Jumat, 08 Desember 2017

FILSAFAT PENDIDIKAN

HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur pada mata kuliah
FILSAFAT PENDIDIKAN
                                                                                                             
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoMTmwM3wxUqmL1KM9qstm9xiA1CaukEC5ivglRbmNJtCHdvpD


DisusunOleh : Kelompok 2
Alfadilatu Ahmad     2014.1839
                                                Samiin                        2014.1872


Dosen Pembimbing :
Syafrul Nalus,  MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
STAIPIQ SUMATERA BARAT

2016 M/1437 H

PENDAHULUAN
Manusia pada dasarnya dilahirkan ke dunia sebagai bayi yang tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan orang lain. Namun, manusia sejak lahir telah memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus dikembangkan dalam sebuah lingkungan melalui bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia sangat membutuhkan pendidikan guna keberlangsungan dalam menjalani kehidupannya.
Dengan pendidikan manusia akan berkembang menjadi yang lebih dewasa. Karena pendidikan merupakan upaya pendewasaan manusia yaitu untuk membimbing manusia agar lebih bertanggung jawab. Dan dengan pedidikan manusia dapat mengembangkan potensinya dan mampu mengakses ilmu pengetahuan yang tinggi guna meningkatkan kualitas sumber daya insaninya. Dengan demikian manusia mampu memerankan akal budinya secara naluriah untuk meraih sejauh-jauhnya hikmah – kearifan yang lebih tinggi dari sekedar ilmu pengetahuan.
Proses kehidupan manusia tidak lepas dari pemikiran-pemikiran manusia akan suatu hal atau fenomena yang terjadi. Manusia memliki akal sebagai potensi berfikir yang senantiasa bergolak mencari kebenara-kebenaran yang tentunya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, sehingga pemikirannya dapat berubah-ubah atu relative tentang suatu hal. Oleh karena itu butuh pendidikan filsafat sebagai pijakan dalam berpikir guna mengarahkan pemikiran yang lebih bijakana. Maka dari itu untuk lebih jelas kami akan mencoba menguraikan mengenai :
a.       Hakikat manusia dalam pandangan filsafat pendidikan.
b.      Hubungan antara filsafat, manusia dan pendidikan.

PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia
Ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut antropologi filsafat. Hakekat berarti adanya berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran yang dikemukakan yaitu : aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran eksistensialisme.
1.      Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
2.      Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakekat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh diatas dunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh ) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh ( Gazalba, 1992: 288 ). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Hal ini mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya. Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakekat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.
3.      Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua substransi yaitu jasmani dan rohani. Kedudukannya substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh, dan ruh tidak  berasal dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua,  jasat dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya saling mempengaruhi.

4.      Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berfikir tentang hakekat manusia merupakan kewajiban eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakekat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini. Filsafat berpandangan bahwa hakekat manusia ialah manusia itu merupakan berkaitan antara badan dan ruh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan ruh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh allah, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam material. Pendirian islam bahwa manusia terdiri dari substansi yaitu materi dari bumi dan ruh yang berasal dari tuhan, maka hakekat pada manusia adalah ruh sedang jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh saja. Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia.[1]
Pandangan tentang hakekat manusia ini poespoprodjo mengemukakan bahwa:
a)      Hakekat manusia haruslah diambil dengan seluruh bagiannya yaitu bagian esensional manusia, baik yang ,metafisis ( animalitas dan rasionalitas ) maupun fisik ( badan dan jiwa ) juga semua bagian yang integral ( anggota-anggota badan dan pelengkapannya ). Manusia wajib menguasai hakekatnya yang kompleks dan mengendalikan bagian bagian tersebut agar bekerja secara harmonis. Manusia menurut hakekatnya adalah hewan dan harus hidup seperti hewan ia wajib menjaga badannya dan memberi apa kebutuhannya. Tetapi hewan yang berakal budi dan ia harus juga hidup seperti makhluk yang berakal budi.
b)      Hakekatnya manusia harus diambil dengan seluruh nisbahnya, seluruh kaitannya tidak hanya terdapat keselarasan batin antara bagian-bagian dan kemampuan –kemampuan yang membuat manusia itu sendiri, tetapi juga harus terdapat keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.
Keberadaan manusia dimuka bumi suatu yang menarik. sebab selain manusia itu sendiri selalu menjadi pokok permasalahan, juga dapat dilihat bahwa segala peristiwa apapun yang terjadi didunia ini dan masalah apapun yang harus dipecahkan dibumi ini, pada intinya dan akhirnya berhubungan juga dengan manusia. untuk itu usaha mempelajari hakikat manusia memerlukan pemikiran yang filosofis. karena setiap manusia akan selalu berfikir tentang dirinya sendiri. namun tingkat pemikiran itu selalu mempunyai perbedaan (nawawi ,1993:65). Hal itu disadarkan pada pemikiran bahwa selain sebagai subyek pandidikan, manusia merupakan objek pendidikan itu sendiri.[2]
Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia
Hampir semua disiplin itu pengetahuan dalam bahasannya berusaha menyelidiki dan dan mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Secara khusus tujuan-tujuan pendidikan adalah memahami dengan mendalam tentang hakekat manusia itu sendiri. Aritoteles (384-32 SM) mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya ( Zaini dan ananto, 1986 :4) hal itu tentu saja dengan tetap menilai seperangkat perbedaan antara manusia dengan hewan itu secara umum.
Menurut tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu, yang berkeluarga dan selalu bersilaturrohmi dan mengabdi Tuhan. Manusia juga adalah pemeliharaan alam sekitar, wakil Allah SWT. Diatas permukaan bumi ini( Muntasir, 1985 : 5). Manusia dalam pandangan islam selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki, berbicara. Islam memandang manusia sebagai makhluk sempurna dibandingkan sengan hewan. Dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena itu manusia disuruh menggunakan akalnyadan indranya agar tidak salah memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana kebenaran yang dibenarkan, atau dianggap benar (jalaludin dan usman said , 1994: 28).
Kepribadian Manusia Dan Pendidikan
Manusia merupakan salah satu dari berbagai jenis makhluk hidup, yang sudah ribuan abad lamanya  menghuni bumi sebagai satu-satunya planet yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai tempat hidupnya. Sebelum menjadi proses pendidikan diluar dirinya , manusia cenderung pada awalnya berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sendiri. Pendidikan dimaksud , manusia berusaha mengerti dan mencari hakekat kepribadian tentang siapa mereka yang sebenarnya.
Dalam kondisi ilmu mantiq ( logoka berfikir ) manusia dikenal dengan sebutan Al- insani hayawaanun nathiq ( manusia adalah hewan yang berfikir ). Berfikir pada batasnya   ini maksudnya berkata-kata, dan mengeluarkan pendapat serta fikiran ( anshari, 1982 : 4 ). Pada perjalanan proses pendidikan, peranan efektif terhadap pembinaan kepribadian manusia dapat melalui lingkungan dan juga didukung oleh faktor pembawaan sejak manusia mulai dilahirkan. Dalam kaitan ini perlu ditinjau tentang teori natifisme, empirisme dan konfergensi. Pada dasarnya tujuan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara sempurna . pengertian kriteria sempuna ditentukan oleh masing-masing pribadi ,masyarakat ,bangsa suatu tempat dan waktu. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai transfer kebudayaan , pengembangan ilmu pengetauan akan membawa manusia mengerti dan memahami lebih luas tentang masalah seperti itu. Dengan demikian ilmu pengetahuan memiliki nilai-nilai praktis di dalam kehidupan,baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.
Masalah Rohani Dan Jasmani
Terlalu banyak sebutan dan istilah yang diberikan untuk makhluk-makhluk berakal pikiran ciptaan Tuhan, seperti homo sapiens, homo rasionli, animal social, al-insan dan lain sebagainya. Bentuk sebutan itu mencerminkan keragaman sifat dan sikap manusia. hal itu dapat terjadi karena didalam diri manusia itu sendiri terdapat enam rasa yang menjadi satu, yaitu rasa intelek, rasa agama, rasa susila, rasa sosial, rasa seni dan rasa harga diri/sifat ke-aku-an(muhaimin:63).
Maka tidak heran kalau sejak dulu manusia tiada henti-hentinya berusaha membedakan antara unsur manusia yang bersifat lahiriah dan maknawiah. Kebanyakan ahli filsafat yunani bependapat bahwa ruh itu merupakan satu unsur yang harus, yang dapat meninggalkan badan. Jika dia pergi dari badan, dia kembali ke alamnya yang tinggi, meluncur keangkasa luar dan tidak mati, sebagai mana ungkapan phytagoras kepada diasgenes(umar,1984:223).
B.     Hubungan Antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan.
Manusia dan Filsafat
Manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that reasons). Manusia adalah hewan yang berpolitik (zoo politicon, political animal), hewan yang berfamili dan bermasyarakat serta mempunyai kampung halaman dan negara.[3]
Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berfikir, dan karena situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi disekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala peristiwa berlaku diatas permukaanya. Dan didalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan senang, hidup dan mati dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan manusia.
Filsafat dan Teori Pendidikan
Sebenarnya kita ketahui, ilmu jiwa bagi ilmu pendidikan adalah suatu komplementasi yang amat bernilai., sama dengan praktek tanpa teori, pendidikan tanpa mengerti untuk apa, bagaimana dan mengapa manusia dididik. Tanpa pengertian atas manusia baik sifat-sifat individualitasnya yang unik maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, Pendidikan akan salah arah. Bahkan pengertian yang baik, pendidikan akan memperkosa kodrat manusia.[4]
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Filsafat dalam arti analisa, filsafat adalah salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikanya. Disamping mengunakan metoda-metoda ilmiah lainya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek, misalnya filsafat idealisme, realisme, materealisme dan sebagainya. Akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkanya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran fisafat tersebut.
2. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdsarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Disamping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyrakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainya dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dengan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
3. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pengetahuan. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkanbentuk-bentuk dan gejalah-gejalah kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah merupakan data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.[5]
Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal atau pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk  mencapai kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhtikan hal-hal yang khusus.
ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1) Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
2) Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3) Disamping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4) Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan.
5) Filsafat juga memberikan metoda atau cara kepada tiap ilmu pengetahuan.
Kedudukan Filsafat dalam kehidupan Manusia
Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengetian filsafat. Dalam bahasan sebelumnya, filsafat mengandung pengertian adalah suatu ikhtiar untuk berfikir secara radikal, dalam arti mulai dari akarnya suatu gejala (hal kehendak permasalahan) sampai mencapai kebenaran yang dilakukan dengan kesungguhan dan kejujuran  melalui tahapan-tahapan pikiran. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertama adalah tehadap dirinya sendiri.
Kebenaran dalam pengetahuan yang diterima filsafat adalah apabila isi pengetahuan yang diusahakan sesuai dengan objek yang diketahui yang didasari oleh kebebasan berfikir (diatur oleh logika) untuk menyelidiki atau tata pikir yang bermetoda, bersistem, dan berlaku universal, sehingga dengan demikian filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari ketetapan dan sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu (seluruh dunia dan alam ini), sebagai pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai manusia adalah meliputi segala soal hidup manusia: pikiran, budi, tingkah laku dan nilai-nilainya dan tujuan hidup manusia, baik didunia maupun sesudah didunia ini tiada yang kemudian dikenal dengan sebutan pedoman hidup.[6]

KESIMPULAN
Manusia merupakan subyek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, karena itu sikap untuk dididik dan siap untuk mendidik dimilikinya. Berhasil tidakya suatu usaha atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidak adanya tujuan. Maka pendidikan di indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga masyarakat, sekolah dan perguruan tinggi.
Dalam filsafat, pemahaman manusia dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: pertama, masalah rohani dan jasmani; Aliran Serba zat (Faham Materialisme), Aliran Serba Ruh, Aliran Dualisme, dan Aliran Eksistensialisme. Kedua, sudut pandang antropologi; manusia sebagai makhluk individu (individual being), manusia sebagai makhluk sosial (sosial being) dan manusia sebagai makhluk susila (moral being). Ketiga, pandangan Freud tentang struktur jiwa (kepribadian); bagian dasar atau das Es (the Id), bagian tengah atau das Ich (aku) dan bagian atas atau das UberIch (superego). Keempat, sudut pandang asal-mula dan tujuan hidup manusia ; kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula.
Hubungan antara Manusia,Filsafat, dan Pendidikan Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.





DAFTAR KEPUSTAKAAN
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Anshari Endang Saifuddin. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Prasetya. 2002. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syam Muhammad Noor. 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat. Surabaya: Usaha Nasional.


[1] jalaluddin, abdullah idi FILSAFAT PENDIDIKAN, (Jakarta  :Gaya media pratama, 1997), hal 107-108
[2] Ibid., hal 108-109

[3]Anshari Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama .(Surabaya: Bina Ilmu 1982) Hal 5
[4]Noor Syam, Mohammad. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. (Surabaya:Usaha Nasional 1984) Cet ke-2 Hal 160-161
[5] Prasetya, FILSAFAT PENDIDIKAN, (Bandung  : Pustaka Setia, 2002), hal 151-152
[6] Ibid., hal 152-156

Tidak ada komentar:

Posting Komentar