Kamis, 07 Desember 2017

ULUMUL QUR'AN

AL-MAKKI DAN AL-MADANIY
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
ULUMUL QUR’AN

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoMTmwM3wxUqmL1KM9qstm9xiA1CaukEC5ivglRbmNJtCHdvpD


Disusun Oleh : Kelompok 5
Alfadilatu ahmad      : 2014.1839
Rafinaldi                    : 2010.1524


Dosen Pembimbing :
Jawahir Jamhur, Lc ,MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT

2015 M/1436 H

PENDAHULUAN

Ilmu makki dan madani adalah ilmu yang membahas tentang bagian al-qur’an yang makki dan bagian yang madani. Baik dari segi arti dan maknanya, cara-cara mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan makki dan madani ialah bagian-bagian kitab suci al-qur’an, dimana ada sebagiannya termasuk makki dan ada yang termasuk madani.
Para ulama sangat memperhatikan al-qur’an dengan cermat dimana mereka menempatkan surah-surah sesuai dengan tempatnya. Namun suatu surah tidak bisa ditempatkan begitu saja di bagian makki dan madani, karena kita harus mengetahui dahulu secara jelas ciri-ciri diantara keduanya.
Maka dari itu pemakalah akan mencoba untuk mengulas lebih lanjut persoalan-persoalan  tentang :
a.       Pengertian makki dan madani
b.      Klasifikasi surah-surah dan ayat-ayat al-qur’an
c.       Ciri-ciri khas ayat-ayat makkiyah dan madaniyah
d.      Kegunaan mempelajarinya















PEMBAHASAN
A.    Pengertian

Ada beberapa pengertian yang dipakai para ulama dalam mengartikan ayat makiyah dan ayat madaniyah,  :
surat makkiyah adalah surat yang diturunkan di makkah walaupun turunnya itu setelah hijrah. Sedangkan surat madaniyah adalah surat yang diturunkan di madinah. Dan Yang termasuk turun di makkah adalah daerah-daerah yang masih dalam kawasan makkah, seperti ayat-ayat yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Ketika di mina, arafah, dan hudaibiyah. Dan yang termasuk turun di madinah adalah daerah-daerah yang masih dalam kawasan madinah, seperti ayat-ayat yang diturunkan kepada nabi Muhammad ketika beliau berada di kawasan badar dan uhud. Pembagian ini berdasarkan tempat diturunkannya al-qur’an sebagaimana yang telah anda ketahui, tetapi hal ini tidak bisa dijadikan patokan atau batasan, karena hal itu tidak mencakup ayat-ayat yang diturunkan di selain makkah dan madinah, sebagaimana firman allah swt. Dalam surat at-taubah :

öqs9 tb%x. $ZÊ{tã $Y7ƒÌs% #\xÿyur #YϹ$s% x8qãèt7¨?^w .`Å3»s9ur ôNyãèt/ ãNÍköŽn=tã èp¤)±9$# 4 šcqàÿÎ=ósuyur «!$$Î/ Èqs9 $oY÷èsÜtFó$# $uZô_tsƒm: öNä3yètB tbqä3Î=ökç öNåk|¦àÿRr& ª!$#ur ãNn=÷ètƒ öNåk¨XÎ) tbqç/É»s3s9 ÇÍËÈ  
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak begitu jauh, pastilah mereka mengikutimu. (QS.at-taubah : 42).[1]

            Untuk menentukan ayat atau surat makkiyah dan madaniyah ada beberapa kriteria yang dikemukakan para ulama tafsir.
a.       Ayat/surat makkiyah adalah ayat/surat al-qur’an yang diturunkan di makkah, sedangkan ayat/surat madaniyah ialah ayat/surat al-qur’an yang diturunkan di madinah. Dalam menetapkan makkiyah atau madaniyah suatu ayat/surat pendapat ini menjadikan lokasi turunnya al-qur’an sebagai dasarnya.
b.      Ayat/surat makkiyah ialah ayat/surat yang kitabnya ditujukan kepada penduduk makkah. Sedangkan ayat/surat madaniyah ialah ayat/surat yang kitabnya ditujukan kepada penduduk madinah. Kelompok ini menetapkan pendapatnya atas dasar golongan atau kelompok manusia yang dijadikan sasaran dari penurunan ayat/surat itu sendiri.
c.       Ayat/surat makkiyah adalah ayat/surat yang diturunkan sebelum nabi Muhammad saw hijrah ke madinah walaupun ayat/suratnya itu diturunkan di madinah, sedangkan ayat/surat madaniyah adalah ayat/surat yang diturunkan sesudah nabi hijrah ke madinah walaupun ayat/surat itu diturunkan di makkah. Menurut sebagian orang pendapat terakhir inilah yang dipandang paling masyhur (M. Amin Suma, 2000:81-82).[2]

Jadi, pengertian makkiyah dan madaniyah pemakalah sependapat dengan pendapat yang ketiga yaitu, makkiyah adalah ayat/surat yang diturunkan sebelum nabi Muhammad saw hijrah ke madinah walaupun ayat/suratnya itu diturunkan di madinah, sedangkan ayat/surat madaniyah adalah ayat/surat yang diturunkan sesudah nabi hijrah ke madinah walaupun ayat/surat itu diturunkan di makkah.

Dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama membagi menjadi tiga mazhab, yaitu :

1.      Menentukannya berdasarkan tempat turun ayat.
2.      Menentukannya berdasarkan khithab .
3.      Menentukan berdasarkan waktu hijrah.[3]

Jadi juga dapat kami pahami dari Definisi di atas yang disampaikan mazhab kedua ini masih ada kelemahannya, sebab definisi hanya mencakup pada objek penerima ayat yang terpaku pada dua wilayah saja yaitu ahli makkah dan madinah, padahal sebagaimana diketahui, ayat-ayat al-quran tidak saja diturunkan kepada ahli makkah dan madinah tapi banyak ayat yang ditujukan kepada selain mereka.

B.     klasifikasi  surat-surat dan ayat-ayat al-qur’an

Para ulama membagi surat-surat al-qur’an menjadi dua kelompok yaitu surat makkiyah dan surat madaniyah. Menurut syekh Muhammad al-khudhari bek, al-qur’an yang diturunkan di makkah kira-kira 19/30%, sedangkan yang diturunkan di madinah kira-kira 11/30%, atau tepatnya surat-surat yang diturunkan di makkah sebanyak 86 surat, dan yang diturunkan di madinah sebanyak 28 surat. Masing-masing kelompok surat makkiyah dan madaniyah itu secara rinci dapat dilihat dari daftar berikut ini :[4]

SURAT-SURAT MAKKIYAH
           
No. Urut Turun Surat
Nama Surat
No. Urut Pada Mushaf
Jumlah Ayat
1
Al-a’laq
96
19
2
Al-qalam
68
52
3
Al-muzzamil
73
21
4
Al-muddatsir
74
56
5
Al-fatihah
1
7
6
Al-lahab
101
5
7
Al-takwir
81
29
8
Al-a’la
87
19
9
Al-lail
92
21
10
Al-fajr
89
30
11
Al-dhuha
93
11
12
Al-insyirah
94
8
13
Al-‘ashr
103
3
14
Al-‘adiyat
100
11
15
Al-kutsar
108
3
16
Al-takatsur
102
8
17
Al-ma’un
107
7
18
Al-kafirun
109
6
19
Al-fil
105
5
20
Al-falaq
113
5
21
Al-nas
114
6
22
Al-ikhlas
112
4
23
Al-najm
53
62
24
‘abasa
80
42
25
Al-qadr
97
5
26
Al-syams
91
15
27
Al-buruj
85
22
28
Al-tin
95
8
29
Al-quraisy
106
4
30
Al-qari’ah
101
10
31
Al-qiyamah
75
40
32
Al-humazah
104
9
33
Al-mursalat
77
50
34
Qaf
50
45
35
Al-balad
90
20
36
Al-thariq
86
17
37
Al-fajr
54
55
38
Shad
38
88
39
Al-‘araf
7
206
40
Al-jin
72
28
41
Yasin
36
83
42
Al-furqan
25
77
43
Father
35
45
44
Maryam
19
99
45
Thaha
20
135
46
Al-waqi’ah
56
96
47
Al-syu’ara
26
227
48
Al-naml
27
93
49
Al-qashash
28
88
50
Al-isra’
17
111
51
Yunus
10
109
52
Al-hijr
11
123
53
Yusuf
12
111
54
Al-hijr
15
99
55
Al-an’am
6
165
56
Al-shaffat
37
182
57
Luqman
31
34
58
Saba’
34
54
59
Al-zumar
39
75
60
Ghafir
40
85
61
Fushshilat
41
54
62
Al-syura
42
53
63
Al-zukhruf
43
89
64
Al-dukhan
44
59
65
Al-jatsiyah
45
37
66
Al-ahqaf
46
35
67
Al-dzariyat
51
60
68
Al-ghasyiyah
88
26
69
Al-kahf
18
110
70
Al-nahl
16
128
71
Nuh
71
28
72
Ibrahim
14
52
73
Al-anbiya
21
112
74
Al-mu’minun
23
118
75
Al-sajdah
32
30
76
Al-thur
52
59
77
Al-mulk
67
30
78
Al-haqqah
19
52
79
Al-ma’arij
70
44
80
Al-naba’
78
40
81
Al-nazi’at
79
46
82
Al-infithar
82
19
83
Al-insyiqaq
84
25
84
Al-rum
30
60
85
Al-‘ankabut
29
69
86
Al-muthaffifin
83
36

                                                SURAT-SURAT MADANIYAH

No. Urut Turun Surat
Nama Surat
No. Urut Pada Mushaf
Jumlah Ayat
87
Al-baqarah
2
286
88
Al-anfal
8
75
89
Ali’imran
3
200
90
Al-ahzab
33
73
91
Al-mumtahanah
60
13
92
Al-nisa’
4
176
93
Al-zalzalah
99
8
94
Al-hadid
57
29
95
Muhammad
47
38
96
Al-ra’d
13
43
97
Al-rahman
55
78
98
Al-insan
76
31
99
Al-thalaq
65
12
100
Al-bayyinah
98
8
101
Al-hasyr
59
24
102
Al-nur
24
3
103
Al-hajj
22
64
104
Al-munafiqun
63
78
105
Al-mujadalah
58
11
106
Al-hujurat
49
22
107
Al-tahrim
66
18
108
Al-taghabun
64
12
109
Al-shaff
61
14
110
Al-jumu’ah
62
11
111
Al-fath
48
18
112
Al-maidah
5
29
113
Al-taubah
9
120
114
Al-nashr
110
130

            Jadi, kelompok surat makkiyah lebih banyak jumlahnya dari pada kelompok surat madaniyah.[5]

Surat-surat al-qur’an itu ada yang panjang dan ada pula yang pendek. Surat terpanjang dalam al-qur’an adalah surat al-baqarah yang terdiri atas 287 ayat, 3.100 kata dan 25.500 huruf. Adapun surat terpendek ialah surat al-kautsar, terdiri atas 3 ayat, 10 kata dan 42 huruf.

Dilihat dari segi panjang pendeknya, surat-surat al-qur’an dibedakan ke dalam empat kelompok yaitu :
1.      kelompok surat-surat al-thul, yakni surat-surat yang panjang. Yang termasuk kelompok ini sebanyak tujuh surat :
a.       surat al-baqarah, 287 ayat;
b.      surat ali ‘imran, 200 ayat;
c.       surat al-nisa, 176 ayat;
d.      surat al-maidah, 120 ayat;
e.       surat al-an’am, 165 ayat;
f.       surat al-a’raf, 206 ayat;
2.      surat yunus, 109 ayat; atau surat al-anfal (75 ayat) dan surat al-taubat (129 ayat) ada yang menganggap dua surat ini sebagai satu surat.

Tujuh surat panjang di atas lazim disebut dengan istilah al-sab’ul al-thiwal, artinya tujuh surat yang panjang.
1.      Kelompok surat-surat al-mi’un, yaitu surat-surat yang terdiri atas 100-an ayat atau lebih (sedikit), seperti surat-surat; yusuf 111 ayat, an-nahl 128 ayat, al-isra 111 ayat, dan lain-lain.
2.      Kelompok surat-surat al-matsani, yaitu surat- surat yang berisikan kurang dari 100 ayat, seperti surat- surat; maryam 98 ayat, al-hijr 99 ayat, yasin 83 ayat, dan lain sebagainya.
3.      Kelompok surat- surat al-mufashshal, yaitu surat- surat pendek. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat :
a.       Ada yang mengatakan dari surat qaf sampai surat terakhir (al-nas);
b.      Ada yang berpendapat mulai dari surat al-hujurat hingga surat al-nas;
c.       Dan ada pula yang berpendirian lain dari kedua pendapat di atas.

Selanjutnya, kelompok surat- surat al-mufashshal ini oleh para ulama dibagi kepada tiga bagian, yaitu :
1.      Thiwal al-mufashshal, yakni sejak surat qaf atau al-hujurat sampai surat al-naba’/’amma atau al-buruj;
2.      Ausath al-mufashshal, yaitu mulai surat al-naba’ atau al-buruj hingga surat al-dhuha atau al-bayyinah;
3.      Qishar al-mufashshal, yaitu dari surat al-dhuha atau al-bayyinah sampai surat al-nas.

Sama halnya dengan surat- surat dan ayat-ayat dalam al-qur’an juga ada yang panjang dan ada pula yang pendek. Kebanyakan ayat-ayat yang panjang terdapat pada surat- surat yang panjang, sebagaimana ayat-ayat pendek juga dijumpai pada surat-surat pendek. Ayat terpendek dalam al-qur’an adalah ayat wa al-dhuha dan wa al-fajr, masing-masing terdiri atas lima huruf, sedangkan ayat terpanjang dalam al-qur’an terdapat dalam surat al-baqarah,tepatnya ayat 282 yang terdiri atas 128 kata dan 504 huruf.

Adapun mengenai jumlah ayat al-qur’an, para ulama berselisih pendapat. Namun, suatu hal yang telah disepakati oleh mereka tentang bilangan ayat al-qur’an ialah bahwa jumlah ayat al-qur’an itu tidak kurang dari 6000 ayat. Yang mereka perselisihkan adalah kelebihannya dari 6000 ayat. Menurut penyelidikan ulama madinah, jumlah ayat al-qur’an sebanyak 6.210, kata ahli bashrah sebanyak 6.204, kata ahli syam 6.226, kata ahli kufah 6.217, dan menurut penyelidikan ibnu abbas adalah 6.616.

Adapun factor-faktor penyebab terjadinya perselisihan pendapat mengenai jumlah ayat al-qur’an antara lain ialah karena :
Ada Sebagian ulama yang memandang fawatih al-suwar (pembuka-pembuka surat) seperti :
O!9#,   !9  ,  ÈýJ!9#        
Sebagai ayat, akan tetapi sebagian yang lain tidak menghitungnya sebagai ayat.

Dalam kaitan dengan masalah perhitungan dan perincian ayat dari tiap-tiap surat yang ada dalam al-qur’an, al-muwashshili mengatakan surat- surat dalam al-qur’an itu dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu :

1.      Kelompok surat- surat yang tidak diperselisihkan tentang jumlah ayatnya, baik secara keseluruhan maupun perinciannya. Jumlah surat yang digolongkan ke dalam kelompok ini sebanyak 40 surat, diantaranya surat yusuf 111 ayat, al-hijr 99 ayat, al-jumu’ah 11 ayat, al-‘adiyat 11 ayat dan lain sebagainya.
2.      Kelompok surat- surat yang jumlah keseluruhan ayatnya disepakati, tetapi perinciannya secara detail diperselisihkan. Kelompok ini sebanyak 4 surat, yakni surat al-qashash 88 ayat, al-‘ankabut 69 ayat dan al-‘ashr 3 ayat dan lain sebagainya.
3.      Kelompok surat- surat yang jumlah ayatnya diperselisihkan baik mengenai jumlah keseluruhannya maupun tentang perinciannya. Jumlah suratnya sebanyak 70 surat. Contoh: surat al-baqarah, ada yang mengatakan 285 ayat, ada yang berpendapat 286 ayat dan ada pula yang berpendirian 287 ayat dan lain sebagainya.

Mengakhiri uraian tentang jumlah surat dan ayat al-qur’an, agaknya pada tempatnya jika disertakan pula tentang jumlah kata dan huruf dalam al-qur’an. Menurut perhitungan atha ibn yasar, sebagaimana dikutip al-fadhl ibn syadzan, jumlah kata dalam al-qur’an sebanyak 77.439, sedangkan jumlah hurufnya menurut yang dikemukakan Abdullah ibn katsir dan mujahid adalah 321.180, atau 323.015 menurut al-fadl ibn atha ibn yasar. Adapula yang mengatakan 347.740. [6]  

            Dan mengenai jumlah ayat al-qur’an, para ulama berselisih pendapat. Namun pendapat makalah tentang jumlah ayat yang ada dalam al-qur’an, yaitu berpedoman kepada dasar hukum mengenai surat dan ayat al-qur’an yang bersifat tauqifi, yaitu yang telah tercantum pada al-qur’an yang dicetak sekarang, yaitu 6236 ayat.



C.    ciri-ciri khas ayat-ayat makkiyah dan madaniyah

para ulama menyimpulkan bahwa hanya ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, yaitu dengan cara sima’  dan qiyas . Adapun cirri-cirinya adalah sebagai berikut :

a.       Cirri-ciri ayat makkiyah adalah :
1)      Setiap surah yang terdapat kata xx. (sekali-kali tidak, atau janganlah begitu), seperti dalam surah at-takatsur ayat 3-5.
žxx. šôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ   §NèO žxx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ   žxx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ  
2)      Setiap surah yang mengandung kata sajadata atau ayat as sajadah.
(#rßègôž$$sù ¬! (#rßç7ôã$#ur ) ÇÏËÈ 
¼çmtRqßsÎm6|¡çur ¼ã&s!ur šcrßàfó¡o ) ÇËÉÏÈ  
3)      Setiap surah yang terdapat cerita adam dan iblis, kecuali surah al-baqarah karena ia termasuk madaniyah.
4)      Setiap surah yang terdapat kata û tPyŠ#uäÓÍ_t6»tƒ
5)      Surah yang di dalamnya terdapat cerita para nabi dan umat terdahulu kecuali surah al-baqarah.
6)      Setiap surah yang terdapat kata  â¨$¨Y9$#$pkšr'¯»tƒ kecuali surah al-baqarah ayat 21 dan 168 dan surah an-nisa ayat 1, 133, 170 dan 174.
7)      Ayat-ayat pendek walaupun ada juga yang disebut madaniyah seperti surah an-nashr.
8)      Surah yang menceritakan tentang mengajak untuk beriman kepada allah dan mengeesakannya, iman kepada risalah nabi saw. Dan para nabi sebelumnya, iman kepada para malaikat, iman kepada kitab-kitab allah, iman kepada hari akhir, hari kebangkitan, hari pembalasan, nikmat dan siksaan-nya.
9)      Surah yang bercerita tentang kebiasaan orang kafir yang ingkar, mengubur anak perempuan secara hidup-hidup, pemakan harta anak yatim secara batil, pemakan riba, peminum khamr.
10)  Surah yang bercerita tentang anjuran terhadap orang arab untuk menghiasi diri dengan pokok-pokok kebaikan seperti, jujur dalam perkataan, sabar, amanah, adil, pergaulan yang baik, perhatian terhadap tetangga, memenuhi janji, berbuat baik kepada orang tua, tawadhu’, ilmu, ikhlas, cinta pada orang lain, hati yang bersih, lidahnya bersih dan amar ma’ruf, nahi mungkar, dan perbuatan yang baik lainnya.

b.      Cirri-ciri ayat madaniyah yaitu :
1)      Setiap surah yang mengandung kata  š (#qãZtB#úïÏ%©!$#uä$ygƒr'¯»tƒ
2)      Ayat-ayatnya panjang.
3)      Di dalam surahnya terdapat ajakan kepada ahli kitab sperti kaum yahudi dan nasrani di bawah panji islam, memberikan bukti-bukti kesesatan akidah mereka.
4)      Di dalam surahnya terdapat izin untuk berjihad.
5)      Di dalam suahnya terdapat kaidah-kaidah hokum secara rinci seperti ibadah, muamalat, faraidh, pidana, perdata, kriminal, perang, sosial, perkawinan, peraturan keluarga, dan lain-lain.
6)      Surah yang bercerita tentang kondisi orang munafik dan sikap dia tehadap dakwah nabi Muhammad saw.[7]

D.    Kegunaan Mempelajarinya

1.      untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafaz, bukan sebab yang khusus.
2.      Meresapi gaya bahasa qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri.
3.      Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat qur’an, sebab turunnya wahyu kepada rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode mekah maupun periode madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan.[8]
4.      untuk mengetahui ayat yang turun terlebih dahulu dan yang turun belakangan, sehingga dapat menentukan ayat nasikh dan mansukh. Seperti bila ada dua ayat yang berbeda dalam menentukan suatu hokum, sementara diketahui bahwa yang satu termasuk ayat makkiyah dan yang lain termasuk ayat madaniyah. Maka dapat disimpulkan bahwa ayat madaniyah menghapus hokum ayat makkiyah, karena ayat madaniyah datang  belakangan.
5.      Untuk mengetahui sejarah penurunan dan proses pentahapan suatu hukum dari suatu situasi ke situasi yang lain. Karena setiap kaum mempunyai bahasa dan karakteristik kejiwaan yang berbeda-beda, maka penerapan hokum harus memerhatikan situasi kondisi mereka.
6.      Untuk mengukuhkan keautentikan al-qur’an, dan untuk mengukuhkan sampainya al-qur’an kepada kita dengan selamat tanpa mengalami perubahan dan pemalsuan. Kategorisasi makkiyah dan madaniyah ini juga menunjukan perhatian yang serius dari kaum muslimin, sehingga mereka mengetahui ayat yang turun sebelum hijrah dan sesudahnya, turun pada saat tidak berpergian dan pada saat berpergian, turun pada waktu siang dan malam, turun pada waktu panas dan pada waktu dingin, turun di langit dan turun di bumi. Perhatian kaum muslimin yang sangat serius terhadap al-qur’an ini menjadikan musuh-musuh islam berpikir berulang kali sebelum melakukan serangan/celaan terhadap al-qur’an atau terhadap islam.[9]
7.      Dengan mengetahui makki dan madani, dapat mengetahui sejarah hukum islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum. Dengan demikian, akan dapat meningkatkan keyakinan akan penyebaran islam, termasuk dalam hokum islam yang sangat bijaksana dalam mendidik manusia baik secara perseorangan maupun kolektif.
8.      Penurunan ayat-ayat al-qur’an yang demikian rapi, teratur dan dilakukan secara bertahap, tapi tuntas dapat dijadikan landasan dalam perjalanan sejarah dakwah dan perjuangan nabi Muhammad saw dengan segala peristiwanya baik di makkah maupun di madinah. Oleh karena itu al-qur’an adalah sumber kebenaran sejarah yang tidak mengandung keraguan sekecil apapun.
9.      Dengan ilmu makki dan madani, umat islam dapat meningkatkan keyakinan akan kebenaran, kebesaran, kesucian dan kemurnian al-qur’an, mengingat besarnya perhatian umat islam sejak dari awal penurunannya sampai perkembangan berikutnya, dari masalah-masalah yang besar sampai pada yang sekecil-kecilnya yang berhubungan dengan al-qur’an mereka bahas tanpa henti-hentinya.[10]
10.  Ilmu al-makki wal madani sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi berbagai periwayatan, pembenaran teks-teks (an-nushush) dan pembelaan terhadap pelurusan, kebenaran sejarah. Itulah sebabnya mengapa dalam banyak atau bahkan hampir dalam keseluruhannya ilmu al-makki dan madani lebih dibutuhkan dari pada asbabin nuzul  yang pernah dijelaskan sebelum ini.
11.  Dengan ilmu al makki dan madani, seorang mampu menghayati proses turunnya al-qur’an surat demi surat dan ayat demi ayat dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu serta dari kelompok sosial yang satu kepada kelompok sosial yang lain, ilmu al makki dan madani laksana cuplikan miniature dan lorong-lorong potret al-qur’an yang proses turunnya seakan-akan baru saja kita saksikan.[11]



KESIMPULAN


            Ada beberapa pengertian yang dipakai para ulama dalam mengartikan ayat makkiyah danmadaniyah. Namun yang kami ambil sebagai kesimpulan dari definisi yang lain yaitu, definisi terkahir yang dianggap masyhur atau populer.

            Makkiyah adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum nabi hijrah ke madinah walaupun turunnya di luar makkah. Sedangkan madaniyah adalah ayat atau surat yang diturunkan setelah nabi hijrah meskipun turunnya di makkah.

            Para ulama membagi surat-surat al-qur’an menjadi dua kelompok yaitu surat makkiyah dan surat madaniyah. Namun dari keduanya ada yang murni makkiyah dan ada yang murni madaniyah, serta ada surat makkiyah yang sebagian ayatnya madaniyah, begitu juga sebaliknya ada surat madaniyah yang sebagian ayatnya makkiyah.

            Secara umum karakteristik surat-surat Makkiyah lebih menekankan pada sisi ‘aqidah untuk manusia, karena pada waktu itu penduduk Mekah masih dalam keadaan jahil dengan maraknya kesyirikan. Sedangkan surat-surat Madaniyah mempunyai karakteristik lebih menekankan pada sisi mu’amalah atau masalah syar’iyyah.

            Adapun kegunaan mempelajari ilmu al makki dan al madani antara lain : untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan al-qur’an, meresapi gaya bahasa al-qur’an dan Untuk mengetahui sejarah penurunan dan proses pentahapan suatu hukum dari suatu situasi ke situasi yang lain. serta mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur`an dan lain sebagainya.

            Jadi, ilmu  tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah merupakan bagian yang sangat penting, bukan cuman hanya sebagai ilmu yang dipelajari, tapi juga sebagai pedoman umat islam dalam hidup.











DAFTAR PUSTAKA


Syeikh Muhammad abdul adzim al-zarqani, 2001. MANAHIL AL-QUR’AN FI’ULUM AL-QUR’AN, Jakarta : Gaya media pratama

Hasymi DT.R.Panjang, 2008. ULUM AL-QUR’AN, Padang : Hayfa press padang,

Anshori lal, 2013. ULUMUL QUR’AN, Jakarta : Rajawali pers,

Muhammad amin suma, 2013. Ulumul Qur’an, Jakarta : Rajawali pers,

Amanah, 1993. Pengantar Ilmu Qur’an dan Tafsir, Semarang : CV Asy-syifa’,

Manna’ khalil al-qattan, 2010. STUDI ILMU-ILMU QUR’AN, (bogor : pustaka lintera antar musa,



[1] Syeikh Muhammad abdul adzim al-zarqani, MANAHIL AL-QUR’AN FI’ULUM AL-QUR’AN, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), hal.199-200
[2] Hasymi DT.R.Panjang, ULUM AL-QUR’AN, (Padang : Hayfa press padang, 2008), hal.83-84
[3] Anshori lal, ULUMUL QUR’AN, (Jakarta : Rajawali pers, 2013), hal.117-118
[4] Muhammad amin suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Rajawali pers, 2013), hal.74
[5] Amanah, Pengantar Ilmu Qur’an dan Tafsir, (Semarang : CV Asy-syifa’, 1993), hal.236-239
[6] opcit, hal.70-73
[7] Anshori lal, ULUMUL QUR’AN, (Jakarta : Rajawali pers, 2013), hal.119-121
[8] Manna’ khalil al-qattan, STUDI ILMU-ILMU QUR’AN, (bogor : pustaka lintera antar musa, 2010), hal.81-82
[9] opcit, hal.121-122
[10] Hasymi DT.R.Panjang, ULUM AL-QUR’AN, (Padang : Hayfa press padang, 2008), hal.95-96
[11] Muhammad amin suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Rajawali pers, 2013), hal.286-287

Tidak ada komentar:

Posting Komentar