LANDASAN KONSEPTUAL BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Terstruktur Pada
Mata kuliah
Desain
dan Strategi Pembelajaran

Oleh:kelompok 1
Muhammad Yasin :
2014.1902
Alfadhilatu Ahmad : 2014.1839
Dosen pengampu:
Ahmad
Mudarris, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM
PENGEMBANGAN ILMU
AL-QUR’AN (STAI-PIQ)
SUMATERA BARAT
1438 H / 2017 M
PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Dan dalam proses pembelajaran
diperlukan apa yang namanya landasan konsep belajar itu sendiri.
Maka dari itu kami sebagai
pemakalah akan mencoba membahas tentang landasan konseptual belajar mengajar
denan sub pembahasan ;
A. Hakikat Belajar
B. Hakikat Pembelajaran
C. Teori-teori Pembelajaran
D. Pola Belajar
E. Variable-variabel Pembelajaran
LANDASAN KONSEPTUAL BELAJAR
MENGAJAR
A.
Hakikat Belajar
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan
perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan
berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung
pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh
witting yaitu :[1]
1.
Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan
informasi;
2.
Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan
informasi;
3.
Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan
kembali informasi.
Definisi yang lain menyebutkan bahwa
belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati
maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu
hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.[2]
kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, dikemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:[3]
1. Perubahan yang disadari dan disengaja
(intensional).
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
3. Perubahan yang fungsional.
4. Perubahan yang bersifat positif.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
B. Hakekat
Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku.
Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan
proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar,
atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan.
Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara
bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.[4]
Berangkat dari pengertian tersebut, maka
dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang
sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada
proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching).[5]
Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya
dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik
peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan
peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di
dalam dirinya.[6]
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu
peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan
menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai
berikut:
1.
Pembelajaran sebagai sistem
2.
Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1.
Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan,
semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan
penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi,
buku atau media cetak lainnya.
2.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan
atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang
penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya
terhadap siswa;
3.
Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan
pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat
pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang
berkesulitan belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja
2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan
4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya,
waktu, proses maupun hasil
C.
Teori-teori
Pembelajaran
1.
Pembelajaran Menurut Aliran Behavioristik
Menurut
aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan
tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.
Adapun
prinsip – prinsip teori pembelajaran perilaku antara lain :[7]
a.
Perlu diberikan penguatan untuk meningkatkan motivasi
belajar.
b.
Pemberian penguatan bisa berupa penguat sosial
(pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).
c.
Hukuman dapat digunakan sebagai alat pembelajaran tapi
perlu hati-hati.
d.
Perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan
lebih berpengaruh.
e.
Pendidik dikatakan telah melakukan pembentukan bila
memberikan penguatan dalam pengajarannya.
2. Pembelajaran Menurut Aliran Humanistik
Pendidikan
humanistik sangat mementingkan adanya rasa kemerdekaan dan tanggung jawab.
Aliran ini mempunyai tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia agar manusia
mampu mengaktualisasi diri sebaik-baiknya. Aliran humanistik tidak mempunyai
teori belajar khusus, tetapi hanya bersifat ekletik, dalam arti mengambil teori
yang sesuai (kognitif) asal tujuan pembelajaran tercapai.
Peran
pendidik dalam pendekatan humanistik adalah sebagai fasilitator
belajar.Pendidik adalah individu yang memiliki tugas membimbing belajar sebagai
model pemecahan masalah, sebagai katalisator dalam memprakarsai proses belajar,
sebagai pembantu dalam proses belajaran, sebagai teman peserta didik dalam
mengkaji dan memecahkan masalah.
Pemberitahuan
kegiatan belajar yang disampaikan kepada peserta didik akan memberikan dampak
positif terhadap iklim belajar apabila tampilan pemberitahuan tersebut mampu
memberikan semangat dan cita rasa serta harapan kepada peserta didik.Dalam
kegiatan awal pembelajaran peserta didik perlu dilibatkan didalam berbagai
kegiatan, missalnya ikut serta dalam menyiapkan sarana belajar.
a. Pengaturan fisik
b. Acara pembukaan kegiatan belajar
c. Membangun suasana kebersamaan[8]
3. Pembelajaran Menurut Aliran Kontemporer
Pembelajaran
teori kontemporer yang dimaksud disini adalah pembelajaran berdasarkan teori
belajar kontruktivisme. Pada kontruktivisme seperti Von
Glassersfeld, mengembangkan fungsi kognitif dalam mengkontruksi pengetahuan.
Disini pembelajaran berfungsi membekali kemampuan peserta didik mengakses
berbagi informasi yang dibutuhkan dalam belajar dalam kaitan perolehan
informasi peserta didik mempunyai kemampuan mengakses beragam informasi yang
digunakan untuk belajar, maka pendidik berfungsi membekali kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi informasi yang dibutuhka. Informasi tidak memuat
sai-satunya kebenaran tetapi informasi hanya memiliki makna dalam konteks
waktu, tempat, permasalahan dan bidang tertentu
Pembelajaran
kontruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini, belajar
mengajar dalam arti cenderung berpusat pada pendidik dipihak lain cenderung
berpusat pada subjek belajar. Karena kontruktivisme berpegang pada pandangan
keaktifan peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuan berdasarkan intraksinya
dalam pengalaman belajar yang diperoleh.Bentuk pembelajaran student center
learning strategies dilaksanakan melalui belajar aktif, belajar mandiri,
belajar kooperatif dan kolaborasi generatif learning dan problem based
learning.
Prinsip-prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran quantum terdiri dari 5 macam yaitu :
a. Segalanya berbicara
b. Segalanya bertujuan
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
d. Akui setiap usaha
e. Jika layak dipelajari maka layak pula
dirayakan
D.
Pola Pembelajaran
Pola pembelajaran dapat dibagi menjadi 4 macam,
yaitu sebagai berikut :[9]
1. Pola pembelajaran
Tradisional
Pola pembelajaran guru
dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat
peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat
bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
2. Pola pembelajaran
tradisional
Pola (guru+alat bantu)
dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan
pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan
meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
3. Pola pembelajaran
guru dan media
Pola(guru)+(media) dengan
siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru yang
tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran,
guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang
dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh
informasi dari berbagai media sebagai sumber belajar, misalnya dari majalah,
modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan
internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru dan medai
berinteraksi dengan siswa.
4. Pola pola
pembelajaran bermedia
Pola pembelajaran media
dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan
pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa saja yang
kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai seumber belajar siswa
yang utama.[10]
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi)
dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1.
Pola guru- murid:
komunikasi sebagai satu arah.
2. Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback)
bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.
3. Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru,
siswa saling belajar satu sama lain.
4. Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid:
interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid
(komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
5. Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk
mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali
sebelum semua siswa belum mendapat giliran.[11]
Secara opersional penerapan pola pembelajaran
akan mempunyai ciri sebagai berikut:
1.
Sarana fisik yang
menjadi perantara penyajian informasi.
2. Sistem intruksional dimana secara fisik tersebut
merupakan salah satu komponen yang terpadu.
3. Adanya serangkaian pilihan yang menghendaki
antara lain :
4. Perubahan fisik dan cara tempat belajar.
5. Hubungan antara pengajar dan anak didik yang
tidak langsung.
6. Aktifitas anak didik yang lebih mandiri.
7. Perlunya tenaga pembantu untuk mengajar.
8. Perubahan peranan dan kecakapan pengajar.
E.
Variable-variabel
Pembelajaran
Sebelum mengajar, seorang pengajar hendaknya melakukan beberapa
perencanaan. Dimana setiap melakukan perencanaan pembelajaran akan melibatkan
beberapa variabel pembelajaran. Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda
tentang variabel pembelajaran apa saja yang harus dipersiapkan oleh seorang
guru sebelum melakukan pembelajaran. Merencanakan pembelajaran tidak bisa lepas
dari variable pembelajaran karena selalu dikaitkan dengan kegiatan dalam pengembangan
teori pembelajaran.[13]
Variabel Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
pembelajaran yang terdiri dari taksonomi tujuan pembelajaran, karakteristik
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran serta organisasi isi
pembelajaran.
1. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Taksonomi tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada
salah satu kawasan dari taksonomi Bloom dan Krathwohi (1964), yang
menggolongkan taksonomi pembelajaran dalam tiga wilayah, yakni Wilayah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran merupakan aspek-aspek atau
kualitas perseorangan siswa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya
belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang telah dimilikinya.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara
yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi
yang berbeda. Metode pembelajaran ini diacukan sebagai
cara-cara yang dapat digunakan dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. Cara-cara ini disebut juga sebagai strategi
pembelajaran. Serta organisasi isi pembelajaran adalah bagian dari strategi
pengorganisasian pembelajaran yang merupakan metode untuk mengorganisasi isi
bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.[14]
KESIMPULAN
Belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari
beberapa tahap. pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik
berubah ke arah yang lebih baik.
Pola pembelajaran dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu yang meliputi pola pembelajaran
tradisional, pola pembelajaran
tradisional, pola pembelajaran
guru dan media, pola pola
pembelajaran bermedia.
Variabel
Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran
yang terdiri dari taksonomi tujuan pembelajaran, karakteristik pembelajaran,
strategi dan metode pembelajaran serta organisasi isi pembelajaran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Majid,
(2013), Strategi Pembelajaran,
Bandung, Rosada Karya
Baharuddin, Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran.
Semarang: IKIP Semarang Press
Degeng, S.N.
(1989). Ilmu Pengajaran dan Taksonomi
Pembelajaran. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK.
Jakarta: PT. Grafindo Persada
Roziqin, Muhammad Zainur. (2007). Moral Pendidikan di Era Global;
Pergeseran Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press
RudiSusilana,http//httpfile.upi.eduDirektori_pengertian_model_pembelajaran_dan
_pola_pembelajaran pdf (diakses pada 24 februari 2017 jam 19:30)
Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat
Madani Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III,
Bandung: Remaja Rosdakarya,
Uno, Hamzah B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Cetakan
Pertama. PT Bumi Aksara. Jakarta
[2] Roziqin, Muhammad Zainur. (2007). Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interkasi Guru-Murid
di Era Global. Malang: Averroes Press, hal. 28
[4] Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 128
[9] Uno, Hamzah B. (2006).
Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Pertama.
PT Bumi Aksara. Jakarta, hal. 93
[10] Rusman, (2013), Model-Model
Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta : PT. Grafindo
Persada, hlm. 134-137
http//httpfile.upi.eduDirektoriFIPJUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDIDIKAN196610191991021-RUDI_SUSILANAKP10a-pengertian_model_pembelajaran_dan
_pola_pembelajaran pdf (diakses pada 24 februari 2017 jam 19:30)
[13] Degeng, S.N. (1989).
Ilmu Pengajaran dan Taksonomi
Pembelajaran. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK.
Jakarta: PT. Grafindo Persada, hal. 93
[14] Uno, Hamzah B, dkk.
(2010). Desain Pembelajaran. MQS
Publishing. Bandung : Rosada Karya, hal.76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar