1250 M), masa kebebasan dari pengaruh Dinasti lain.
Daulah Abbasiyah mencapai puncak keemasan dan
kejayaannya pada periode I. Para khalifah pada masa periode I dikenal sebagai
tokoh yang kuat, pusat kekuasaan politik, dan agama sekaligus. Popularitas
Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809
M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang dimiliki khalifah harun
al-rasyid dan puteranya Al-Ma’mun digunakan untuk kepentingan sosial seperti,
lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasan. Al-Ma’mun khalifah
yang cinta kepada ilmu, dan banyak mendirikan sekolah.[3]
D. Lembaga-Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Sebelum timbulnya sekolah dan
universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam
dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
bersifat non fomal.Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan
dengannya tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan non formal
yang semakin luas. Diantara lembaga-lembaga pendidikan Islam yang becorak non
formal tersebut adalah :
1. Kuttab
Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kuttab atau maktab berasal dari kata
dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis.Jadi kataba adalah tempat
belajar menulis. Sebelum datangnya Islam Kuttab telah ada di negeri arab,
walaupun belum banyak dikenal. Diantara penduduk makkah yang mula-mula belajar
menulis huruf arab di kuttab ialah Sufyan ibnu Umayyah ibnu Abdu Syams dan
Abu Qais Ibnu Abdi manaf ibnu Zuhroh ibnu Kilab.
2. Pendidikan
Rendah di Istana
Corak pendidikan anak-anak di istana
berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di istana
para orang tua siswa (para pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran
selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya. Rencana
pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan pelajaran
pada kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai dengan kehendak
orang tua mereka.[4]
Guru yang mengajar di Istana disebut
Muaddib.Kata muaddib berasal dari kata adab yang berarti budi pekerti atau
meriwayatkan.guru pendidikan di istana disebut muaddib karena berfungsi
mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan
orang-orang terdahulu kepada anak-anak pejabat.
3. Rumah-Rumah
Para Ulama’ (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Walaupun sebenarnya, rumah bukanlah
merupakan tempat yang baik untuk tempat memberikan pelajaran namun pada zaman
kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama’ dan ahli ilmu
pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
disebabkan karena ulama’ dan ahli yang bersangkutan yang tidak mungkin
memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar banyak yang berminat untuk
mempelajari ilmu pengetahuan daripadanya.
Diantara rumah ulama’ terkenal yang
menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina, Al-Gazali, Ali ibnu Muhammad
Al-Fasihi, Ya’kub Ibni Killis, Wazir khalifah Al-Aziz billah Al-fatimy, dan
lain-lainnya.
4. Rumah
Sakit
Pada zaman jayanya perkembangan
kebudayaan Islam, dalam rangka menyebarkan kesejahteraan dikalangan umat Islam,
maka banyak didirikan rumah sakit oleh kholifah dan pembesar-pembesar
Negara.Rumah-rumah sakit tersebut bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat
dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang
berhubungan dengan perawatan dan pengobatan.
5. Perpustakaan
Para ulama’ dan sarjana dari berbagai macam keahlian,
pada umumnya menulis buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk
diajarkan atau disampaikan kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama’ dan sarjana tersebut memberikan kesempatan
kepada para penuntut ilmu untuk belajar diperpustakaan pribadi mereka.
Baitul hikmah di Baghdad yang didirikan
khalifah Al-Rasyid adalah merupakan salah satu contoh dari perpustakaan Islam
yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam
ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu.
Perpustakaan pada masa itu lebih
merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana
orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
6. Masjid
Semenjak berdirinya dizaman nabi
Muhammad SAW masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah
kehidupan kaum muslimin.Ia, menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili
perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan tempat
menyelenggarakan pendidikan.
Pada masa Bani Abbas dan masa
perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha
pada umumnya di perlengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk
pendidikan.[5]
E. Kemajuan Pendidikan IslamPada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa Abbasiyah banyak kemajuan-
kemajuan dalam bidang pendidikan diantaranya yaitu:
1. Kemajuan
Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Abbas
Dibidang ilmu pengetahuan masa abbasiyah
mencatat dimulainya sistemasi beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadits,
dan Fiqh. Khususnya sejak tahun 143 H. para ulama mulai menyusun buku dalam
bentuknya yang sistematis baik dibidang ilmu tafsir, hadits, maupun ilmu fiqh.
Diantara ulama tersebut yang terkenal
adalah Ibnu Juraij (w.150 H) yang menulis kumpulan hadisnya dimekah, Malik Ibn
Anas (w.171 H) yang menulis al muwatta` nya di madinah, Al Awza`I di wilayah
syam, Ibn Abi Urubah dan Hammad Ibn salamah di Basrah, Ma`mar di Yaman, Sufyan
Al Tsauri di kufah, Muhamad Ibn Ishaq (w.175 H) yang menulis buku sejarah (Al
Maghazi) Al Layts Ibn Sa`ad (w.175 H) serta Abu Hanifah.
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber
dari Naqli (Al Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama
Islam diantaranya :
a. Ilmu
Tafsir
Al Quran adalah sumber utama dalam agama
Islam. oleh karena itu semua perilaku umat Islam harus berdasarkan kepadanya,
hanya saja tidak semua bangsa Arab memahami arti yang terkandung di dalamnya.
Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan, ada dua cara penafsiran, yaitu :
yang pertama, tafsir bi al ma`tsur, yaitu penafsiran Al Quran berdasarkan sanad
meliputi al Qur’an dengan al Qur’an, al Qur’an dengan aL Hadits. Yang kedua,
tafsir bi ar ra`yi, yaitu penafsiran Al Qur’an dengan mempergunakan akal dengan
memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya.
b. Ilmu
Hadits
Hadis adalah sumber hukum Islam yang
kedua setelah Al Qur’an. Karena kedudukannya itu, maka setiap muslim selalu
berusaha untuk menjaga dan melestarikannya. Pada masa Abbasiyah, kegiatan
pengkodifikasian/ pembukuan Hadits dilakukan dengan giat sebagai kelanjutan
dari usaha para ulama sebelumnya.Sejarah penulisan hadis-hadis Nabi memunculkan
tokoh-tokoh seperti Ibn Juraij, Malik ibn Anas, juga Rabi` ibn Sabib (w.160 H)
dan ibn Al Mubarak (w.181 H).
c. Ilmu Fiqh
Ilmu Fiqh pada zaman ini juga mencatat
sejarah penting, dimana para tokoh yang disebut sebagai empat imam mazhab fiqh
hidup pada era tersebut, yaitu Abu Hanifah (w.150 H), Malik ibn Anas (w.179 H),
Al Shafi’I (w.204 H), dan Ahmad ibn Hanbal (w.241 H).
d. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu ilmu syariat. Inti
ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah, meninggalkan atau menjauhkan diri dari kesenangan dan perhiasan dunia.
Dalam sejarahnya sebelum muncul aliran Tasawuf, terlebih dulu muncul aliran
Zuhud. Aliran ini muncul pada akhir abad I dan permulaan abad II H, sebagai
reaksi terhadap hidup mewah khalifah dan keluarga serta pembesar-pembesar Negara
sebagai akibat kejayaan yang diperoleh setelah Islam meluas ke Syria, mesir,
Mesopotamia, dan Persia. Aliran zuhud mulai nyata kelihatan di kufah. Sedangkan
dibasrah sebagai kota yang tenggelam atas kemewahan, aliran zuhud mengambil
corak yang lebih ekstrim. Zahid yang terkenal disini adalah Hasan al Bisri dan
Rabi’ah al Adawiyah.
e. Ilmu
Bahasa
Pada masa bani Abbasiyah, ilmu bahasa
tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa Arab semakin dewasa dan
menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang
menyeluruh, yang dimaksud ilmu bahasa adalah: nahwu, sharaf, ma’ani, bayan,
bad’arudh, qamus, dan insya’.Di antara ulama yang termasyhur adalah : 1)
Sibawaih (w.153 H), 2) Muaz al Harro (w.187 H), mula-mula membuat tashrif, 3)
Al Kasai (w.190 H), pengarang kitab tata bahasa, 4) Abu Usman al Maziny (w.249
H), karangannya banyak tentang nahwu.
2. Metode
Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Pada masa Dinasti abbasiyah metode
pendidikan/pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam:
lisan, hafalan, dan tulisan.
1) Metode
Lisan
Metode lisan berupa dikte, ceramah,
qira’ah dan diskusi. Metode dikte (imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan
yang dianggap baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai catatan
yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting, karena
pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki. Metode
ceramah disebut juga metode as-sama’, sebab dalam metode ceramah, guru
menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya.Metode
qiro’ah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan
metode yang khas pada masa ini.
2) Metode
Menghafal
Metode menghafal Merupakan ciri umum
pendidikan pada masa ini.Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang
pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran
berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid
akan mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya
sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan,
atau memunculkan sesuatu yang baru.
3) Metode
Tulisan
Metode tulisan dianggap metode yang
paling penting pada masa ini.Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya
ulama. Dalam pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga
tingkat penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping berguna
bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan
juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa
ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks
buku sedikit teratasi.
3. Materi
Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Materi pendidikan dasar pada masa daulat
Abbasiyah terlihat ada unsur demokrasinya, disamping materi pelajaran yang
bersifat wajib (ijbari) bagi setiap murid juga ada materi yang bersifat
pillihan (ikhtiari).Hal ini tampaknya sangat berbeda dengan materi pendidikan
dasar pada masa sekarang.Di saat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar
dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan.Materi
pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi.
Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya “Sejarah Pendidikan
Islam”, yang dikutip oleh Suwito menjelaskan tentang materi pelajaran yang
bersifat wajib (ijbari) sebagai berikut :
1)Al-Qur’an,
2)Shalat, 3)Do’a, 4)Membaca dan menulis
Sedangkan
materi pelajaran ikhtiari (pilihan) ialah ;
1)Berhitung.
2)ilmu nahwu dan bahasa arab c) Syair-syair
d) Riwayat/ Tarikh Arab.[6]
F. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Yang Berpengaruh Pada
Masa Bani Abbasyiyah
Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum
muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa arab sehingga
muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas peyelidikan ilmiah,
memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan
menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru.Untuk mengungkap rahasia alam, para
ilmuan mulai mencari manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani
Kuno, seperti karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan
sebagainya.Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke Baghdad, lalu
diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga
penelitian, Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.
Tokoh-tokohnya antara lain sebagai berikut :
1. Bidang
filsafat antara lain tercatat:
Al-Farabi, banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa,
kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina
(Avicenna) juga mengarang tentang buku filsafat yang terkenal diantaranya ialah
al Syifa dan Ibnu Rusyd banyak berpengaruh di Barat lebih dikenal dengan nama
(Averroes),
2. Bidang
Kedokteran : Ibnu Sina (Avicenna),
bukunya yang fenomenal yaitu al-Qanun fi al-Tiib. Ia juga berhasil menemukan
sistem peredaran darah pada manusia. Al-Thabari, Ar-Razi (Rhazes).
3. Bidang
ilmu fiqih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas, Al-Syafi’ie, dan Ahmad
bin Hanbal.
4. Bidang
ilmu kalam ada Washil bin Atha, Ibnu Huzail, Al-Asy’ari, dan Maturidi.
5. Bidang
ilmu Tafsir adaIbn Jarir ath -Thabari dan Zamakhsyari.
6. Bidang
lmu hadits, yang paling populer adalah Bukhari dan Muslim.
7. Bidang
ilmu tasawuf terdapat Rabi’ah Al- Adawiyah, Ibnu ‘Arabi, Al-Hallaj, Hasan
al-Bashri, dan Abu Yazid Al-Bustami.
8. Bidang
Astronomi : Al-Fazari, astronom Islam yang pertama kalimenyusun astrolobe.
9. Bidang
Optik :Ibnu Haytsam dan Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani (al-Hazen), terkenal
sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang
dilihatnya.
10. Bidang
Kimia : Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan
tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak
11. Bidang
Matematika : Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang
astronomi.
12. Bidang
Sejarah : Al-Mas’udi, diantara karyanya adalah Muruj al-Zahab wa Ma’adin
al-Jawahir Ibn Sa’ad
13. Bidang
geografi ada Al-Khawarizmi, Al-Ya’qubi, dan Al-Mus’udi.[7]
KESIMPULAN
Khalifah Bani Abbasiyah merupakan
pengganti khalifah Bani Umayyah. Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbass. Khalifah Bani Abbas merupakan pendiri khalifah Bani
Abbasiyah. Khalifah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Harun Al Rasyid dan putranya yang bernama Al-ma’mun.
Masa Bani Abbasiyah merupakan puncak
perkembangan ilmu pengetahuan dan ajaran Islam. Hal ini disebabkan Harun Al
Rasyid memanfaatkan kekayaannya untuk membangun rumah sakit, untuk keperluan
sosial, untuk mendirikan lembaga pendidikan kedokteran, farmasi, ilmu
astronomi, matematika, kritik sastra. Ilmu pengetahuan tidak hanya berkembang
di Baghdad tetapi juga di Basrah, Jundabir, Kufah dan Harran.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah
banyak melahirkan ilmuwan dan temuan baru. Al-Fazari berhasil mengembangkan
ilmu asrologi dan sebagai astronom Islam pertama yang berhasil menyusun
astrolobe. Dalam bidang Kedokteran Ibnu Sina berhasil menulis buku al-Qanun fi
al-Tiib yang menjadi buku fenomenal. Ibnu sina juga menemukan sistem peredaran
darah pada manusia. Dalam bidang Kimia Jabir ibn Hayyan,mengemukakan
pendapatnya bahwa logam seperti besi, tembaga dan timah dan tembaga dapat
diubah menjadi perak atau emas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Nizar,
Samsul. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: kencana
Mahrus
As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, Bandung: Amico, 1994
Suwito,
Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta. Kencana, 2008
Zuhairi
Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta, Bumi Aksara, 1995
http://ab-dina.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-islam-masa-abbasiyah.html
[1] Samsul Nizar, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: kencana, 2011), h. 65-66
[2] Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan
Islam, (Bandung: CV Amirco, 1994), h. 25-26
[3] Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam, (Jakarta. Kencana, 2008), 11
[4] Ibid.,h.13
[5] Zuhairi Muchtarom, Sejarah
Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), h.89
[6] Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam, (Jakarta. Kencana, 2008), 15
[7] http://ab-dina.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-islam-masa-abbasiyah.html
Let me tell you something...
BalasHapusThis might sound really creepy, and maybe even kind of "out there"....
WHAT if you could just push "PLAY" to LISTEN to a short, "musical tone"...
And INSTANTLY bring MORE MONEY to your LIFE?
What I'm talking about is BIG MONEY, even MILLIONS of DOLLARS!
Think it's too EASY? Think it's IMPOSSIBLE?!?
Well then, I'll be the one to tell you the news..
Many times the largest miracles in life are also the SIMPLEST!
Honestly, I will PROVE it to you by letting you PLAY a REAL "magical money tone" I developed...
(And COMPLETELY RISK FREE).
YOU just hit "PLAY" and watch as your abundance angels fly into your life.. starting almost INSTANTLY..
TAP here to PLAY this magical "Miracle Wealth Building Tone" - it's my gift to you!