Rabu, 13 Desember 2017

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN

LANDASAN KONSEPTUAL BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata kuliah
Desain dan Strategi Pembelajaran



Oleh:kelompok 1
                                        Muhammad Yasin                  : 2014.1902
                                        Alfadhilatu Ahmad                : 2014.1839


Dosen pengampu:
Ahmad Mudarris, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN (STAI-PIQ)
SUMATERA BARAT

1438 H / 2017 M

PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Dan dalam proses pembelajaran diperlukan apa yang namanya landasan konsep belajar itu sendiri.
Maka dari itu kami sebagai pemakalah akan mencoba membahas tentang landasan konseptual belajar mengajar denan sub pembahasan ;
A.    Hakikat Belajar
B.     Hakikat Pembelajaran
C.     Teori-teori Pembelajaran
D.    Pola Belajar
E.     Variable-variabel Pembelajaran


LANDASAN KONSEPTUAL BELAJAR MENGAJAR
A.    Hakikat Belajar
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :[1]
1.      Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
2.      Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
3.      Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik  yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.[2]
kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, dikemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:[3]
1.      Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
2.      Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
3.      Perubahan yang fungsional.
4.      Perubahan yang bersifat positif.
5.      Perubahan yang bersifat aktif.
6.      Perubahan yang bersifat pemanen.
7.      Perubahan yang bertujuan dan terarah.
8.      Perubahan perilaku secara keseluruhan.

B.     Hakekat  Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.[4]
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching).[5]
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.[6]
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1.      Pembelajaran sebagai sistem
2.      Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1.      Persiapan, merencanakan program pengajaran  tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan  penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku  atau media cetak lainnya.
2.      Melaksanakan kegiatan pembelajaran  dengan mengacu pada persiapan pembelajaran  yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
3.      Menindaklanjuti pembelajaran  yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1.      Merupakan upaya sadar dan disengaja
2.      Pembelajaran harus membuat siswa belajar
3.      Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4.      Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

C.    Teori-teori Pembelajaran
1.      Pembelajaran Menurut Aliran Behavioristik
Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.
Adapun prinsip – prinsip teori pembelajaran perilaku antara lain :[7]
a.       Perlu diberikan penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar.
b.      Pemberian penguatan bisa berupa penguat sosial (pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).
c.       Hukuman dapat digunakan sebagai alat pembelajaran tapi perlu hati-hati.
d.      Perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh.
e.       Pendidik dikatakan telah melakukan pembentukan bila memberikan penguatan dalam pengajarannya.
2.      Pembelajaran Menurut Aliran Humanistik
Pendidikan humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Aliran ini mempunyai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia agar manusia mampu mengaktualisasi diri sebaik-baiknya. Aliran humanistik tidak mempunyai teori belajar khusus, tetapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori yang sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai.
Peran pendidik dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator belajar.Pendidik adalah individu yang memiliki tugas membimbing belajar sebagai model pemecahan masalah, sebagai katalisator dalam memprakarsai proses belajar, sebagai pembantu dalam proses belajaran, sebagai teman peserta didik dalam mengkaji dan memecahkan masalah.
Pemberitahuan kegiatan belajar yang disampaikan kepada peserta didik akan memberikan dampak positif terhadap iklim belajar apabila tampilan pemberitahuan tersebut mampu memberikan semangat dan cita rasa serta harapan kepada peserta didik.Dalam kegiatan awal pembelajaran peserta didik perlu dilibatkan didalam berbagai kegiatan, missalnya ikut serta dalam menyiapkan sarana belajar.
a.       Pengaturan fisik
b.      Acara pembukaan kegiatan belajar
c.       Membangun suasana kebersamaan[8]

3.      Pembelajaran Menurut Aliran Kontemporer
Pembelajaran teori kontemporer yang dimaksud disini adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Pada  kontruktivisme seperti  Von Glassersfeld, mengembangkan fungsi kognitif dalam mengkontruksi pengetahuan. Disini  pembelajaran berfungsi membekali kemampuan peserta didik mengakses berbagi informasi yang dibutuhkan dalam belajar dalam kaitan perolehan informasi peserta didik mempunyai kemampuan mengakses beragam informasi yang digunakan untuk belajar, maka pendidik berfungsi membekali kemampuan peserta didik dalam menyeleksi informasi yang dibutuhka. Informasi tidak memuat sai-satunya kebenaran tetapi informasi hanya memiliki makna dalam konteks waktu, tempat, permasalahan dan bidang tertentu
Pembelajaran kontruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini, belajar mengajar dalam arti cenderung berpusat pada pendidik dipihak lain cenderung berpusat pada subjek belajar. Karena kontruktivisme berpegang pada pandangan keaktifan peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuan berdasarkan intraksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh.Bentuk pembelajaran student center learning strategies dilaksanakan melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaborasi generatif learning dan problem based learning.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran quantum terdiri dari 5 macam yaitu :
a.       Segalanya berbicara
b.      Segalanya bertujuan
c.       Pengalaman sebelum pemberian nama
d.      Akui setiap usaha
e.       Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan
D.    Pola Pembelajaran
Pola pembelajaran dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu  sebagai berikut :[9]
1.      Pola pembelajaran Tradisional
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
2.      Pola pembelajaran tradisional
Pola (guru+alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
3.      Pola pembelajaran guru dan media
Pola(guru)+(media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagai sumber belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru dan medai berinteraksi dengan siswa.
4.      Pola pola pembelajaran bermedia
Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai seumber belajar siswa yang utama.[10]
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1.      Pola guru- murid: komunikasi sebagai satu arah.
2.      Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.
3.      Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4.      Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
5.      Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.[11]
Secara opersional penerapan pola pembelajaran akan mempunyai ciri sebagai berikut:
1.      Sarana fisik yang menjadi perantara penyajian informasi.
2.      Sistem intruksional dimana secara fisik tersebut merupakan salah satu komponen yang terpadu.
3.      Adanya serangkaian pilihan yang menghendaki antara lain :
4.      Perubahan fisik dan cara tempat belajar.
5.      Hubungan antara pengajar dan anak didik yang tidak langsung.
6.      Aktifitas anak didik yang lebih mandiri.
7.      Perlunya tenaga pembantu untuk mengajar.
8.      Perubahan peranan dan kecakapan pengajar.
9.      Keluwesan waktu dan tempat belajar.[12]

E.     Variable-variabel Pembelajaran
Sebelum mengajar, seorang pengajar hendaknya melakukan beberapa perencanaan. Dimana setiap melakukan perencanaan pembelajaran akan melibatkan beberapa variabel pembelajaran. Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang variabel pembelajaran apa saja yang harus dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melakukan pembelajaran. Merencanakan pembelajaran tidak bisa lepas dari variable pembelajaran karena selalu dikaitkan dengan kegiatan dalam pengembangan teori pembelajaran.[13]
Variabel Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang terdiri dari taksonomi tujuan pembelajaran, karakteristik pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran serta organisasi isi pembelajaran.
1.      Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Taksonomi tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi Bloom dan Krathwohi (1964), yang menggolongkan taksonomi pembelajaran dalam tiga wilayah, yakni Wilayah kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.      Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran merupakan aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang telah dimilikinya.
3.      Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Metode pembelajaran ini diacukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Cara-cara ini disebut juga sebagai strategi pembelajaran. Serta organisasi isi pembelajaran adalah bagian dari strategi pengorganisasian pembelajaran yang merupakan metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.[14]



KESIMPULAN
Belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.
Pola pembelajaran dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu  yang meliputi pola pembelajaran tradisional, pola pembelajaran tradisional, pola pembelajaran guru dan media, pola pola pembelajaran bermedia.
Variabel Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang terdiri dari taksonomi tujuan pembelajaran, karakteristik pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran serta organisasi isi pembelajaran.


DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Majid, (2013),  Strategi Pembelajaran, Bandung, Rosada Karya
Baharuddin, Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Degeng, S.N. (1989). Ilmu Pengajaran dan Taksonomi Pembelajaran. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Roziqin,  Muhammad Zainur. (2007). Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press
RudiSusilana,http//httpfile.upi.eduDirektori_pengertian_model_pembelajaran_dan _pola_pembelajaran pdf (diakses pada 24 februari 2017 jam 19:30)
Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar  Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Uno, Hamzah B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Pertama. PT Bumi Aksara. Jakarta



[1] Baharuddin, Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 45
[2] Roziqin,  Muhammad Zainur. (2007). Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press, hal. 28
[3] Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press, hal.72
[4] Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 128
[5] Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar  Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 34
[6] Tilaar, H.A.R. (2002). Op. Cit.,  hal. 133
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Uno, Hamzah B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Pertama. PT Bumi Aksara. Jakarta, hal. 93
[10] Rusman, (2013), Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta : PT. Grafindo Persada, hlm. 134-137
[11] Abdul Majid, (2013),  Strategi Pembelajaran, Bandung, Rosada Karya, hlm 272-273
[12] Rudi Susilana,
http//httpfile.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDIDIKAN196610191991021-RUDI_SUSILANAKP10a-pengertian_model_pembelajaran_dan _pola_pembelajaran pdf (diakses pada 24 februari 2017 jam 19:30)
[13] Degeng, S.N. (1989). Ilmu Pengajaran dan Taksonomi Pembelajaran. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK. Jakarta: PT. Grafindo Persada, hal. 93
[14] Uno, Hamzah B, dkk. (2010). Desain Pembelajaran. MQS Publishing. Bandung : Rosada Karya, hal.76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar